comANDREAvatar border
TS
comANDRE
Surat untuk para Swing Voters
disclaimer: ini bukan tulisan TS,sumbernya ini

Surat ini saya tujukkan pada para swing voters. Saudara mungkin belum benar-benar memantapkan hati akan capres mana yang akan Anda pilih nanti pada 9 Juli. Saudara mungkin juga sudah jengkel dengan racauan, fitnah, berita-berita tidak kredibel, dan broadcast hoax yang memenuhi dinding social media dan blackberry messenger Anda. Saudara mungkin juga merasa kehilangan dua televisi berita nasional kita: Tvone dan Metro TV karena keduanya sudah sangat tidak masuk akal dalam menunjukkan keberpihakkannya. Saudara mungkin juga geleng-geleng kepala, kenapa persoalan capres ini bisa membuat teman, keluarga, bahkan suami istri bersitegang; semuanya demi menonjolkan kebaikan capres unggulannya masing-masing dan menjelekkan capres lawan.

Hari-hari ini memang bising dan berisik. Saya sendiri secara jujur juga ingin kalau bisa waktu ini di fast forward menuju tanggal 9 Juli. Agar kebatilan yang berbentuk fanatisme, fitnah, dan kebodohan yang disebar secara ber-ramai2 dalam hari-hari ini segera berhenti. Namun saya harus tetap bersyukur. Di beberapa negara, mengkritik negara bisa berbalas penculikan dan menunjukkan keberpihakan pada yang bersih bisa berbalas penjara. Di negara Indonesia dengan demokrasi yang masih muda ini, kita semua masih belajar untuk bernegara secara patut. Belajar untuk memilah informasi mana yang benar dan informasi mana yang tampak meragukan. Belajar untuk memilih pemerintahan yang nantinya akan membuat kebijakan-kebijakan yang bersentuhan dengan kehidupan kita.

Akhirnya, dari dalam semua kebisingan ini, saya yang dulunya juga merupakan swing voter akhirnya mengambil keputusan:

Saya memilih untuk mendukung orang baik.


Sampai disini, Anda mungkin akan mengira bahwa tulisan saya akan sangat subjektif untuk mendukung salah satu capres. Namun saya anjurkan Anda untuk tetap meneruskan membaca tulisan ini sampai akhir. Untuk lebih fair, sehabis membaca tulisan ini, Anda bisa mencari dan membaca artikel/tulisan blogger lain yang menuliskan alasan-alasan mengapa mereka memilih capres yang tidak saya dukung. Sehingga pada akhirnya Anda bisa mendapat masukan dari kedua sisi, membuat keputusan, dan segera keluar dari kebisingan ini.

Berikut adalah lima alasan utama saya mengapa saya akan mendukung orang baik ini. Tentu saja dalam menuliskan tulisan ini, saya bukanlah ahli politik ataupun orang yang mendapat informasi inteligen A1 tentang konspirasi kristenisasi arabisasi pekok-isasi dan asi2 lainnya. Tetapi semoga tulisan ini tetap bermanfaat untuk para swing voters.

Mengambil Keputusan Sulit dalam Kebisingan
Pilpres kali ini memang sulit. Di sisi orang baik saya tidak begitu senang dengan Ibu Suri dan PDIP. Orang baik juga dinilai kurang mempunyai kapabilitas untuk memimpin dalam skala Indonesia. Di sisi orang tegas saya tidak begitu respek dengan orang tegas, Ical, dan beberapa partai atau ormas di belakangnya. Orang tegas juga mempunyai catatan hitam HAM yang masih diperdebatkan hingga sekarang. Namun saya harus tetap memilih karena saya percaya itu sebuah privilage dalam hidup di negara demokrasi.

Menjawab keraguan saya akan orang baik, selama di Solo dan Jakarta, saya tidak melihat orang baik ini ada di ketiak PDIP ataupun Ibu Suri persis seperti layaknya bu Risma di Surabaya yang membela rakyatnya bukan PDIP, partai pengusungnya. Dan saya menaruh kepercayaan yang besar bahwa orang baik ini akan tetap tidak terpengaruh jika nantinya dia terpilih sebagai presiden. Ketakutan orang-orang akan orang baik yang nantinya hanya menjadi boneka Ibu Suri menurut saya cukup meragukan. Jujur saja, walau saya menghormati Ibu Suri sebagai mantan presiden RI, saya meragukan Ia mempunyai kapasitas intelektual untuk mempengaruhi orang baik dari belakang. Menurut saya, Ibu Suri adalah orang baik tapi sayangnya ia bukanlah orang pintar. Sehingga sulit melihat Ibu Suri bisa mengatur orang baik ini. Ketakutan yang lain adalah orang baik akan menjual aset negara dengan mudah seperti zaman Ibu Suri. Hal ini juga saya ragukan. Masa pemerintahan Ibu Suri adalah masa-masa fragile setelah krisis moneter yang membuat Indonesia harus mengambil keputusan2 sulit. Orang baik akan berpikir ratusan kali jika Ia mau melakukan praktek ini lagi. Dan saya yakin tingkat intelektual orang baik jauh di atas Ibu Suri.

Justru menurut saya ini adalah momen yang baik untuk melakukan reformasi di tubuh PDIP. Selama ini saya kurang respek dengan PDIP karena bentuk kepemimpinan yang aristoktatis di sana. Ketika orang baik yang bukan merupakan trah Soekarno dan rakyat biasa menjadi presiden, maka akan ada dua matahari di PDIP: Ibu Suri sebagai ketua umum dan orang baik sebagai presiden RI. Semoga hal ini justru bisa mengurangi budaya aristokratis di PDIP. Di atas pemikiran ini dan sejarah orang baik di Solo dan Jakarta, saya masih percaya bahwa orang baik bisa memimpin Indonesia tanpa bayang2 Ibu Suri dan PDIP.

Sebaliknya, di sisi orang tegas saya merasa kemungkinan catatan hitam HAM cukup mengganggu saya. Jika orang baik tidak bekerja dengan baik nantinya, saya cukup merasa yakin saya akan dengan bebas tetap bisa menulis kritik akan-nya di blog ini. Jika orang baik memerintah dengan lalai, saya juga yakin orang akan masih bisa dengan bebas mengkoreksi sembari mengutuknya di demonstrasi-demonstrasi di depan Istana Negara. Namun apa kemungkinannya jika orang tegas memimpin? Rekam jejaknya dalam melempar handpone dan menembakkan peluru ketika marah tentu tidak bisa menjadi indikasi yang valid akan kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Tetapi seseorang pernah menulis bahwa orang yang pernah membunuh (atau menculik) akan berpikir bahwa pembunuhan (atau penculikan) adalah salah satu pilihan dalam memecahkan masalah. Kedua calon memang tidak sempurna, tapi saya akan memilih capres dengan kemungkinan terburuk paling kecil.

Kabinet Baik melawan Kabinet Dagang Sapi
Kebanyakan dari kita cukup antipati terhadapa partai politik, terutama para swing voters. Tentu saja kalau Anda hard core kader partai tertentu seperti PKS atau PDIP, kemungkinan besar Anda akan sudah memantapkan hari memilih capres manapun yang didukung oleh partai Anda. Tapi bagi saya, saya selalu meragukan kemampuan orang partai. Saya lebih respect dengan orang-orang non-partai yang bertengger di pemerintahan seperti Ridwan Kamil, bu Risma, Budiono, Bambang W, Sri Mulyani, Chairul Tanjung dan para profesional lainnya. Koalisi pemerintahan SBY saat ini misalnya diisi beberapa menteri dari partai politik yang patut dipertanyakan kredibilitasnya. Suryadharma Ali yang ketua umum PPP misalnya menjadi menteri agama yang ujung2nya terindikasi melakukan korupsi dalam pengadaan Haji. Netizen juga sering dibuat geram akan tindak tanduk menkominfo Tifatul Sembiring yang dulunya ketua umum (presiden) PKS. Atau ada juga Roy Suryo, politikus partai Demokrat yang menjadi menpora yang kocaknya tidak punya banyak rekam jejak di bidang Olahraga. Ketiga contoh diatas mempunyai benang merah yang sama : mereka menjadi menteri bukan karena kapabiltas dan rekam jejak mereka di bidang kementrian yang mereka pimpin tapi lebih karena ada deal politik tentang jumlah kementrian yang harus diberikan pada parta-partai politik pendukung pemerintahan.

Nah, orang baik yang saya dukung hendak menghapuskan (ataupun paling tidak meminimalisir) praktek politik dagang sapi seperti ini. Suara-suara sumbang memang mempertanyakan keefektifan ide orang baik ini. There is no free lunch kata orang. Apa mungkin partai-partai politik yang memberikan dukungan nantinya akan diam-diam saja jika hanya diberi sedikit kursi mentri? Namun saya menghargai inisiatif orang baik ini. Bahkan Ia dengan keras menolak tawaran dukungan partai besar yang meminta jatah menteri. Akan jauh lebih mudah untuk menggaet massa jika orang baik ini sudah melakukan transaksi politik sebelum kemenangan diraih. Tapi saya yakin orang baik ini jauh berpikir ke depan, memilih melawan arus dan ingin membentuk sebuah kabinet yang juga diisi oleh orang-orang baik bukan kapling-kapling yang sudah dijatah pada para pendukungnya.

Coba bandingkan dengan koalisi bentukan orang tegas. Di beberapa media, dituliskan bahwa hampir semua partai politik pendukung koalisi ini sudah dijanjikan posisi menteri. Aburizal Bakrie dijanjikan posisi menteri utama. Ketua sarikat pekerja dijanjikan posisi menteri tenaga kerja. Mahmud MD dijanjikan posisi menteri. Majalah tempo bahkan menulis jika PPP sudah dijanjikan posisi 5 menteri, jumlah yang cukup banyak untuk partai dengan perolehan suara bontot. Orang tegas tidak menyangkal praktek politik dagang sapi ini, di salah satu kesempatan Ia mengatakan bahwa negosiasi dengan PKS paling tough, dikarenakan permintaan PKS yang cukup tinggi.

Saya tidak bisa membayangkan kabinet seperti apa yang akan dibentuk oleh koalisi orang tegas ini. Visi misi apapun yang ditulis oleh orang tegas ini, secara nalar tidak mungkin bisa diteruskan oleh (sebagian besar) kementrian yang sudah dikapling-kapling dibawahnya.

Saya berharap akan ada lebih banyak profesional, orang non-partai, dan orang baik yang akan mengisi kabinet pemerintahan 5 tahun mendatang. Kita tidak perlu orang partai seperti Aburizal Bakrie ataupun Tifatul Sembiring untuk berdiri berfoto bersama di tangga istana negara bersama kabinet mendatang; tapi kita lebih perlu sosok-sosok bersih profesional seperti Anies Baswedan untuk mengisi kabinet mendatang, menyalurkan inspirasi bagi bangsa yang sering pesimis ini.

Perubahan melawan Status Quo
Pemilu India yang hampir berbarengan dengan pemilu legislatif Indonesia memberikan hasil yang cukup bersejarah, Narendra Modi terpilih sebagai presiden tanpa perlu koalisi dari partai lain dikarenakan perolehan partainya yang sangat tinggi. Narendra Modi adalah sosok penantang akan partai Kongres India yang sudah berkuasa dalam 30 tahun terakhir. Rakyat India menunjukkan ketidaksabaran mereka akan pemerintahan petahana yang tidak bisa memberikan kemajuan ekonomi yang seperti diharapkan.

Begitu juga yang saya harapkan saat ini. Ada banyak pertumbuhan ekonomi baik yang SBY lakukan. Makro ekonomi yang cukup baik dan keadaan keamanan yang relatif stabil. Namun banyak pihak termasuk saya berpendapat bahwa Indonesia seharusnya bisa lebih maju lagi. Dengan modal sumber daya manusia dan SDA kita, seharusnya quality of life kita bisa sejajar dengan paling tidak Malaysia atau Singapura.

Kedua capres: orang baik maupun orang tegas sama-sama menjual ide perubahan dan akselerasi di bidang ekonomi. Namun menurut saya ide perubahan dan akselerasi ekonomi yang dijual di bidang ekonomi oleh orang tegas akan sulit diimplementasikan nantinya. Cawapres dari orang tegas nantinya akan memimpin pos-pos ekonomi dibantu oleh “menteri utama” Aburizal Bakrie. Jelas keduanya adalah bagian dari pemerintah sekarang. Jadi akselerasi apa yang akan dibuat? Koalisi orang tegas memang sulit dibedakan dengan koalisi SBY bahkan menurut saya lebih buruk. Semua partai pendukung SBY merapat pada orang tegas: PKS, Golkar, PPP, PAN, dan PBB. Hanya Demokrat yang diganti oleh Gerindra. Lebih menakutkan, karena alih-alih memberikan posisi wapres pada profesional, kali ini cawapres justru dari PAN.

Jadi pertanyaan besar untuk kita semua: benarkah kita menginginkan perubahan lewat pilihan kita nantinya?

Rekam Jejak melawan Rekaman Iklan
8 tahun lebih terakhir, orang baik yang saya dukung melakukan banyak hal kebaikan. Saya berasal dari Solo walau kuliah dan bekerja di luar Solo. Setiap kali saya kembali ke Solo di masa pemerintahan orang baik, saya selalu tertegun dengan perubahan yang terjadi. Dan saya bangga akan Solo karena perubahan ini. Setiap kali saya berbincang dengan orang Solo, nada yang sama juga dikemukakan oleh mereka. Walau ada saja orang seperti Amien Rais yang pernah mengatakan bahwa Solo itu kumuh. Namun intinya, berapa banyak pemimpin daerah yang bisa membuat perubahan sehingga masyarakatnya bisa bangga akan kotanya? Pastilah hanya dalam hitungan jari. Kita mengenal ada Ridwan Kamil, bu Risma, dan tentu saja orang baik ini.

Selama masa pemerintahannya di Jakarta, orang ini tidak hanya baik tapi juga tegas. Ia tegas melakukan pemindahan masyarakat yang tinggal di area waduk pluit dan bantaran sungai. Ia tegas dengan dominansi preman yang menguasai tanah Abang. Ia tegas dalam perbuatannya. Dalam 8 tahun terakhir Ia menyibukkan diri untuk melayani masyarakat dan bekerja. Memang masih banyak masalah yang dihadapi warga Jakarta seperti banjir dan macet. Namun kita semua menyadari masalah akut itu tidak bisa dipecahkan oleh pemerintahan provinsi saja namun butuh juga pemerintahan pusat yang turun tangan, apalagi hanya dalam dua tahun. Orang baik menunjukkan bahwa dengan resource yang terbatas Ia mampu bekerja dengan bersih dan menunjukkan hasil bukan hanya 8 tahun yang dihabiskan dengan berparade di iklan-iklan televisi.

“Show me your friends and I will show you your future” – Margaret Tatcher
Entah kebetulan atau tidak, orang-orang baik yang sudah saya follow di twitter jauh-jauh hari sebelum hingar bingar pilpres ini menambah angka 2 di avatarnya. Ada Pandji Pragiwaksono, comic yang menginspirasi saya tentang prinsip kebangsaan lewat bukunya. Ada Rene Suhardono yang punya tulisan-tulisan menggelitik tentang passion dalam hidup. Ada pak Wimar Witoelar yang selalu jujur dan blak-blakan. Dan banyak lagi orang-orang baik lainnya seperti Arswendo, Glenn Fredly, Anies Baswedan, Todung Mulya Lubis, Dahlan Iskan, Goenawan Muhammad, Butet Kertaradjasa, dll.

Bandingkan dengan deklarasi dukungan pada orang tegas. Memang ada orang-orang baik seperti Mahmud MD dan … (saya berhenti beberapa detik ketika sampai di bagian ini karena saya sulit mencari orang-orang yang menginspirasi saya yang mendukung orang tegas). Barisan pendukung orang tegas justru diisi oleh Aburizal Bakire, dan paramiliter seperti FPI, Pemuda Pancasila, dan PBR. Bukankah ada sesuatu yang jelas dan unik disini?

Di sebuah wawancara Pak Wimar Witoelar mengatakan “All good people are in Jokowi’s side”. Saya mengamini pernyataan itu, bukan dengan spirit kesombongan dan merasa paling benar, tapi dengan keyakinan bahwa pemerintahan 5 tahun mendatang harus didukung oleh orang-orang baik bukan justru oleh para preman bersorban.

Masih ada beberapa alasan lain, mengapa saya akhirnya mengambil keputusan untuk memilih orang baik. Namun saya takut, saya hanya akan menambah kebisingan yang Anda, para swing voter rasakan. Terimakasih jika Anda adalah seorang swing voter dan Anda membaca tulisan saya (yang cukup panjang) sampai bagian ini. Jelas Anda pasti akan merasakan keberpihakan atau mungkin bias saya pada si orang baik. Tapi saya hanya mencoba mengungkapkan runut berpikir saya mengapa saya sampai pada pilihan nomor DUA. Jangan lupa untuk membaca artikel2/tulisan2 yang mendukung orang tegas. Dan setelah itu, saya harap Anda bisa menimbang, mengambil keputusan, dan memantapkan hati untuk menerima privilage kita untuk berpesta dalam demokrasi yang bising ini. Bersama-sama mendukung orang baik.
0
3.5K
32
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan