- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Beda Acara TV Dulu Dan Sekarang


TS
ironmanhernando
Beda Acara TV Dulu Dan Sekarang
Spoiler for Buka:
hai gan! masih liat TV? gimana acaranya? mendidik? enggak? mending pantengin trit ini aja dari pada liat TV!
Jadi, dulu zaman saya kecil, di Bukittinggi sana hanya ada TVRI. Maka sudah jelas bahwa saya adalah generasi Album Minggu dan Aneka Ria Safari. Saya bahkan pernah mengira bahwa Saint Seiya itu pacarnya Sailor Moon, dan Jiban itu adalah musuhnya Robocop. Asli, saya dulu balita kurang gaul soal tayangan tivi.
Salah satu yang khas di TVRI adalah setiap jam 7 malam–kalau nggak salah–akan ditayangkan sebuah layar biru. Kemudian, secara perlahan Garuda Pancasila akan fade in ke layar biru tersebut. Proses ini diiringi lagu “Garuda Pancasila”. Boleh percaya, boleh nggak, tapi dulu itu saya sangat menanti-nantikan momen ini untuk kemudian berdiri di depan tivi dan bergaya ala dirigen. Nah, lagu itu kan bisa dibilang singkat, tidak cukup menampung hasrat balita yang ingin show. Maka, ketika lagu “Garuda Pancasila” habis, saya sontak menangis dan bilang ke Bapak-Mama dengan keras, “ULANGI!!!”
Yaelah, bro. Gimana caranya ngulangi siaran tivi?
Nah, kalau saya dulu bergaul bersama Garuda, maka anak-anak sekarang pada jam 7 malam tidak disuguhi hal yang sama. Mengingat zaman sudah maju, maka anak-anak sekarang akan mendapati elang raksasa dijadikan ojek sama pendekar-entah-siapa-namanya. Dan saya yakin mereka nggak akan minta ulangi, soalnya si elang ojek itu akan seliwar-seliwer bersama naga yang juga jadi ojek, di sepanjang sinetron tersebut.
Ketika dihadapkan dengan kata KORUPSI, asosiasi saya langsung menuju pada kata Edi Tansil. Tentu saja yang dimaksud disini bukanlah Ejakulasi DIni TANpa haSIL, tapi ya Edi Tansil beneran, yang kabur dari penjara karena kasus korupsi.
Susah payah saya mengingat, tapi nyatanya memang hanya berita tentang Edi Tansil yang masih saya ingat, tentu saja karena begitu masifnya pemberitaan soal kaburnya Edi Tansil, dan nilai korupsi yang waktu itu saja sudah berbilang Triliun, dan sudah pasti lebih banyak dibandingkan jumlah episode Tukang Bubur Naik Haji. Jadi, kalau Dunia Dalam Berita itu 30 menit, maka porsi Edi Tansil tidak lebih dari 10 menit.
Sekarang?
Ada itu acara di tivi yang ramah banget, selalu nanya, “Apa Kabar?”. Di acara itu soal korupsi bisa dibahas 2 jam nggak kelar-kelar. Mulai dari si Anu, si Inu, si Fulan, dan aneka jenis koruptor lainnya. Agak beda dikit juga, kalau dulu Edi Tansil sampai kabur dan nggak ketangkap sampai sekarang, koruptor masa kini justru nggak malu-malu dan selalu mengumbar senyum ceria dengan baju “Tahanan KPK”.
Dulu Ada Theme Song Sinetron, Sekarang Sinetron Theme Song
“Janjiku kepadamu… Takkan lekang dimakan waktu…”
Suara serak serak manja Tante Paramitha Rusady dengan manis menyanyikan lagu “Janjiku”. Nah, Tante Mitha adalah aktris utama di sinetron itu, dan menyanyikan Theme Song dengan judul yang sama. Perihal judul lagu yang diambil dan menjadi Theme Song juga terjadi di banyak sinetron. Misalnya, “Angin Tak Dapat Membaca”, tayang di RCTI tahun 1995 sore hari, liriknya kira-kira begini:
Angin tak dapat membaca
Angin tak dapat menulis
Angin tak dapat matematika
Angin tidak dapat mem-ba-ca
Masih ada juga sinetron “Tersanjung” yang juga punya lagu berjudul sama. Maka jangan heran kalau ada CD di emperan Pasar Lereng yang isinya lagu-lagu sinetron semua.
Sekarang?
Otaknya dibalik. Kalau dulu Om Chossy Pratama bikin lagu berdasarkan sinetronnya, sekarang semua orang bisa bikin sinetron dari judul lagu yang tenar. Silakan sebut satu persatu deh, saya yakin kalian lebih paham. Jadi, begitu ada lagu yang tenar, tunggu saja tiga bulan kemudian, bakal ada sinetron dengan judul lagu yang sama.
Ada yang ingat kuis “Jari-Jari” Om Pepeng? Kuis telepon yang sepertinya adalah perdana di Indonesia. Dulu saya sih pengen ikut, tapi apa daya, nggak punya telepon rumah. Mau lari-lari ke telepon umum koin juga keburu kuisnya kelar. Satu hal yang saya ingat, pertanyaan di kuis Jari-Jari ini berbobot, dengan jawaban yang juga tidak mudah diterka. Kalau salah jawab, ya telepon diputus, dan langsung digantikan orang lain yang sudah antre. Orang dulu mau berjuang mikir demi mendapatkan duit. Keren!
Sekarang?
Salah satu kuis bahkan dengan luar biasanya nggak memerlukan pertanyaan. Cukup menelepon dengan bilang “ISTANA MAIMUN!”, maka pembaca kuis akan membantu si penelepon untuk mencari soal yang jawabannya adalah ISTANA MAIMUN. Duitpun bisa mengalir ke rekening dengan indahnya.
Bahkan kuis-kuis sepakbola juga demikian. Sekarang ini kebanyakan pertanyaan konyol, dan bodohnya masih ada saja yang salah jawab. Ah, tenang saja, kalau salah jawab, pembaca acara akan menuntut yang salah ke jalan yang benar, semacam ini:
“Pertanyaannya: berapa nomor punggung CR7? A. 1, B. 7?”
Di layar televisi sendiri sudah muncul gambar Cristiano Ronaldo dengan jersey nomor 7. Seorang penelepon pekok yang mungkin lagi boker sehingga nggak lihat tivi dan kayaknya nggak ngerti sepakbola akan jawab dengan lugas, “A!”
MC akan bertanya lagi, “Anda yakin? Coba dipikirkan kembali. Si Ar Seven, Pak. Seven.”
“Oh, B. Tujuh!”
Duit akan mengalir manja ke rekening. Enak bener nyari duit zaman sekarang, broh!
Ketika era Dunia Dalam Berita, itu adalah injury time saya sebelum tidur malam. Sebelum bobo harus nonton berita olahraga dulu. Nah, karena Dunia Dalam Berita tayang jam 9, dan 20 menit awal isinya berita semua, maka biasanya berita olahraga baru muncul jam 21.20, bersama Bung Max Sopacua!
Sebagai anak kecil yang harus berita, saya selalu menantikan bagian itu, meski memang pertandingan (waktu itu masih) Piala Champions yang tayang tengah malam tadi, baru akan tayang besoknya lagi. Nggak apa-apa, yang penting nonton olahraga.
Nah sekarang? Berita harian soal olahraga itu baru akan muncul jam 23.00, atau bahkan jam 24.00. Untunglah ada Kompas TV yang memberikan sediaan tayangan olahraga di jam yang masuk akal. Ah, tapi sekarang era YouTube kok. Kalau saya lagi kelewatan nonton bola, sambil guling-guling-galau juga bisa buka YouTube via ponsel.
Sadar nggak sih kalau dulu berita-berita itu sedikit banget soal kejahatan. Seringnya adalah kunjungan Humuntar Lumban Gaol yang pejabat ke sawah-sawah. Kenapa nama itu saya ingat, tentu saja karena Mama selalu bilang kalau Bapak yang lagi diwawancara TVRI di sawah itu adalah saudara jauh saya. Ah, masak? Kok dipanggil-panggil nggak nyahut?
Sekarang?
Bukan sekadar diberitakan, kejahatan justru diajarkan. Reka ulang suatu pembunuhan ditayangkan dengan sangat detail di televisi seolah-olah memberikan informasi kepada orang-orang yang pengen bunuh orang tapi nggak ketahuan, silakan melihat kelemahan-kelemahan yang dilakukan si pelaku.
Suatu kali saya pernah nonton sebuah reka ulang pembunuhan di Cangkringan. Itu loh, yang nulis pakai darah, “ini karena kamu, leave us”. Nah, tanpa saya duga, ternyata pelakunya adalah teman saya sendiri yang terkenal aktif di kampus karena saya ketemu dia di berbagai event. Ah, kadang-kadang tayangan reka ulang gini justru bikin miris.
Belum lagi kriminal semacam bakso campur boraks, bubur ayam campur pemutih, dan aneka tindakan lain yang tidak sekadar diberitakan, tapi juga diajarkan tahap-tahap membuatnya.
Cukup banyak yang beda tayangan televisi dulu dan sekarang? Tenang saja, walaupun bedanya banyak, ada juga kok beberapa kesamaan dulu dan sekarang.
Ketika SD, saya sarapan pagi ditemani acara yang bernama Nuansa Pagi, kalau sekarang sudah ganti nama jadi Seputar Indonesia Pagi. Menikmati sarapan dengan asupan informasi tampaknya cukup penting. Hal yang sama juga terjadi di keluarga-keluarga zaman sekarang, dan kebetulan stasiun tivi juga menyesuaikan. Orang-orang yang rumahnya di Bekasi, tapi kerjanya di Tangerang, atau rumah di Bogor, kerja di Tanjung Priok, jam 4-5 pagi pasti sudah bersiap mandi-mandi dan sarapan. Nah, berita juga sudah bergeser ke jam 4 dan jam 5, karena jam 6 adalah saatnya pembantu yang menguasai tivi dengan nonton gosip.
Sama kan? Sama-sama pas sarapan? Cuma jam sarapannya aja yang agak maju.
Entah masa lalu, masa kini, atau masa depan, hal ini rasanya akan selalu sama. Setiap kali bulan puasa, bisa dipastikan iklan sirup akan merajalela, berikut juga iklan sarung. Iklan sirup yang menayangkan betapa nikmatnya sirup kadang tayang jam 12 siang, ketika godaan membatalkan puasa sedemikian besarnya. Kalau iklan sarung, mah, mau tayang jam berapapun juga nggak akan menggoda iman.
Jangan kemana - mana tetap di TRIT INI
Spoiler for Cek Repost:
Langsung aje gan! dibawah CEKIBROL
Spoiler for Buka gan :
eittss.... jangan baca dulu debelum Rate 5
kalo udah ISO boleh cendolnya
tapi ane gak mau dilempar bata
kalo dilempar itu sakit, sakitnya itu disini




Spoiler for Buka:
[SPOILER=Pembukaan]
Haji Sulam adalah profil tayangan televisi masa kini, yang tentu saja beda dengan zaman kuda gigit besi. Kalau dulu, sinetron semacam Panji Manusia Milenium atau Janjiku atau Bulan Bukan Perawan itu ditayangkan seminggu sekali. Jadi kalau tulisannya sudah “bersambung…” itu berarti minggu depan baru dapat sambungannya. Kalau sekarang? Besok juga sudah ketahuan kelanjutannya.
Haji Sulam adalah profil tayangan televisi masa kini, yang tentu saja beda dengan zaman kuda gigit besi. Kalau dulu, sinetron semacam Panji Manusia Milenium atau Janjiku atau Bulan Bukan Perawan itu ditayangkan seminggu sekali. Jadi kalau tulisannya sudah “bersambung…” itu berarti minggu depan baru dapat sambungannya. Kalau sekarang? Besok juga sudah ketahuan kelanjutannya.
Spoiler for Buka:
Dulu Garuda, Sekarang Elang
Jadi, dulu zaman saya kecil, di Bukittinggi sana hanya ada TVRI. Maka sudah jelas bahwa saya adalah generasi Album Minggu dan Aneka Ria Safari. Saya bahkan pernah mengira bahwa Saint Seiya itu pacarnya Sailor Moon, dan Jiban itu adalah musuhnya Robocop. Asli, saya dulu balita kurang gaul soal tayangan tivi.
Salah satu yang khas di TVRI adalah setiap jam 7 malam–kalau nggak salah–akan ditayangkan sebuah layar biru. Kemudian, secara perlahan Garuda Pancasila akan fade in ke layar biru tersebut. Proses ini diiringi lagu “Garuda Pancasila”. Boleh percaya, boleh nggak, tapi dulu itu saya sangat menanti-nantikan momen ini untuk kemudian berdiri di depan tivi dan bergaya ala dirigen. Nah, lagu itu kan bisa dibilang singkat, tidak cukup menampung hasrat balita yang ingin show. Maka, ketika lagu “Garuda Pancasila” habis, saya sontak menangis dan bilang ke Bapak-Mama dengan keras, “ULANGI!!!”
Yaelah, bro. Gimana caranya ngulangi siaran tivi?
Nah, kalau saya dulu bergaul bersama Garuda, maka anak-anak sekarang pada jam 7 malam tidak disuguhi hal yang sama. Mengingat zaman sudah maju, maka anak-anak sekarang akan mendapati elang raksasa dijadikan ojek sama pendekar-entah-siapa-namanya. Dan saya yakin mereka nggak akan minta ulangi, soalnya si elang ojek itu akan seliwar-seliwer bersama naga yang juga jadi ojek, di sepanjang sinetron tersebut.
Spoiler for Buka:
Dulu Edi Tansil, Sekarang?
Ketika dihadapkan dengan kata KORUPSI, asosiasi saya langsung menuju pada kata Edi Tansil. Tentu saja yang dimaksud disini bukanlah Ejakulasi DIni TANpa haSIL, tapi ya Edi Tansil beneran, yang kabur dari penjara karena kasus korupsi.
Susah payah saya mengingat, tapi nyatanya memang hanya berita tentang Edi Tansil yang masih saya ingat, tentu saja karena begitu masifnya pemberitaan soal kaburnya Edi Tansil, dan nilai korupsi yang waktu itu saja sudah berbilang Triliun, dan sudah pasti lebih banyak dibandingkan jumlah episode Tukang Bubur Naik Haji. Jadi, kalau Dunia Dalam Berita itu 30 menit, maka porsi Edi Tansil tidak lebih dari 10 menit.
Sekarang?
Ada itu acara di tivi yang ramah banget, selalu nanya, “Apa Kabar?”. Di acara itu soal korupsi bisa dibahas 2 jam nggak kelar-kelar. Mulai dari si Anu, si Inu, si Fulan, dan aneka jenis koruptor lainnya. Agak beda dikit juga, kalau dulu Edi Tansil sampai kabur dan nggak ketangkap sampai sekarang, koruptor masa kini justru nggak malu-malu dan selalu mengumbar senyum ceria dengan baju “Tahanan KPK”.
Dulu Ada Theme Song Sinetron, Sekarang Sinetron Theme Song
“Janjiku kepadamu… Takkan lekang dimakan waktu…”
Suara serak serak manja Tante Paramitha Rusady dengan manis menyanyikan lagu “Janjiku”. Nah, Tante Mitha adalah aktris utama di sinetron itu, dan menyanyikan Theme Song dengan judul yang sama. Perihal judul lagu yang diambil dan menjadi Theme Song juga terjadi di banyak sinetron. Misalnya, “Angin Tak Dapat Membaca”, tayang di RCTI tahun 1995 sore hari, liriknya kira-kira begini:
Angin tak dapat membaca
Angin tak dapat menulis
Angin tak dapat matematika
Angin tidak dapat mem-ba-ca
Masih ada juga sinetron “Tersanjung” yang juga punya lagu berjudul sama. Maka jangan heran kalau ada CD di emperan Pasar Lereng yang isinya lagu-lagu sinetron semua.
Sekarang?
Otaknya dibalik. Kalau dulu Om Chossy Pratama bikin lagu berdasarkan sinetronnya, sekarang semua orang bisa bikin sinetron dari judul lagu yang tenar. Silakan sebut satu persatu deh, saya yakin kalian lebih paham. Jadi, begitu ada lagu yang tenar, tunggu saja tiga bulan kemudian, bakal ada sinetron dengan judul lagu yang sama.
Spoiler for Buka:
Dulu Kuis Pertanyaannya Susah, Sekarang Kuis Nggak Perlu Pertanyaan
Ada yang ingat kuis “Jari-Jari” Om Pepeng? Kuis telepon yang sepertinya adalah perdana di Indonesia. Dulu saya sih pengen ikut, tapi apa daya, nggak punya telepon rumah. Mau lari-lari ke telepon umum koin juga keburu kuisnya kelar. Satu hal yang saya ingat, pertanyaan di kuis Jari-Jari ini berbobot, dengan jawaban yang juga tidak mudah diterka. Kalau salah jawab, ya telepon diputus, dan langsung digantikan orang lain yang sudah antre. Orang dulu mau berjuang mikir demi mendapatkan duit. Keren!
Sekarang?
Salah satu kuis bahkan dengan luar biasanya nggak memerlukan pertanyaan. Cukup menelepon dengan bilang “ISTANA MAIMUN!”, maka pembaca kuis akan membantu si penelepon untuk mencari soal yang jawabannya adalah ISTANA MAIMUN. Duitpun bisa mengalir ke rekening dengan indahnya.
Bahkan kuis-kuis sepakbola juga demikian. Sekarang ini kebanyakan pertanyaan konyol, dan bodohnya masih ada saja yang salah jawab. Ah, tenang saja, kalau salah jawab, pembaca acara akan menuntut yang salah ke jalan yang benar, semacam ini:
“Pertanyaannya: berapa nomor punggung CR7? A. 1, B. 7?”
Di layar televisi sendiri sudah muncul gambar Cristiano Ronaldo dengan jersey nomor 7. Seorang penelepon pekok yang mungkin lagi boker sehingga nggak lihat tivi dan kayaknya nggak ngerti sepakbola akan jawab dengan lugas, “A!”
MC akan bertanya lagi, “Anda yakin? Coba dipikirkan kembali. Si Ar Seven, Pak. Seven.”
“Oh, B. Tujuh!”
Duit akan mengalir manja ke rekening. Enak bener nyari duit zaman sekarang, broh!
Spoiler for Buka:
Dulu Berita Olahraga Jam 21.20, Sekarang 23.20
Ketika era Dunia Dalam Berita, itu adalah injury time saya sebelum tidur malam. Sebelum bobo harus nonton berita olahraga dulu. Nah, karena Dunia Dalam Berita tayang jam 9, dan 20 menit awal isinya berita semua, maka biasanya berita olahraga baru muncul jam 21.20, bersama Bung Max Sopacua!
Sebagai anak kecil yang harus berita, saya selalu menantikan bagian itu, meski memang pertandingan (waktu itu masih) Piala Champions yang tayang tengah malam tadi, baru akan tayang besoknya lagi. Nggak apa-apa, yang penting nonton olahraga.
Nah sekarang? Berita harian soal olahraga itu baru akan muncul jam 23.00, atau bahkan jam 24.00. Untunglah ada Kompas TV yang memberikan sediaan tayangan olahraga di jam yang masuk akal. Ah, tapi sekarang era YouTube kok. Kalau saya lagi kelewatan nonton bola, sambil guling-guling-galau juga bisa buka YouTube via ponsel.
Spoiler for Buka:
Dulu Kejahatan Diberitakan, Sekarang Diajarkan
Sadar nggak sih kalau dulu berita-berita itu sedikit banget soal kejahatan. Seringnya adalah kunjungan Humuntar Lumban Gaol yang pejabat ke sawah-sawah. Kenapa nama itu saya ingat, tentu saja karena Mama selalu bilang kalau Bapak yang lagi diwawancara TVRI di sawah itu adalah saudara jauh saya. Ah, masak? Kok dipanggil-panggil nggak nyahut?
Sekarang?
Bukan sekadar diberitakan, kejahatan justru diajarkan. Reka ulang suatu pembunuhan ditayangkan dengan sangat detail di televisi seolah-olah memberikan informasi kepada orang-orang yang pengen bunuh orang tapi nggak ketahuan, silakan melihat kelemahan-kelemahan yang dilakukan si pelaku.
Suatu kali saya pernah nonton sebuah reka ulang pembunuhan di Cangkringan. Itu loh, yang nulis pakai darah, “ini karena kamu, leave us”. Nah, tanpa saya duga, ternyata pelakunya adalah teman saya sendiri yang terkenal aktif di kampus karena saya ketemu dia di berbagai event. Ah, kadang-kadang tayangan reka ulang gini justru bikin miris.
Belum lagi kriminal semacam bakso campur boraks, bubur ayam campur pemutih, dan aneka tindakan lain yang tidak sekadar diberitakan, tapi juga diajarkan tahap-tahap membuatnya.
Cukup banyak yang beda tayangan televisi dulu dan sekarang? Tenang saja, walaupun bedanya banyak, ada juga kok beberapa kesamaan dulu dan sekarang.
Spoiler for Buka:
Berita Tayang Saat Sarapan
Ketika SD, saya sarapan pagi ditemani acara yang bernama Nuansa Pagi, kalau sekarang sudah ganti nama jadi Seputar Indonesia Pagi. Menikmati sarapan dengan asupan informasi tampaknya cukup penting. Hal yang sama juga terjadi di keluarga-keluarga zaman sekarang, dan kebetulan stasiun tivi juga menyesuaikan. Orang-orang yang rumahnya di Bekasi, tapi kerjanya di Tangerang, atau rumah di Bogor, kerja di Tanjung Priok, jam 4-5 pagi pasti sudah bersiap mandi-mandi dan sarapan. Nah, berita juga sudah bergeser ke jam 4 dan jam 5, karena jam 6 adalah saatnya pembantu yang menguasai tivi dengan nonton gosip.
Sama kan? Sama-sama pas sarapan? Cuma jam sarapannya aja yang agak maju.
Spoiler for Buka:
Iklan Sirup dan Sarung
Entah masa lalu, masa kini, atau masa depan, hal ini rasanya akan selalu sama. Setiap kali bulan puasa, bisa dipastikan iklan sirup akan merajalela, berikut juga iklan sarung. Iklan sirup yang menayangkan betapa nikmatnya sirup kadang tayang jam 12 siang, ketika godaan membatalkan puasa sedemikian besarnya. Kalau iklan sarung, mah, mau tayang jam berapapun juga nggak akan menggoda iman.
Spoiler for Penutup:
Udeh segitu aja gan sekali lagi ane ingatkan mohon Rate 5




Spoiler for Pengakuan TS:
Dan sebagai pengakuan tulisan diatas bukan tulisan ane


Spoiler for Sumur:
Spoiler for Terimakasih pada ::
Ane sangat berterima kasih pada agan "arie sadhar"yang telah menulisnya dan ane COPAS maaf om!

Diubah oleh ironmanhernando 25-06-2014 17:18
0
3.8K
Kutip
28
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan