Quote:
Inilah Tokoh yang Dorong Prabowo Tolak Hasil Pilpres
Rabu, 23 Juli 2014 , 05:39:00
JAKARTA - Dari mana munculnya ide menolak hasil pilpres dan menarik diri dari proses rekapitulasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) oleh Prabowo Subianto?
Mantan Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Hatta, Mahfud MD, mengatakan bahwa ide tersebut disampaikan oleh Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung pada rapat di Rumah Polonia siang kemarin (22/7).
Ide Akbar itu disambut sebagian besar anggota koalisi karena meyakini ada kecurangan sistematis dalam Pilpres kali ini.
"Menurut Akbar Tandjung sikap itu lebih terhormat daripada menerima dengan legawa keputusan KPU," ujar Mahfud MD saat dihubungi Jawa Pos tadi malam.
Mahfud sendiri berpendapat lain. Sejak pukul 13.00 kemarin (22/7), Mahfud secara resmi telah menyerahkan mandat sebagai ketua tim pemenangan kepada Prabowo.
Artinya, sejak siang kemarin, Mahfud sudah bukan bagian dari tim Prabowo-Hatta. Prabowo juga sudah menunjuk pengganti Mahfud, yakni mantan menteri penerangan Letjen TNI Purnawirawan Yunus Yosfiah.
Kepada tim Prabowo-Hatta, Mahfud menyarankan untuk menerima keputusan KPU dengan lapang dada dan tidak perlu membawa kasus sengketa Pilpres ke Mahkamah Konstitusi. Sebagai mantan ketua MK, Mahfud meyakini langkah menggugat ke MK adalah sia-sia.
"Selisih suaranya 8 juta lebih. Pengalaman saya di MK, tidak akan bisa menang kalau selisih suaranya sebesar itu," kata guru besar hukum tata negara Universitas Islam Indonesia (UII) itu.
Dijelaskan Mahfud, cawapres Hatta Rajasa sejalan dengan pemikirannya, yakni menerima keputusan KPU dengan legawa. Apalagi,kata Mahfud, Hatta juga terikat keputusan DPP PAN yang menerima kemenangan pasangan Jokowi-JK. Namun sebagai cawapres, Hatta mengikuti keputusan yang diambil oleh tim.
Menurut Mahfud, agenda setelah 22 Juli sudah bukan agenda pemenangan capres-cawapres. Agenda yang diusung tim Prabowo-Hatta, lanjut Mahfud, adalah melawan keputusan KPU tentang hasil Pilpres. Prabowo sebenarnya tetap meminta Mahfud bergabung. Namun mantan menteri pertahanan itu menolak.
"Saya sudah tidak mungkin terlibat. Apalagi kalau membawa kasus ini ke MK, saya sebagai mantan ketua MK tidak mungkin menjadi tim hukumnya," kata Mahfud.
Dalam beberapa pekan ke depan Mahfud memilih beristirahat setelah beberapa bulan terakhir waktunya tersita untuk urusan pilpres. Hari ini (23/7) Mahfud berencana pulang ke rumahnya di Jogjakarta. "Saya mau Lebaran dulu saja," kata ketua umum ikatan keluarga alumni (IKA) UII itu.
Mempersoalkan kecurangan pemilu justru akan menurunkan elektabilitas.
Percaya ato nggak?
Beberapa waktu lalu, gw membaca sebuah artikel yang membahas tuduhan kecurangan dan elektabilitas di pilpres Amerika Serikat. BTW ... gw akui sering menggunakan Amerika Serikat sebagai bahan pembanding, karena dengan pengalaman mengadakan pilpres puluhan kali selama dua ratus tahun lebih, sampel bisa didapat cukup banyak, sehingga kesimpulan yang diambil bisa lebih akurat.
Nah mengenai kecurangan dalam pilpres dan reaksi para pecundangnya, bisa dibilang bahwa rata-rata hasilnya sama. Yang mewek berat akan menghilang elektabilitasnya, dan yang menerima dengan senyum akan terjaga elektabilitasnya.
Richard Nixon misalnya ... ketika pemilu 1960 berhadapan dengan JFK, terjadi kecurangan berat yang menguntungkan Kennedy di beberapa negara bagian. Tapi Nixon menerimanya dengan lapang dada dan akhirnya pada 1968, dia berhasil meraih kemenangan.
Tahun 1972, giliran Nixon yang melakukan kecurangan sehingga menang sampai 60%. Lawannya, George McGovern, kecewa berat dan mengambil kesempatan dari skandal Watergate ketika itu untuk menjatuhkan Nixon. Nixon memang akhirnya jatuh, tapi begitu juga dengan McGovern. Tahun 1976, McGovern mencoba lagi peruntungannya, tapi dikalahkan dengan telak oleh Jimmy Carter.
Balik ke Indonesia.
Ketika Megawati mewek menuduh SBY curang di pemilu 2004, maka di pilpres selanjutnya Megawati justru dipecundangi habis-habisan oleh SBY. Dan kalo sekarang Prabowo ngambek sampe mutung di dekat garis finish ... maka kemungkinan besar elektabilitas Prabowo bakalan hancur berantakan kalo mau ikut lagi di tahun 2019.
Pelajaran yang bisa ditarik adalah kalo kalah karena dicurangi, gunakan "derita" itu untuk membangkitkan semangat pendukung di pemilu selanjutnya. Mewek dan ngambek mempersoalkan pemilu yang barusan justru membuat pendukung pihak lawan menjadi solid dan semangan di kubu sendiri runtuh, karena sebagian justru minggat karena malu mendukung tukang mewek dan ngambek.
