Quote:
malam Forsex,
tadi barusan liat index keknya bahasan ini belum ada,
bukan.. bukan itu, yang gigit kuping itu striker Uruguay, Suarez, sayang

, ini cerita tentang terusan Suez, kanal yang memungkinkan perjalanan dan lalulintas kapal dari benua Eropa ke Asia menjadi lebih singkat ditempuh tanpa perlu memutari Afrika.
semoga belum repost dan bisa jadi bacaan yang menghibur, thanks.
Latar Belakang Konflik
setelah berakhirnya PD 2, dalam rebutan pengaruh dunia, hubungan timur dan barat - blok AS dan Rusia - mencapai titik buruk, "perang dingin" yang panas berkobar dimana mana termasuk di timur tengah.
berbagai perang regional menyambung berakhirnya PD 2, di China pasukan Nasionalis keteteran dibawah tekanan pasukan Mao, di Vietnam Prancis mulai berdarah karena perlawanan gerilyawan Vo Nguyen Giap, di Indonesia semangat untuk merdeka diwarnai dengan berbagai pertempuran melawan Belanda yang mencoba kembali berkuasa sedangkan di timteng pada tahun 1948 negara Israel yang baru berdiri langsung terlibat dalam perang Arab-Israel.
semua perang tadi baik secara langsung maupun tak langsung juga menjadi ajang perebutan pengaruh antara blok barat dan blok timur baik dalam bentuk bantuan logistik maupun diplomatik untuk meraih sekutu baru bagi mereka.
di tengah semua kemelut tadi, pada tanggal 23 Juli 1952, kerajaan monarki Mesir yang dipimpin oleh raja Farouk berakhir dalam satu kudeta yang menjadikan Mesir menjadi republik, setelah revolusi tersebut muncullah seorang tokoh yang akan mencatatkan namanya dalam sejarah dunia. ia adalah Gamal Abdul Nasir.
pada tahun 1954 setelah mematahkan gerakan IM (Muslim Brotherhood) dan menjadi presiden resmi, Gamal Abdul Nasir memutuskan bersikap netral dan pada tahun 1955 ia juga hadir di KAA di Bandung yang mayoritas terdiri dari negara negara netral.
namun Gamal Abdul Nasir selanjutnya mulai mengkampanyekan dan mensponsori gerakan anti Israel dan mulai condong ke blok Sovyet dan Pakta Warsawa sehingga membikin blok barat geram melihat manuvernya tersebut, apalagi ia juga mengakui RRC sedang pihak barat mendukung Taiwan Nasionalis yang kalah perang.
berbagai ketidak enakan tersebut akhirnya berujung pada mundurnya negara negara barat yang sedianya akan membiayai
bendungan Aswanyang berakibat Gamal Abdul Nasir mengambil langkah drastis dengan menutup terusan Suez,
sekali tembak 2 burung kena, barat akan payah dalam lalu lintas kapalnya dari Eropa ke Asia dan Israel akan menangis darah karena dari kanal tersebutlah semua barang keluar masuk negara tersebut diangkut melalui kapal, sebagai bonus, Gamal Abdul Nasir juga menutup pula
Selat Tiran untuk memastikan hancurnya Israel.
dan gayungpun bersambut..
Quote:
Sejarah Terusan Suez - Mesir
inilah..com, Jakarta - Terusan Suez (Qana Al Suways) berada di barat Semenanjung Sinai. Terusan kapal sepanjang 163 km ini terletak di Mesir yang menghubungkan dua pelabuhan.
Terusan Suez menghubungkan Pelabuhan Said (Bur Sa'id) di Laut Tengah dengan Suez (Al Suways) di Laut Merah. Terusan Suez dibuka pada 1870 dan dibangun atas prakarsa insinyur Perancis Ferdinand Vicomte de Lesseps.
Terusan ini memungkinkan adanya transportasi air dari Eropa ke Asia tanpa mengelilingi Afrika. Sebelum adanya kanal ini, beberapa transportasi dilakukan dengan mengosongkan kapal dan membawa barang melalui jalan darat antara Laut Tengah dan Laut Merah.
Terusan Suez terdiri dari dua bagian, yakni utara dan selatan Danau Great Bitter yang menghubungkan Laut Tengah ke Teluk Suez. Berikut kronologi Terusan Suez.
Pada 1854-1856, Ferdinand de Lesseps memperoleh hak dari Khadif Mesir Said Pasha untuk menetapkan suatu perusahaan guna membangun dan mengoperasikan Terusan Suez selama 99 tahun.
Pada 1869, konstruksi diselesaikan dan diperkirakan menghabiskan dana sebesar US$ 41,86 juta (Rp 378 miliar). Pada 1875, pemerintah Mesir mengalami defisit keuangan dan menjual sebagian besar saham Terusan Suez kepada Inggris.
Pada 1888, kebebasan melewati kanal ini bagi semua kapal dari semua negara secara damai dan berperang dijamin oleh konvensi Konstantinopel. Kemudian 26 Juli 1956, Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser menasionalisasikan Terusan Suez.
Oktober 1956, Israel menduduki Semenanjung Sinai, sedangkan Inggris dan Prancis menduduki posisi sepanjang terusan. April 1957, terusan dibuka kembali untuk lalu lintas non-Israel dan diserahkan pada Mesir yang secepatnya harus mengganti rugi pemegang saham pada 1958.
Pada 1967, selama perang enam hari antara Mesir dan Israel, Mesir menenggelamkan kapal sehingga menghalangi terusan. Akibatnya, terusan ditutup selama delapan tahun.
Kemudian pada 1975-1980, kanal ini diperlebar dan diperdalam untuk memungkinkan dilewati kapal yang lebih besar. Pada 1979, hak-hak lalu lintas kapal Israel diperbaiki dengan perjanjian damai antara Mesir dan Israel. Pada 1980, kurang lebih sebanyak 21.603 kapal melintas kanal ini.
[url]http://web.inilah..com/read/detail/1201432/inilah-sejarah-terusan-suez-mesir#.U8kOY0DVBkg[/url]
Terusan Suez, Jalur Pelayaran Tersibuk di Dunia
Liputan6.com, Jakarta - Terusan Suez merupakan buah tangan terbesar yang pernah dibuat manusia. Terusan yang resmi beroperasi pada 1869 ini merupakan salah satu jalur pelayaran tersibuk di muka bumi ini.
Jalan pintas yang membelah Eropa (Mediteranian) dan Asia (Laut Merah) ini merupakan jalur vital terpenting di dunia. Melalui terusan Suez, kebutuhan energi Eropa dipasok dari lapangan-lapangan minyak di Timur Tengah.
Meski sangat penting bagi aktivitas perekonomian dunia, jalur penting ini sempat ditutup dua kali karena perang. Penutupan yang terbaru terjadi karena perang antara Israel dan negara-negara tetangga di Arab lainnya.
Pada 2007, terusan Suez mencetak pengiriman barang terbesar sebanyak 7.700 ton yang mengangkut lebih dari 318 ribu ton kargo. Jumlah tersebut setara dengan 7,5% dari total perdagangan dunia.
Setiap tahunnya, Terusan Suez mampu mencetak pendapatan hingga lebih dari US$ 5 miliar. Berikut ulasan mengenai Terusan Suez dan fungsinya bagi perekonomian dunia seperti dikutip dari World Atlas dan World Shipping Technology, Rabu (28/5/2014).
selengkapnya di
http://bisnis.liputan6.com/read/2055...sibuk-di-dunia
Quote:
26-7-1956: Mesir Nasionalisasi Terusan Suez
VIVAnews - Pada 56 tahun yang lalu, Mesir secara sepihak menduduki Terusan Suez. Langkah ini akhirnya memicu invasi militer dari Israel, Inggris, dan Perancis. Krisis berakhir setelah muncul perintah penarikan mundur oleh PBB dengan dukungan AS.
Menurut stasiun berita BBC, perintah pendudukan Terusan Suez dikeluarkan oleh presiden Mesir saat itu, Kolonel Gamal Abdel Nasser. Dia menyebutnya sebagai nasionalisasi, mengingat perairan yang menghubungkan Laut Mediterania dan Laut Merah berada di wilayah Mesir, walaupun dimiliki secara patungan oleh Inggris dan Preancis.
Bagi Nasser, nasionalisasi Terusan Suez itu perlu untuk mendukung pendanaan bagi proyek Bendungan Aswan. Kapal-kapal dagang dan komersil yang melintas di perairan itu harus membayar ke pemerintah Mesir.
Langkah ini mengejutkan pemerintah Inggris dan Perancis sebagai pemegang saham Suez Canal Company, yang mengelola perairan buatan itu. Dibangun selama 1859-1869, Terusan Suez memang berada di wilayah Mesir. Namun pada 1869 muncul kesepakatan bahwa pengelolaannya diserahkan kepada perusahaan Suez Canal Company, yang sahamnya dimiliki Inggris dan Perancis. Hak sewa atas terusan itu berlangsung selama 99 tahun.
Namun, Mesir merasa diperlakukan tidak adil. Nasser beralasan bahwa pembangunan terusan ini telah merenggut nyawa 120.000 warga Mesir. Namun, bangsa mereka hanya mendapat porsi yang sangat kecil dari pendapatan perusahaan yang hingga sebesar 35 juta poundsterling per tahun.
Selain menasionalisasi Terusan Suez, Mesir pun memblokade Selat Tiran. Itu merupakan perairan strategis bagi Israel untuk mencapai Laut Merah.
Itulah sebabnya langkah Nasser itu membuat Israel menyerbu Mesir dari Semenanjung Sinai pada 29 Oktober 1956. Dua hari kemudian, Inggris dan Perancis mengerahkan pasukan untuk merebut Terusan Suez setelah Nasser menolak tawaran untuk membentuk zona penyangga antara Israel dan Mesir.
Di tengah suasana Perang Dingin, Uni Soviet pun mendukung Mesir. Bahkan, Soviet mengancam akan turut mengerahkan militernya ke Suez.
Ancaman dari seterunya itu membuat AS bersama PBB melobi Inggris, Perancis, dan Israel untuk mengadakan gencatan senjata dengan Mesir. Pada November 1956, mereka akhirnya menarik mundur pasukan dari Mesir.
http://dunia.news.viva.co.id/news/re...i-terusan-suez
---------
