- Beranda
- Komunitas
- Pilih Capres & Caleg
Antara Kebimbangan Seorang Calon Golput


TS
Garyu73
Antara Kebimbangan Seorang Calon Golput
Quote:
Sebuah Inspirasi Untuk Pilpres 2014
Awalnya aku begitu apatis dan masa bodohdengan adanya Pilpres 9 Juli 2014.
Bagaimana tidak?
Tokoh yang kuanggap paling bersih dan paling pantas menahkodai kapal besar bernama "INDONESIA" ini tidak bisa maju menjadi calon presiden Pemilu 2014. Siapa lagi kalau bukan ksatria TRIAS POLITICA bernama Mohammad Mahfud MD , yang mempunyai rekam jejak
fenomenal dalam karirnya di tiga lembaga negara.
Dan saya yakin jutaan rakyat Indonesia kecewa karena beliau tidak dipilih menjadi capres/cawapres di Pilpres kali ini. Hingga akhirnya KPU Pusat memutuskan hanya dua pasangan capres-cawapres yang lolos, yaitu Prabowo Hatta dan Jokowi-JK.
Sejenak aku menganalisa...
Ah... Jokowi-JK akan menang mudah karena elektabilitas Jokowi yang sangat tinggi ditambah profil JK termasuk bagian dari NU (lumbung suara terbesar). Sedangkan Prabowo mempunyai rekam jejak masa lalu yang "patut dipertanyakan" dan profil Hatta Rajasa dari PAN/Muhammadiyah.
Ditambah sejak masih menjabat walikota Solo dan sukses "menaklukkan" DKI Jakarta, aku begitu cinta dan mengidolakan sosok Jokowi. Buku-buku
perihal Jokowi sampai video kinerjanya kulahap habis. Saat itu, aku berpikir inilah role model pemimpin sejati bagi negeri ini!
Berhari-hari kuamati kedua pasangan dengan seksama. Informasi kedua calon kubaca lewat berbagai media. Aku masih menduga bahwa laju kemenangan Jokowi-JK tak akan mampu dibendung oleh pasangan Prabowo-Hatta.
Tak kusangka, politikus idola sang Ksatria TRIAS POLITICA malah bergabung bersama pasangan nomor urut satu lewat proses kegalauan yang luar biasa. Selama 3 hari, beliau minta nasehat dari para kiai, guru dan alim ulama. Jujur aku begitu kecewa. Alangkah bijaksananya jika karir cemerlang Mahfudz MD ditutup dengan bersikap netral dan dikenang sebagai “Guru Bangsa”,
seperti pemimpin idolanya Gus Dur!
Sejenak aku berpikir...ada apa dengan tokoh bernama Prabowo Subianto?
Yang dalam benakku, termindset sebagai jendral kejam tanpa perasaan. Mengapa beliau malah mendukung pasangan nomor urut satu?
Dalam kebingunganku aku melihat gelombang dukungan para alim ulama dan kiai begitu deras mendukung Prabowo-Hatta. Mulai dari KH Said
Aqil Siradj, Ustadz Arifin Ilham, Aa Gym hingga KH Maimun Zubair.
Aku pun mencari tahu tentang sosok jendral yang kuanggap sadis ini. Rekam jejaknya di militer, kasus 1998, hingga bisnisnya. Hingga aku membaca uraian dari Nanik S Deyang, jurnalis senior yang kenal dekat dengan Prabowo maupun Jokowi. Kuikuti paparan wanita ini dengan seksama sambil mengkritisinya. Tak ketinggalan aku membaca catatan cerdas Pak Kafel Yamin, yang menurut ku begitu obyektif menilai kedua capres ini. Dan aku pun tak mau percaya begitu saja uraian dari para jurnalis ini.
Oh…Prabowo Subianto, aku dan jutaan rakyat Indonesia menjadi ingin tahu siapa kau sesungguhnya!
Kutelisik jatidirimu, pendidikanmu, jejak hidupmu hingga kasus yang menghabisi karir militer cemerlangmu “Pelanggaran HAM 1998” dari berbagai sumber. Kubandingkan dengan ucapan, sikap dan tingkah lakumu hingga gesture dan mimik mukamu… Inikah jendral kejam itu? Yang menanggung dosa satu institusi TNI dari peristiwa reformasi?
Di lain pihak, aku pun mengamati Jokowi yang dulu begitu kukagumi. Sukses besar di Solo hingga mampu “memasuki hutan belantara masalah” ibukota Jakarta.
“Apa itu surva? Apa itu survey? Nggak mikiir…nggak mikir….mengatasi masalah Jakarta saja sudah sulitnya bukan main….kok disuruh ngurus
Indonesia sebesar ini?” kata tokoh idola penggemar Grup Band Metalica.
Pernyataan sejenis yang terlontar dari mulutnya membuatku kagum padanya…
Namun, entah mengapa sejak beliau dicalonkan menjadi Capres dan menjadi “petugas partai” oleh Ibu Megawati, aku kehilangan respek pada Jokowi. Beliau memilih maju dan bertarung dengan tokoh yang mempunyai andil besar menjadi Gubernur DKI Jakarta. Padahal dulu pernah aku berdiskusi dengan ayahku dengan seksama melihat dinamika politik yang ada.
“Wah, ini kalau Jokowi sukses membenahi Jakarta selama 5 tahun. Pasti 2019 jadi Presiden Republik Indonesia ya Pak…” kataku pada Ayahku kala itu.
Entahlah…alasan Jokowi akan mengurus Jakarta dari Istana tak membuatku puas memahaminya.
Alibi atas nama kehendak rakyat pun tak juga membuat nurani ini memakluminya. Aku percaya Jokowi sukses di Surakarta, tapi belum sukses di Jakarta. Terlalu banyak masalah yang belum
diselesaikannya!!!
Aku mulai ragu, lebih baik aku GOLPUT saja? Lha kedua calon tak menarik perhatianku?
Hingga akhirnya muncul iklan itu… Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, Rais Am JATMAN (Jam’iyyah Ahli Thariqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyah) dan Presiden Thoriqoh Dunia. Ulama paling kukagumi dan kuikuti, yang memahami luar dalam dzohir batin Indonesiaku tampil
mendukung Prabowo.
“Pemimpin itu harus berjiwa ksatria. Untuk menjaga agama dan martabat bangsa. Mari kita jaga kesatuan dan persatuan ini demi NKRI. Insya Allah itu ada pada diri Bapak Prabowo…”
Kalimat penuh makna itu meluncur dari bibir suci ulama idolaku…
Sebenarnya dari beberapa kali debat dan kubandingkan dengan catatan cerdas Pak Kafeel Yamin, aku sudah respek pada Prabowo. Entah mengapa diluar dinamika Black Campaign dan fitnah yang merajalela, akal sehat dan batin nuraniku memilih Prabowo. Dan keyakinanku semakin mantab lewat iklan itu.
Aku pun semakin menggebu ingin mengetahui siapa sesungguhnya mantan Danjen Kopassus itu?
Oh…aku semakin tahu, beliau ketua umum HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia), ketua umum IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia), ketua umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), penyantun 8000 anak asuh di Papua, komitmen menyelamatkan TKI di luar negeri dan patriot bangsa yang membebaskan dermaga strategis di PT. KIANI dari tangan Amerika. Dan masih banyak dedikasinya yang luar biasa bagi
Indonesia.
Dari rekam jejak di luar pemerintahan itu, sungguh naïf dan tak adil jika kita bandingkan dengan orang yang sudah duduk di pemerintahan seperti
Jokowi. Suara sumbang dan sinis pun menggema!
“Jokowi sudah berhasil memindahkan PKL di Solo dengan humanis, relokasi pasar dengan pendekatan intrapersonal, alih fungsi waduk tanpa pertikaian. Baru 1 tahun menjabat pasar tanah abang beres, waduk pluit tuntas, rusunawa jalan, kartu indonesia sehat, kartu indonesia pintar.
Tidak bisa kita tutupi terobosan & prestasi itu. Sedangkan Prabowo? Bisa apa dia? Indonesia tidak hanya urusan membawa bedil dan senapan!!!
Ah…Prabowo itu pantasnya jadi peternak kuda saja..hahaha”
Bagiku…pemimpin yang berhasil adalah apabila dia berprestasi sesuai bidangnya dan mempunyai respek positif dan kesan mendalam bagi yang dipimpinnya. Dan Prabowo sudah membuktikannya!
Kopassus diakui menjadi 3 besar pasukan elit terbaik di dunia. Indonesia dibawa menjadi juara dunia Pencak Silat. Membawa tim Polo berkuda
juara Asia. Selanjutnya buktikan saja kesan mendalam apa yang diucapkan anak buahnya di Kopassus tentang sosok Prabowo. “KAMI RELA
MATI DEMI PAK PRABOWO!”
Ah….masih banyak prestasi, dedikasi, ketulusan dan pengorbanan yang diberikan pada negeri ini.
Hanya saja kita tidak mengetahuinya dan beliau pun tak berusaha mengekspose sedemikian rupa.
Aku pun jatuh hati padamu Pak Jendral….Maafkan dulu saat aku berpikir begitu jahat padamu…
SALAM KOMANDO!
Nb: Tulisan ini hanyalah curahan hati swing voters (pemilih mengambang) dan aku yakin ribuan, ratusan ribu atau mungkin lebih swing voters Pilpres mengalami hal yang sama denganku…
Wallahu A’lam Bisshowab…
By Danar Abdullah
Awalnya aku begitu apatis dan masa bodohdengan adanya Pilpres 9 Juli 2014.
Bagaimana tidak?
Tokoh yang kuanggap paling bersih dan paling pantas menahkodai kapal besar bernama "INDONESIA" ini tidak bisa maju menjadi calon presiden Pemilu 2014. Siapa lagi kalau bukan ksatria TRIAS POLITICA bernama Mohammad Mahfud MD , yang mempunyai rekam jejak
fenomenal dalam karirnya di tiga lembaga negara.
Dan saya yakin jutaan rakyat Indonesia kecewa karena beliau tidak dipilih menjadi capres/cawapres di Pilpres kali ini. Hingga akhirnya KPU Pusat memutuskan hanya dua pasangan capres-cawapres yang lolos, yaitu Prabowo Hatta dan Jokowi-JK.
Sejenak aku menganalisa...
Ah... Jokowi-JK akan menang mudah karena elektabilitas Jokowi yang sangat tinggi ditambah profil JK termasuk bagian dari NU (lumbung suara terbesar). Sedangkan Prabowo mempunyai rekam jejak masa lalu yang "patut dipertanyakan" dan profil Hatta Rajasa dari PAN/Muhammadiyah.
Ditambah sejak masih menjabat walikota Solo dan sukses "menaklukkan" DKI Jakarta, aku begitu cinta dan mengidolakan sosok Jokowi. Buku-buku
perihal Jokowi sampai video kinerjanya kulahap habis. Saat itu, aku berpikir inilah role model pemimpin sejati bagi negeri ini!
Berhari-hari kuamati kedua pasangan dengan seksama. Informasi kedua calon kubaca lewat berbagai media. Aku masih menduga bahwa laju kemenangan Jokowi-JK tak akan mampu dibendung oleh pasangan Prabowo-Hatta.
Tak kusangka, politikus idola sang Ksatria TRIAS POLITICA malah bergabung bersama pasangan nomor urut satu lewat proses kegalauan yang luar biasa. Selama 3 hari, beliau minta nasehat dari para kiai, guru dan alim ulama. Jujur aku begitu kecewa. Alangkah bijaksananya jika karir cemerlang Mahfudz MD ditutup dengan bersikap netral dan dikenang sebagai “Guru Bangsa”,
seperti pemimpin idolanya Gus Dur!
Sejenak aku berpikir...ada apa dengan tokoh bernama Prabowo Subianto?
Yang dalam benakku, termindset sebagai jendral kejam tanpa perasaan. Mengapa beliau malah mendukung pasangan nomor urut satu?
Dalam kebingunganku aku melihat gelombang dukungan para alim ulama dan kiai begitu deras mendukung Prabowo-Hatta. Mulai dari KH Said
Aqil Siradj, Ustadz Arifin Ilham, Aa Gym hingga KH Maimun Zubair.
Aku pun mencari tahu tentang sosok jendral yang kuanggap sadis ini. Rekam jejaknya di militer, kasus 1998, hingga bisnisnya. Hingga aku membaca uraian dari Nanik S Deyang, jurnalis senior yang kenal dekat dengan Prabowo maupun Jokowi. Kuikuti paparan wanita ini dengan seksama sambil mengkritisinya. Tak ketinggalan aku membaca catatan cerdas Pak Kafel Yamin, yang menurut ku begitu obyektif menilai kedua capres ini. Dan aku pun tak mau percaya begitu saja uraian dari para jurnalis ini.
Oh…Prabowo Subianto, aku dan jutaan rakyat Indonesia menjadi ingin tahu siapa kau sesungguhnya!
Kutelisik jatidirimu, pendidikanmu, jejak hidupmu hingga kasus yang menghabisi karir militer cemerlangmu “Pelanggaran HAM 1998” dari berbagai sumber. Kubandingkan dengan ucapan, sikap dan tingkah lakumu hingga gesture dan mimik mukamu… Inikah jendral kejam itu? Yang menanggung dosa satu institusi TNI dari peristiwa reformasi?
Di lain pihak, aku pun mengamati Jokowi yang dulu begitu kukagumi. Sukses besar di Solo hingga mampu “memasuki hutan belantara masalah” ibukota Jakarta.
“Apa itu surva? Apa itu survey? Nggak mikiir…nggak mikir….mengatasi masalah Jakarta saja sudah sulitnya bukan main….kok disuruh ngurus
Indonesia sebesar ini?” kata tokoh idola penggemar Grup Band Metalica.
Pernyataan sejenis yang terlontar dari mulutnya membuatku kagum padanya…
Namun, entah mengapa sejak beliau dicalonkan menjadi Capres dan menjadi “petugas partai” oleh Ibu Megawati, aku kehilangan respek pada Jokowi. Beliau memilih maju dan bertarung dengan tokoh yang mempunyai andil besar menjadi Gubernur DKI Jakarta. Padahal dulu pernah aku berdiskusi dengan ayahku dengan seksama melihat dinamika politik yang ada.
“Wah, ini kalau Jokowi sukses membenahi Jakarta selama 5 tahun. Pasti 2019 jadi Presiden Republik Indonesia ya Pak…” kataku pada Ayahku kala itu.
Entahlah…alasan Jokowi akan mengurus Jakarta dari Istana tak membuatku puas memahaminya.
Alibi atas nama kehendak rakyat pun tak juga membuat nurani ini memakluminya. Aku percaya Jokowi sukses di Surakarta, tapi belum sukses di Jakarta. Terlalu banyak masalah yang belum
diselesaikannya!!!
Aku mulai ragu, lebih baik aku GOLPUT saja? Lha kedua calon tak menarik perhatianku?
Hingga akhirnya muncul iklan itu… Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, Rais Am JATMAN (Jam’iyyah Ahli Thariqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyah) dan Presiden Thoriqoh Dunia. Ulama paling kukagumi dan kuikuti, yang memahami luar dalam dzohir batin Indonesiaku tampil
mendukung Prabowo.
“Pemimpin itu harus berjiwa ksatria. Untuk menjaga agama dan martabat bangsa. Mari kita jaga kesatuan dan persatuan ini demi NKRI. Insya Allah itu ada pada diri Bapak Prabowo…”
Kalimat penuh makna itu meluncur dari bibir suci ulama idolaku…
Sebenarnya dari beberapa kali debat dan kubandingkan dengan catatan cerdas Pak Kafeel Yamin, aku sudah respek pada Prabowo. Entah mengapa diluar dinamika Black Campaign dan fitnah yang merajalela, akal sehat dan batin nuraniku memilih Prabowo. Dan keyakinanku semakin mantab lewat iklan itu.
Aku pun semakin menggebu ingin mengetahui siapa sesungguhnya mantan Danjen Kopassus itu?
Oh…aku semakin tahu, beliau ketua umum HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia), ketua umum IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia), ketua umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), penyantun 8000 anak asuh di Papua, komitmen menyelamatkan TKI di luar negeri dan patriot bangsa yang membebaskan dermaga strategis di PT. KIANI dari tangan Amerika. Dan masih banyak dedikasinya yang luar biasa bagi
Indonesia.
Dari rekam jejak di luar pemerintahan itu, sungguh naïf dan tak adil jika kita bandingkan dengan orang yang sudah duduk di pemerintahan seperti
Jokowi. Suara sumbang dan sinis pun menggema!
“Jokowi sudah berhasil memindahkan PKL di Solo dengan humanis, relokasi pasar dengan pendekatan intrapersonal, alih fungsi waduk tanpa pertikaian. Baru 1 tahun menjabat pasar tanah abang beres, waduk pluit tuntas, rusunawa jalan, kartu indonesia sehat, kartu indonesia pintar.
Tidak bisa kita tutupi terobosan & prestasi itu. Sedangkan Prabowo? Bisa apa dia? Indonesia tidak hanya urusan membawa bedil dan senapan!!!
Ah…Prabowo itu pantasnya jadi peternak kuda saja..hahaha”
Bagiku…pemimpin yang berhasil adalah apabila dia berprestasi sesuai bidangnya dan mempunyai respek positif dan kesan mendalam bagi yang dipimpinnya. Dan Prabowo sudah membuktikannya!
Kopassus diakui menjadi 3 besar pasukan elit terbaik di dunia. Indonesia dibawa menjadi juara dunia Pencak Silat. Membawa tim Polo berkuda
juara Asia. Selanjutnya buktikan saja kesan mendalam apa yang diucapkan anak buahnya di Kopassus tentang sosok Prabowo. “KAMI RELA
MATI DEMI PAK PRABOWO!”
Ah….masih banyak prestasi, dedikasi, ketulusan dan pengorbanan yang diberikan pada negeri ini.
Hanya saja kita tidak mengetahuinya dan beliau pun tak berusaha mengekspose sedemikian rupa.
Aku pun jatuh hati padamu Pak Jendral….Maafkan dulu saat aku berpikir begitu jahat padamu…
SALAM KOMANDO!
Nb: Tulisan ini hanyalah curahan hati swing voters (pemilih mengambang) dan aku yakin ribuan, ratusan ribu atau mungkin lebih swing voters Pilpres mengalami hal yang sama denganku…
Wallahu A’lam Bisshowab…
By Danar Abdullah
Sumber
NB : Silakan bagi yang ingin share pendapatnya, asal jangan sampai menjelek-jelekkan orang lain, saat ini bulan puasa bro. Gw hanya share apa yang menurut gw pantas untuk dishare.

0
1K
Kutip
0
Balasan
Thread Digembok
Thread Digembok
Komunitas Pilihan