Kelompok Prabowo dan tim-nya sudah mengadakan jumpa pers dimana mereka merumuskan 8 tahap untuk memperjuangkan 'keadilan' dan 'kebenaran'. Salah satu poin yang ada adalah mengganggu jalannya pelantikan Jokowi dan JK.

Melihat gelagat Prabowo yang tak mau berhenti protes, sekalipun pemilu telah melahirkan satu pemenang, cukup memprihatinkan. Prabowo bisa mungkin tak akan menang di tingkat MK, entah mungkin gara-gara bukti yang kurang kuat dan juga pertimbangan hakim2 akan kepentingan yang lebih besar: kepentingan nasional.

Yang justru ditakutkan adalah gerak partai-partai lain. Mereka bisa ambil keuntungan dari situasi ini. Dengan koalisi permanen, Prabowo bisa mengganggu Jokowi dan JK. Nah partai-partai diluar koalisi Jokowi ini akan menunggu konsensi politik dari Jokowi. Kasarannya begini: 'Eh kalau ente mau kita gak dukung Prabowo di parlemen (termasuk pansus pilpres, dan pelantikan) anda mau buat perjanjian ama kita?"

Memang beberapa politikus muda di Golkar sudah teriak2 untuk merapat ke pemenang Pemilu. Bahkan Tifatul juga bicara bagaimana ia dulu mendukung Jokowi di Solo. Nah itu semua semacam sinyal bahwa mereka siap untuk kerja sama, sementara itu mereka juga membiarkan Prabowo ngamuk-ngamuk.

Di sini, Jokowi memiliki dua pilihan: menggadaikan prinsip non-transaksional dengan partai-partai diluar koalisi atau justru menekan anggota dewan lewat demokrasi partisipatoris atau demokrasi masyarakat media. Justru yang menarik, kedua pilihan ini tetap tak berakibat apa-apa terhadap Prabowo. Ia bakal ditinggalkan Golkar, PPP, PAN. Mungkin PKS masih ikut Gerindra.

Diskusinya dibuat yang agak sehat ya....