- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Prabowo, Kampanye Hitam dan Konsultan Presiden Amerika


TS
InRealLife
Prabowo, Kampanye Hitam dan Konsultan Presiden Amerika
http://www.tribunnews.com/nasional/2...esiden-amerika

[lanjut ke post 2]

Quote:
Prabowo, Kampanye Hitam dan Konsultan Presiden Amerika
Senin, 30 Juni 2014 17:19 WIB
Tidak ada orang yang dianggap paling bedebah dalam sejarah politik modern Amerika selain Harvey LeRoy ‘Lee’ Atwater. Dia adalah ahli strategi, tukang plintir (spin doctor) nomor wahid, jagoan dalam hal intrik, jenius dalam memanipulasi. Lee Atwater adalah seorang operator politik. Dia bukan politisi. Tapi dia mampu mendudukkan politisi pada satu jabatan tertentu. Atwater adalah ‘Darth Vader’-nya politik Amerika. Orang yang sangat tega dan ganas, yang mampu melakukan apa saja agar klien-nya terpilih.
Lee Atwater memulai karirnya sebagai konsultan politik di selatan Amerika. Ini adalah daerah yang dalam sejarah perang saudara Amerika dikenal sebagai wilayah ‘Confederate.’ Penduduk wilayah ini anti-penghapusan perbudakan. Ini karena sebagian besar wilayahnya adalah wilayah pertanian. Salah satu warisan dari perbudakan ini adalah politik ras. Namun, sekalipun daerah-daerah ini sangat tersegregasi menurut warna kulit, politik ras tidak muncul ke permukaan hingga tahun 1960an. Sebelum itu, daerah-daerah ini adalah wilayah partai Demokrat. Karena orang kulit hitam tidak bisa memilih, maka pemilih kulit putih lebih mengutamakan kelas. Demokrat, yang progresif dan berorientasi pada kelas pekerja, selalu menjadi mayoritas di situ. Namun itu tidak berlaku di akhir tahun 1960an.
Adalah Richard Nixon yang mengubah peta politik di wilayah tersebut. Setelah UU Hak-hak Sipil (Civil Rights Act) disahkan Presiden Lyndon B. Johnson (Demokrat) tahun 1964, diskriminasi terhadap orang kulit hitam dihapuskan. Yang paling penting dari UU ini, selain penghapusan diskriminasi atas dasar ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, atau kebangsaan, adalah pemberian hak memilih untuk orang kulit hitam. UU ini mengubah semua dimensi politik di wilayah Selatan. Nixon memperhatikan ini dengan cermat. Dia memanipulasi politik di wilayah itu untuk menarik suara kaum kulit putih. Dan itu berhasil dengan baik.
Strategi untuk menggalang suara berdasarkan ras ini dikenal dengan nama ‘the Southern strategy.’ Karena diskriminasi atas nama apapun dilarang secara hukum, maka para operator politik bekerja dengan bahasa ‘kode.’ Mereka tidak mengungkapkan secara terbuka kebenciannya kepada orang kulit hitam, tetapi lewat kode-kode, seperti, misalnya, kerawanan sosial (artinya: orang kulit hitam itu kriminal); kupon makanan (orang kulit hitam itu pemalas dan jadi beban karena pajak yang Anda bayar dipakai untuk mensubsidi makanan mereka); rumah bersubsidi; jaminan sosial, dan lain sebagainya. Politik ini juga dikenal dengan nama politik ‘siulan anjing’ (dog whistle politics). Karena ada siulan anjing yang frekuensi suaranya hanya bisa didengar oleh anjing tapi tidak oleh manusia.
Inilah keahlian Lee Atwater. Dia memulai karirnya dengan menjadi operator politik senator Strom Thurmond dari negara bagian South Carolina. Senator ini terkenal sebagai pendukung politik segregasi dan penentang pemberian hak-hak sipil untuk kaum kulit hitam. Namun, beberapa bulan setelah dia meninggal, terungkap bahwa dia memiliki seorang putri dari seorang perempuan kulit hitam yang bekerja di rumahnya (sangat khas Amerika!). Saat bekerja untuk Senator Thurmond inilah Lee Atwater mengembangkan bakatnya sebagai bedebah politik. Dia membikin konferensi pers dengan menanam beberapa orang reporter palsu di antara reporter betulan. Reporter palsu ini mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang memojokkan lawan politiknya. Dia juga mengirim surat-surat langsung ke pemilih (direct mail) yang memberikan informasi palsu tentang lawan politiknya. Lee juga ahli dalam memanipulasi media. Dia akan memberikan informasi off the record tentang lawan politiknya kepada media – dan karena dia memiliki kualitas kepribadian yang demikian meyakinkan maka si wartawan merasa tidak perlu melakukan cross-checking. Dia juga membikin survey-survey palsu yang menunjukkan keunggulan calonnya. Survey-survey ini diharapkan akan memunculkan ‘band-wagon effect’ yaitu efek seperti gerbong yang menarik gerbong lainnya.
Lee Atwater berjasa membantu kemenangan Ronald Reagan di wilayah Selatan, yang kemudian membawa Reagan ke tampuk kepresidenan pada 1980. Lee kemudian ikut ke Washington dan menjadi wakil direktur urusan politik Gedung Putih. Dia juga wakil manajer kampanye pemilihan kembali Reagan tahun 1984. Manajer kampanye Reagan saat itu, Ed Rollins, menyebut Atwater menjalankan ‘taktik-taktik kotor’ khususnya terhadap calon wakil presiden Geraldine Ferraro (perempuan pertama yang menjadi calon wakil presiden Amerika!). Atwater mengampanyekan bahwa orangtua Geraldin Ferraro pernah ditahan karena berjualan togel (toto gelap).
Prestasi utama Atwater adalah pada 1988 ketika dia menjalankan kampanye George H.W. Bush Sr. Ketika itu, kampanye Bush hancur berantakan. Opini publik pada musim panas menunjukkan posisi Bush pada angka -17 persen. Namun saat pemilihan bulan November, Lee Atwater menjungkirbalikkan keadaan itu. Lawan Bush, Gubernur negara bagian Massachusetts, Michael Dukakis, diserang dengan taktik paling kotor yang pernah dipakai dalam pemilu AS. Lee Atwater memproduksi sebuah video kampanye yang menggambarkan seorang terpidana yang bernama Willie Horton. Di sana digambarkan Bush sebagai orang yang pro hukuman mati; sementara Dukakis adalah anti-hukuman mati. Tidak itu saja, Dukakis disebutkan mendukung program yang membolehkan tahanan keluar penjara saat akhir pekan. Di sinilah Willie Horton mengambil peranan. Pria kulit hitam ini dihukum seumur hidup, tetapi boleh menikmati ‘liburan’ akhir pekan keluar penjara. Semasa ‘liburan’ itulah Horton menyerang dua orang yang berpasangan, membacok, dan merudapaksa yang perempuan.
Iklan ini jelas adalah sebuah ‘kode.’ Dalam konteks rasial masyarakat Amerika, ini adalah kode lunaknya Dukakis terhadap orang kulit hitam. Tidak itu saja. Penekanan rasial dalam video kampanye ini mengirimkan sinyal kepada ras kulit putih, yang menjadi mayoritas pemilih: keamanan Anda menjadi taruhan kalau Anda memilih Dukakis! Para kriminal itu (baca: kulit hitam) akan bebas berkeliaran untuk merampok, membunuh, dan merudapaksa.
Iklan Willie Horton itu menjadi sangat fenomenal. Bukan karena keberhasilannya dalam menjungkirbalikan posisi politik Bush sehingga membuat dia terpilih sebagai presiden, tetapi karena unsur rasialnya. Iklan ini memainkan emosi dan ketakutan tidak beralasan orang kulit putih terhadap kulit hitam. Ia menguatkan semua prasangka yang memang sudah ada dan menyuburkannya. Ia mampu menghimpun orang kulit putih berbondong-bondong mencoblos (pemilihan bukan suatu kewajiban di Amerika).
Kampanye model ini tidak terjadi sekali dua kali saja. Hampir setiap periode pemilihan pasti diwarnai oleh kampanye hitam ini. Ada yang ditempuh dengan bisik-bisik, ada juga lewat bombardir iklan TV yang menyesatkan. Ambillah contoh kampanye Senator John McCain pada tahun 2000. Saat kampanye penyisihan (primary campaign) untuk menjadi calon Partai Republik, McCain harus menghadapi tuduhan bahwa dia memiliki anak kulit hitam hasil hubungan gelapnya. McCain memang memiliki putri angkat yang berasal dari Bangladesh. Pahlawan perang Vietnam ini memang sedang memperoleh momentum karena kemenangannya di New Hampsire. Lawannya adalah George W. Bush Jr, yang kemudian menjadi presiden. Ketika pemilihan di South Carolina, McCain harus menghadapi tuduhan ini, yang disebarkan lewat selebaran dari rumah ke rumah. Inilah yang membuatnya terjungkal dan George Bush menjadi calon presiden dari Partai Republik.
Hal yang sama juga dialami John Kerry pada tahun 2004. Kerry, seorang veteran perang Vietnam, menerima medali the purple heart karena terluka di Vietnam. Pada kampanye pemilihan presiden melawan George Bush, Kerry diserang lewat iklan kampanye oleh kelompok yang menamakan dirinya Swift Boat Veterans for Truth. Kelompok ini mempertanyakan medali yang diterima Kerry, terutama karena Kerry pernah bersaksi di depan Kongres tentang kekejaman tentara Amerika di Vietnam. Para veteran, yang terluka atau yang pernah ditawan itu bertanya, ‘Jika Kerry tidak loyal terhadap kawan seperjuangannya, bagaimana dia bisa loyal terhadap negara?’
Ada satu hal yang juga penting digarisbawahi baik pada kampanye hitam ataupun kampanye negatif. Yang diserang bukan bagian yang lemah dari lawan politiknya. Namun, justru yang paling kuat. Dukakis diserang karena kebijakannya yang ingin memperbaiki sistem ‘pemasyarakatan.’ Dia justru ingin sistem yang lebih manusiawi. McCain diserang karena integritasnya, baik sebagai mantan tawanan perang Vietnam, maupun karena sikapnya yang terus terang. Tuduhan memiliki anak dari hasil hubungan gelap adalah serangan yang paling fatal atas integritas dan kejujurannya. Kerry diserang, persis karena statusnya sebagai penerima medali purple heart. Dia menjadi pengritik perang Vietnam. Posisi ini sebenarnya sangat populer di kalangan masyarakat Amerika. Namun, para ahli strategi di pihak Bush dengan buas mengeskploitasinya menjadi titik lemah Kerry, yakni dengan menghubungkannya dengan loyalitas terhadap kawan seperjuangan. Bush berhasil mengeksploitasi sentimen nasionalisme.
***
Senin, 30 Juni 2014 17:19 WIB
Tidak ada orang yang dianggap paling bedebah dalam sejarah politik modern Amerika selain Harvey LeRoy ‘Lee’ Atwater. Dia adalah ahli strategi, tukang plintir (spin doctor) nomor wahid, jagoan dalam hal intrik, jenius dalam memanipulasi. Lee Atwater adalah seorang operator politik. Dia bukan politisi. Tapi dia mampu mendudukkan politisi pada satu jabatan tertentu. Atwater adalah ‘Darth Vader’-nya politik Amerika. Orang yang sangat tega dan ganas, yang mampu melakukan apa saja agar klien-nya terpilih.
Lee Atwater memulai karirnya sebagai konsultan politik di selatan Amerika. Ini adalah daerah yang dalam sejarah perang saudara Amerika dikenal sebagai wilayah ‘Confederate.’ Penduduk wilayah ini anti-penghapusan perbudakan. Ini karena sebagian besar wilayahnya adalah wilayah pertanian. Salah satu warisan dari perbudakan ini adalah politik ras. Namun, sekalipun daerah-daerah ini sangat tersegregasi menurut warna kulit, politik ras tidak muncul ke permukaan hingga tahun 1960an. Sebelum itu, daerah-daerah ini adalah wilayah partai Demokrat. Karena orang kulit hitam tidak bisa memilih, maka pemilih kulit putih lebih mengutamakan kelas. Demokrat, yang progresif dan berorientasi pada kelas pekerja, selalu menjadi mayoritas di situ. Namun itu tidak berlaku di akhir tahun 1960an.
Adalah Richard Nixon yang mengubah peta politik di wilayah tersebut. Setelah UU Hak-hak Sipil (Civil Rights Act) disahkan Presiden Lyndon B. Johnson (Demokrat) tahun 1964, diskriminasi terhadap orang kulit hitam dihapuskan. Yang paling penting dari UU ini, selain penghapusan diskriminasi atas dasar ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, atau kebangsaan, adalah pemberian hak memilih untuk orang kulit hitam. UU ini mengubah semua dimensi politik di wilayah Selatan. Nixon memperhatikan ini dengan cermat. Dia memanipulasi politik di wilayah itu untuk menarik suara kaum kulit putih. Dan itu berhasil dengan baik.
