Kaskus

News

roysambojaAvatar border
TS
roysamboja
Wartawan (juga) Bisa Salah
Wartawan (juga) Bisa Salah
ilustrasi

Siapa yang tidak bisa salah? Kyai, Ulama, Doktor atau Profesor, semua bisa salah. Bahkan Nabi pun bisa salah. Selagi dia manusia, kata Hadits adalah gudangnya lupa dan salah. Hanya Tuhan yang tidak bisa salah. Kesalahan bisa menimpa siapa saja, dan bisa dilakukan oleh siapapun tanpa memandang pangkat, jabatan, status sosial dan profesi apapun, termasuk wartawan.

Kesalahan bisa terjadi saat berpikir, berkata, dan menulis. Nasihat bijak menyatakan bahwa orang yang baik dan benar itu bukanlah yang tanpa salah, tapi minta maaf bila salah, mohon ampun pada Tuhan jika salahnya pada Tuhan, minta maaf pada sesama jika salahnya pada manusia. Bahkan Tuhan menganjurkan saat moment tertentu tanpa kesalahan pun kita disuruh minta maaf, lebih-lebih bila bersalah. Kita memang harus lebih banyak mengakui kesalahan ketimbang mengklaim kebenaran.

Ngaku salah jauh lebih baik ketimbang ngaku benar. Apalagi ketika banyak orang menilai kita memang benar-benar salah dan menyadari kesalahannya. Sayidina Ali KA, sering memberi apresiasi (penghargaan) kepada sahabat yang gentle ngaku salah, tapi menyuruh Istighfar sahabat yang ngaku benar.

Terlebih dalam hubungan muammalah, hubungan antar manusia atau hubungan dalam pergaulan. Sahabat yang baik adalah orang yang mengajak membangun kesadaran akan kesalahan lalu mendorong untuk minta maaf. Sebaliknya, yang kedua adalah sahabat yang jahat yaitu orang yang membangun semangat perlawanan antar sesama tanpa harus menyadari kesalahan apalagi minta maaf. Potret sahabat yang kedua memang terkesan loyalis atau solider dalam pertemanan, tapi sesungguhnya sedang membunuh perlahan-lahan. Apalagi bila muatan di kepalanya sudah tersimpan semacam “conflic of interest” yang subyektif. Tipikal macam ini yang berbahaya.

Orang yang merasa berat dan enggan menyadari kesalahan dan kekhilafan biasanya suka kebablasan. Dia merasa kebiasaan salah yang dilakukan berulang-ulang dikira benar. Ukuran benar salah hanya menggunakan parameter otaknya sendiri, bukan timbangan orang lain atau standar agama. Dalam kehidupan sehari-hari tipikal model ini biasa disebut “ngedableg” alias orang yang sudah beku “urat” kesadarannya. Hidupnya lebih didominasi oleh harga diri semu, gengsi, dan tipu-tipu.
oleh : Ahmad Nurcholis Majid
0
741
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan