Banyak memori tentang Papa maupun Mama. Kali ini cerita tentang Papa dulu ya. Bagaimana value-nya sebagai Papa terasa.

Papa bukan orang yang bisa mengekspresikan cintanya. Jarang sekali Ia mengucapkan “I love you.” Ketika aku bilang “Papa, peluk aku dong.” Itu artinya aku yang memeluk papa dan kemudian dia cukup puk puk punggungku. Mungkin karena beliau itu anak yatim piatu dari usia 4 tahun. Tetapi, papa selalu ADA. Ada ketika ada situasi apapun dimana aku membutuhkan dukungan. Suatu hari aku sempat berantem sama mama. Sampai nangis tersedu-sedu sampai tidak bisa bicara. Pas papa baru pulang. Papa cuma bilang, “Ayo, masuk ke mobil. Pergi sama aku.” Di mobil papa bilang, “Kenapa, ayo cerita.” Saat itu aku baru pulang dari 10 tahun tinggal di Amerika, jadi bahasa Indonesia masih sangat terbatas. Jadi berceritalah aku dengan Bahasa Inggris. Panjang lebar sambil menangis. Papa sambil mengemudi mengangguk-angguk. Sabar mendengarkan. Tidak memotong sedikitpun. Setelah 20 menit bercerita, aku merasa jauh lebih tenang. Merasa didengarkan. Itu cukup. Lalu papa berkata, “Sudah lebih tenang?” “Sudah,” kataku. Lalu dia menjawab, “Oke, bolehkah diulang lagi, tetapi pakai Bahasa Indonesia, supaya papa lebih mengerti?”

LOL. Bukan malahan sebel, aku malah tertawa dengan bahagia. Segitu sayangnya dia sehingga dia tidak memotong sama sekali, tetapi juga gak pura-pura paham. I love my dad. Dia satu-satunya orang di dunia ini yang bisa membuatku merasa disayang, didukung, dicintai tanpa harus mengatakan “I love you.” I want to be that person.

Ini ada cerita lagi ketemu di Youtube.

Walau, kami ingin mendengar cerita kamu. Apa salah satu memori terbaik kamu tentang orang tuamu? #shareyourstory