TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok berseloroh warga Indonesia akan memilihnya menjadi presiden pada Pemilu 2019. Alasannya, Indonesia sudah memiliki enam presiden dari beragam latar belakang, tapi belum ada yang berhasil membuat rakyat sejahtera.

"Keadaan seperti itu akan membuat rakyat bingung, mungkin saat itu orang akan memilih Ahok menjadi presiden," kata Ahok saat memberikan kuliah umum kepada mahasiswa psikologi Universitas Indonesia di Balai Kota, Jumat, 13 Juni 2014. (Baca: Jika Prabowo Jadi Presiden, Ahok: Saya Mendagri)

Pernyataan Ahok mengundang tawa hadirin. Mantan Bupati Belitung Timur itu berujar bahwa presiden ketujuh Indonesia yang menjabat pada periode 2014-2019 akan menentukan arah nasib Indonesia.

Jika presiden ketujuh masih gagal menciptakan perbaikan bagi Indonesia, Ahok menuturkan, momentum pemilihan umum periode 2019-2024 akan membuat warga mempersilakan siapa pun yang mampu mewujudkan perubahan untuk memimpin Indonesia. "Keturunan Tionghoa sekalipun pasti nanti dipilih, yang penting dia benar," kata Ahok.

Kendati begitu, Ahok mengklaim sudah diuntungkan meski pemilihan presiden 2014 belum dimulai. Sebab, pasangan mana pun yang menjadi pemenang pada pemilihan itu menghasilkan keputusan yang baik baginya. "Kampanye belum selesai, saya sudah untung. Pilihannya, saya menjadi gubernur atau Menteri Dalam Negeri," kata Ahok.

Ahok resmi menjadi Pelaksana Tugas Gubernur sejak 1 Juni 2014 lalu lantaran Jokowi mengambil cuti untuk keperluan kampanye. Sebagai pelaksana tugas, Kementerian Dalam Negeri menyatakan Ahok memiliki wewenang untuk menandatangani kebijakan dan mencopot pegawai negeri sipil atas izin dari Kementerian.