Strategi untuk menggalang suara berdasarkan ras ini dikenal dengan nama ‘the Southern strategy.’ Karena diskriminasi atas nama apapun dilarang secara hukum, maka para operator politik bekerja dengan bahasa ‘kode.’ Mereka tidak mengungkapkan secara terbuka kebenciannya kepada orang kulit hitam, tetapi lewat kode-kode, seperti, misalnya, kerawanan sosial (artinya: orang kulit hitam itu kriminal); kupon makanan (orang kulit hitam itu pemalas dan jadi beban karena pajak yang Anda bayar dipakai untuk mensubsidi makanan mereka); rumah bersubsidi; jaminan sosial, dan lain sebagainya. Politik ini juga dikenal dengan nama politik ‘siulan anjing’ (dog whistle politics). Karena ada siulan anjing yang frekuensi suaranya hanya bisa didengar oleh anjing tapi tidak oleh manusia.
Inilah keahlian Lee Atwater. Dia memulai karirnya dengan menjadi operator politik senator Strom Thurmond dari negara bagian South Carolina. Senator ini terkenal sebagai pendukung politik segregasi dan penentang pemberian hak-hak sipil untuk kaum kulit hitam. Namun, beberapa bulan setelah dia meninggal, terungkap bahwa dia memiliki seorang putri dari seorang perempuan kulit hitam yang bekerja di rumahnya (sangat khas Amerika!). Saat bekerja untuk Senator Thurmond inilah Lee Atwater mengembangkan bakatnya sebagai bedebah politik. Dia membikin konferensi pers dengan menanam beberapa orang reporter palsu di antara reporter betulan. Reporter palsu ini mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang memojokkan lawan politiknya. Dia juga mengirim surat-surat langsung ke pemilih (direct mail) yang memberikan informasi palsu tentang lawan politiknya. Lee juga ahli dalam memanipulasi media. Dia akan memberikan informasi off the record tentang lawan politiknya kepada media – dan karena dia memiliki kualitas kepribadian yang demikian meyakinkan maka si wartawan merasa tidak perlu melakukan cross-checking. Dia juga membikin survey-survey palsu yang menunjukkan keunggulan calonnya. Survey-survey ini diharapkan akan memunculkan ‘band-wagon effect’ yaitu efek seperti gerbong yang menarik gerbong lainnya.
Lee Atwater berjasa membantu kemenangan Ronald Reagan di wilayah Selatan, yang kemudian membawa Reagan ke tampuk kepresidenan pada 1980. Lee kemudian ikut ke Washington dan menjadi wakil direktur urusan politik Gedung Putih. Dia juga wakil manajer kampanye pemilihan kembali Reagan tahun 1984. Manajer kampanye Reagan saat itu, Ed Rollins, menyebut Atwater menjalankan ‘taktik-taktik kotor’ khususnya terhadap calon wakil presiden Geraldine Ferraro (perempuan pertama yang menjadi calon wakil presiden Amerika!). Atwater mengampanyekan bahwa orangtua Geraldin Ferraro pernah ditahan karena berjualan togel (toto gelap).
Prestasi utama Atwater adalah pada 1988 ketika dia menjalankan kampanye George H.W. Bush Sr. Ketika itu, kampanye Bush hancur berantakan. Opini publik pada musim panas menunjukkan posisi Bush pada angka -17 persen. Namun saat pemilihan bulan November, Lee Atwater menjungkirbalikkan keadaan itu. Lawan Bush, Gubernur negara bagian Massachusetts, Michael Dukakis, diserang dengan taktik paling kotor yang pernah dipakai dalam pemilu AS. Lee Atwater memproduksi sebuah video kampanye yang menggambarkan seorang terpidana yang bernama Willie Horton. Di sana digambarkan Bush sebagai orang yang pro hukuman mati; sementara Dukakis adalah anti-hukuman mati. Tidak itu saja, Dukakis disebutkan mendukung program yang membolehkan tahanan keluar penjara saat akhir pekan. Di sinilah Willie Horton mengambil peranan. Pria kulit hitam ini dihukum seumur hidup, tetapi boleh menikmati ‘liburan’ akhir pekan keluar penjara. Semasa ‘liburan’ itulah Horton menyerang dua orang yang berpasangan, membacok, dan merudapaksa yang perempuan.
Iklan ini jelas adalah sebuah ‘kode.’ Dalam konteks rasial masyarakat Amerika, ini adalah kode lunaknya Dukakis terhadap orang kulit hitam. Tidak itu saja. Penekanan rasial dalam video kampanye ini mengirimkan sinyal kepada ras kulit putih, yang menjadi mayoritas pemilih: keamanan Anda menjadi taruhan kalau Anda memilih Dukakis! Para kriminal itu (baca: kulit hitam) akan bebas berkeliaran untuk merampok, membunuh, dan merudapaksa.
Iklan Willie Horton itu menjadi sangat fenomenal. Bukan karena keberhasilannya dalam menjungkirbalikan posisi politik Bush sehingga membuat dia terpilih sebagai presiden, tetapi karena unsur rasialnya. Iklan ini memainkan emosi dan ketakutan tidak beralasan orang kulit putih terhadap kulit hitam. Ia menguatkan semua prasangka yang memang sudah ada dan menyuburkannya. Ia mampu menghimpun orang kulit putih berbondong-bondong mencoblos (pemilihan bukan suatu kewajiban di Amerika).
Kampanye model ini tidak terjadi sekali dua kali saja. Hampir setiap periode pemilihan pasti diwarnai oleh kampanye hitam ini. Ada yang ditempuh dengan bisik-bisik, ada juga lewat bombardir iklan TV yang menyesatkan. Ambillah contoh kampanye Senator John McCain pada tahun 2000. Saat kampanye penyisihan (primary campaign) untuk menjadi calon Partai Republik, McCain harus menghadapi tuduhan bahwa dia memiliki anak kulit hitam hasil hubungan gelapnya. McCain memang memiliki putri angkat yang berasal dari Bangladesh. Pahlawan perang Vietnam ini memang sedang memperoleh momentum karena kemenangannya di New Hampsire. Lawannya adalah George W. Bush Jr, yang kemudian menjadi presiden. Ketika pemilihan di South Carolina, McCain harus menghadapi tuduhan ini, yang disebarkan lewat selebaran dari rumah ke rumah. Inilah yang membuatnya terjungkal dan George Bush menjadi calon presiden dari Partai Republik.
Hal yang sama juga dialami John Kerry pada tahun 2004. Kerry, seorang veteran perang Vietnam, menerima medali the purple heart karena terluka di Vietnam. Pada kampanye pemilihan presiden melawan George Bush, Kerry diserang lewat iklan kampanye oleh kelompok yang menamakan dirinya Swift Boat Veterans for Truth. Kelompok ini mempertanyakan medali yang diterima Kerry, terutama karena Kerry pernah bersaksi di depan Kongres tentang kekejaman tentara Amerika di Vietnam. Para veteran, yang terluka atau yang pernah ditawan itu bertanya, ‘Jika Kerry tidak loyal terhadap kawan seperjuangannya, bagaimana dia bisa loyal terhadap negara?’
Ada satu hal yang juga penting digarisbawahi baik pada kampanye hitam ataupun kampanye negatif. Yang diserang bukan bagian yang lemah dari lawan politiknya. Namun, justru yang paling kuat. Dukakis diserang karena kebijakannya yang ingin memperbaiki sistem ‘pemasyarakatan.’ Dia justru ingin sistem yang lebih manusiawi. McCain diserang karena integritasnya, baik sebagai mantan tawanan perang Vietnam, maupun karena sikapnya yang terus terang. Tuduhan memiliki anak dari hasil hubungan gelap adalah serangan yang paling fatal atas integritas dan kejujurannya. Kerry diserang, persis karena statusnya sebagai penerima medali purple heart. Dia menjadi pengritik perang Vietnam. Posisi ini sebenarnya sangat populer di kalangan masyarakat Amerika. Namun, para ahli strategi di pihak Bush dengan buas mengeskploitasinya menjadi titik lemah Kerry, yakni dengan menghubungkannya dengan loyalitas terhadap kawan seperjuangan. Bush berhasil mengeksploitasi sentimen nasionalisme.
***
[lanjut ke post 2]
Diubah oleh InRealLife 01-07-2014 04:10
0
2.7K
Kutip
25
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan