GebrakNews - Pengadaan minyak mentah maupun minyak produk (bensin, solar dan lain-lain) pada umumnya dilakukan dengan lelang terbuka yang diikuti oleh 55 perusahaan terdaftar di Pertamina Energy Trading Ltd (Petral)

Petral selalu mengatakan pada prinsipnya pengadaan minyak mentah dan produk BBM telah dilakukan dengan cara tender terbuka yang diikuti oleh 55 perusahaan terdaftar. Perusahaan-perusahaan yang mengikuti tender merupakan perusahaan yang telah memenuhi kriteria sebagai Daftar Mitra Usaha Terseleksi (DMUT) Petral untuk mendapatkan rekanan yang eliable untuk mencegah terjadinya gagal suplai yang akan menyebabkan krisis BBM di Indonesia.

"Petral membeli minyak mentah dari Nigeria, Asia, Australia dan juga negara-negara eks Rusia. Pengadaan tersebut pada prinsipnya semua dilakukan dengan cara tender terbuka yang diikuti oleh 55 perusahaan," kata Bambang Irianto Presdir Petral Maret 2014 lalu.

Untuk mengikuti tender, Petral membuka kesempatan sebesar-besarnya untuk setiap perusahaan yang berminat, asalkan dapat memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan. Persyaratan ini diperlukan untuk mencegah pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga tidak terjadi gagal suplai yang menyebabkan krisis BBM di Indonesia.

Dia menambahkan hanya pengadaan beberapa minyak mentah yang tidak dijual bebas atau terbatas, yang dilakukan secara langsung kepada perusahaan nasional produsen maupun pihak yang ditunjuk oleh produsen untuk memasarkan minyak mentah tersebut. Contoh penunjukan langsung adalah pengadaan Arab Light dari Aramco yang tidak diperjualbelikan secara bebas, dan Azeri dari PTT Thailand, yang mempunyai penyimpanan minyak mentah Azeri yang terbesar di luar Azerbaijan.

"Harga perolehan Azeri yang dibeli dari PTT Thailand secara langsung terbukti lebih murah daripada harga perolehan Azeri yang dilakukan melalui tender terbuka." Katanya.

Benarkah demikian? Berdasarkan informasi dari Boyke Ibrahim salah satu pedagang minyak dan gas di Singapura, keterangan yang disampaikan oleh pejabat tinggi Petral itu menyesatkan.

"Tidak benar seperti dikatakan Petral itu. Banyak permainan di Petral yang ditutupi dan sulit dibongkar karena kantor pusat operasional Petral berada di Singapura. Jika kantor pusatnya di Jakarta, Petral tidak akan bisa mempertahankan kartel pengadaan minyak seperti yang terjadi selama belasan tahun ini," ujar Ibrahim, minggu lalu (12/7/14) di Singapura.

Ia mengaku perusahaannya tidak pernah diberi kesempatan oleh Petral untuk mengikuti lelang pengadaan minyak. Demikian juga perusahaan-perusahaan milik temannya sesama trader, baik dari Singapura maupun dari negara-negara lain.

Lebih lanjut Ibrahim menjelaskan, lelang pengadaan minyak oleh Petral selalu dimenangkan oleh perusahaan milik Muhammad Reza Chalid atau Pak Muh. Setiap Petral mengadakan lelang pengadaaan minyak (crude and product oil), dari 5 perusahaan yang menang lelang, salah satunya pasti perusahaan milik Pak Muh.

"Itu sudah merupakan modus wajib selama belasan tahun terakhir," ujar Ibrahim.

Perusahaan lain yang turut dimenangkan dalam lelang pengadaan minyak Petral, sebenarnya hanyalah perusahaaan pendamping saja. Petral selalu menunjuk salah satu dari anak perusahaan GRE milik Reza Chalid, karena Reza Chalid yang mengatur semua dari hulu sampai ke hilir jika terkait pengadaan minyak untuk kebutuhan Indonesia.

"Pak Muh yang menyediakan minyak mentah dan minyak produk sesuai kebutuhan Indonesia. Jika perusahaan lain yang memasok minyak, pasti akan selalu ditolak Pertamina dan Petral dengan berbagai alasan," tukas Ibrahim.

Menurut pengetahuan Ibrahim, Pak Muh (M Reza Chalid) sudah lama menjalin kerjasama rahasia dengan sejumlah perusahaan minyak negara lain seperti PTT Thailand. Modusnya hanya untuk meminjam 'bendera' saja, agar terlihat seolah-olah perusahaan-perusahaan Reza Chalid tidak terlalu mendominasi pengadaan minyak Indonesia yang dilakukan Petral.

http://www.gebraknews.com/2014/07/me...kQXXzM.twitter