Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

eCIPUTRA.comAvatar border
TS
eCIPUTRA.com
Hasan Abdullah, Miliarder Pertama Asal Yordania yang Masuk Daftar Forbes


Hasan Abdullah Ismaik, Chief Executive Officer (CEO) Arabtec,
perusahaan konstruksi yang berbasis di Uni Emirates Arab, menjadi
miliarder dunia baru berkat harga saham perusahaannya melonjak.

Dikutip dari laman Forbes dan Viva, Ismaik diketahui memiliki 22
persen saham perusahaan itu. Kenaikan saham tersebut menyebabkan jumlah
kekayaannya menjadi US$1,4 miliar.

Ismaik yang saat ini berusia 37 tahun bergabung dengan Arabtec pada
Agustus 2012, setelah perombakan dewan direksi yang menggulingkan CEO
sebelumnya Riad Kamal.

Perubahan itu terjadi beberapa bulan setelah Aabar Investments, anak
usaha BUMN Abu Dhabi, International Petroleum Investment Company (IPIC),
membeli 22 persen saham di Arabtec, sehingga perusahaan itu berubah
menjadi pemegang saham terbesar.

Ismaik menjadi orang terkaya pertama asal Yordania yang berhasil
masuk daftar miliarder dunia yang disusun Forbes. Ismaik juga menjadi
miliarder termuda ketiga di Timur Tengah setelah Ayman Hariri (36
tahun), miliarder asal Lebanon, dan Fahd Hariri (33 tahun), pengusaha
konstruksi asal Yordania yang kini memilih kewarganegaraan Rusia.

Awalnya, Ismaik hanya menjabat sebagai penasihat di Arabtec, tetapi
pada Februari 2013, ia dipercaya menjadi CEO perusahaan yang memiliki
4.200 karyawan itu.

Pekan lalu, dia menaikkan kepemilikan sahamnya di Arabtec dari 8
persen menjadi 22 persen. Tetapi, tidak jelas dari mana ia mendapatkan
uang untuk membeli saham itu.

Ismaik adalah satu dari lima orang Arabtec yang dibawa oleh Aabar
Investments. Peningkatan kepemilikan saham itu sebagai langkah untuk
mengonsolidasikan kekuasaan oleh pemerintah Abu Dhabi.

Dengan latar belakang pengusaha di bidang real estate dan minyak,
Ismaik juga memiliki saham di klub olahraga Jerman, TSV Munchen von 1860
GmbH dan menjabat di dewan pada beberapa perusahaan yang berbasis di
UAE dan Yordania.

Arabtec menjadi salah satu korban terburuk krisis 2009 akibat runtuhnya pasar real estate di Dubai dan krisis utang.

Antara 2008 dan 2009, laba tahunan Arabtec turun 48 persen menjadi
US$134 juta. Pada saat yang sama, perusahaan itu tercatat memiliki utang
US$272 juta.

Arabtec telah membangun beberapa bangunan arsitektur paling terkenal
di Dubai, di antaranya gedung tertinggi di dunia, Burj Khalifa, dan Burj
Al Arab, hotel berbentuk layar yang bergelombang.

Pada 2012, kantor Arabtec pindah ke Abu Dhabi, dari sebelumnya di
Dubai. Perusahaan ini diketahui telah memenangkan berbagai kontrak
konstruksi besar, seperti Louvre Abu Dhabi, museum dan galeri seni yang
rencananya dibuka pada 2015.

Arabtec juga telah menandatangani kontrak senilai US$40 miliar untuk
membangun 1 juta unit rumah di Mesir. Adapun harga saham Arabtec
melonjak 323 persen dalam 12 bulan terakhir. (bn)

sumber
0
1.2K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan