TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Ketua DPP Golkar Yorrys Raweyai menilai wacana Munas dipercepat karena adanya akumulasi kekecewaan yang berkepanjangan. Kekecewaan itu dirasakan kader di bawah kepemimpinan Aburizal Bakrie (Ical).
Puncak kekecewaan itu saat Golkar ikut koalisi permanen yang dibentuk partai pendukung Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa.
Anggota Komisi I DPR itu mengatakan masuknya Golkar dalam koalisi permanen tidak melalui mekanisme yang benar. Seharusnya, kata Yorrys, Ical menggelar rapimnas untuk meminta persetujuan dalam koalisi.
"Peristiwa Tugu Proklamasi ini menambah kekecewaan dan kesalahan dengan melanggar konstitusi kita," kata Yorrys di Gedung Perintis Kemerdekaan, Jakarta, Selasa (15/7/2014).
Selain itu, kata Yorrys, DPP juga mengeluarkan kebijakan yang sangat otoriter. Ia mencontohkan pemecatan tiga kader Golkar yakni Nusron Wahid, Agus Gumiwang dan Poempida Hidayatullah.
"Pemecatan tiga kader Golkar otoriter, di zaman Golkar otoriter saja tidak pernah ada pemecatan," kata Yorrys.
Anggota Komisi I DPR itupun mendesak Munas digelar sesuai siklus lima tahunan. Dimana Munas terakhir di Riau terjadi pada Oktober 2009. Alhasil, Munas akan berlangsung pada Oktober 2014.
"Ini siklus kepemimpinan lima tahun," katanya.

sumber : https://id.berita.yahoo.com/yorrys-di-zaman-otoriter-golkar-tidak-pernah-pecat-132236700.html

parah tenan