Kaskus

News

Sun.Wu.KongAvatar border
TS
Sun.Wu.Kong
[Perang melawan Pluralisme] Tablig Akbar Jafar Umar Thalib Resahkan Warga Yogyakarta
Tablig Akbar Jafar Umar Thalib Resahkan Warga Yogyakarta
MINGGU, 08 JUNI 2014 | 13:59 WIB


[Perang melawan Pluralisme] Tablig Akbar Jafar Umar Thalib Resahkan Warga Yogyakarta
Tablig Akbar Jafar Umar Resahkan Warga Yogyakarta



TEMPO.CO, Jakarta - Berdasarkan pamflet yang beredar, Panglima Laskar Jihad Jafar Umar Thalib akan menjadi penceramah dalam tablig akbar di Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, Ahad malam, 8 Juni 2014. Rencana pergelaran tablig akbar itu membuat resah masyarakat lantaran beredar poster melalui media sosial yang menyebutkan bahwa tema acara itu adalah "Perang Melawan Pluralisme".

"Jika memang benar tema itu yang diangkat, berarti Keraton kecolongan, atau bahkan abai sehingga merestui," kata Koordinator Masyarakat Anti-Kekerasan Yogyakarta (Makaryo) Benny Susanto saat dihubungi Tempo, Ahad, 8 Juni 2014. (Baca:Ansor Duga Penyerang di Sleman Kelompok Baru)

Tak mau inggal diam, Makaryo berencana memantau pelaksanaan acara tersebut. Sebelumnya, nama Jafar sempat disebut sebagai pelaku kekerasan pada 29 Mei lalu di rumah Direktur Galang Press, Julius Felicianus, di Sleman. Jafar disebut sebagai orang yang memerintahkan pembubaran ibadah umat Katolik di rumah Julius.

Ihwal penyelenggaraan tablig akbar di Masjid Gede, ternyata ada dua poster berisi pengumuman dengan tema berbeda. Poster pertama memuat tulisan tema "Perang Melawan Pluralisme". Warna latar poster tersebut hitam-putih dengan tulisan "Pluralisme" berwarna merah.

Poster kedua berwarna latar hijau dengan gambar Masjid Gedhe Kauman. Isinya berupa ajakan menghadiri tablig akbar untuk silaturahmi dan konsolidasi umat muslim se-DIY. Tema yang diangkat adalah "Umat Islam Bersatu untuk Indonesia yang Maju". Kedua poster menyebut Jafar Umar Thalib sebagai penceramah dan Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) Yogyakarta sebagai penyelenggara tablig akbar.

Ketua Takmir Masjid Gedhe Kauman Budi Setyawan membenarkan kabar bahwa acara tersebut akan dilangsungkan. Dia mendapat surat izin peminjaman masjid dari FUI Yogyakarta pekan lalu. "Surat itu tidak menyebutkan tema pengajiannya. Lalu saya tanyakan," kata Budi.

Dia mendapat penjelasan bahwa temanya adalah "Umat Islam Bersatu untuk Indonesia yang Maju". "Saya tanya lagi, 'Bagaimana dengan tema melawan pluralisme?" Kata FUI, itu poster liar," ujar Budi. (Baca:Sultan Rela Jika Penghargaan Pluralisme Dicabut)

Takmir pun memberikan izin peminjaman tempat. FUI juga dikabarkan telah melayangkan surat pemberitahuan penyelenggaraan tablig kepada Kepala Kepolisian Resor Yogyakarta. "Asalkan kegiatannya baik, kami welcome," kata Budi yang akan memberikan penjelasan soal pengajian tersebut dalam pembukaan acara.

Meskipun masjid tersebut milik Keraton Yogyakarta, Budi menjelaskan, takmir tidak mempunyai hubungan struktur dengan Keraton. Artinya, semua aktivitas di dalam masjid merupakan kewenangan takmir. "Almarhum Sultan HB IX pernah mengatakan, masjid itu digunakan sesuai dengan jemaah," kata Budi.

Adik Raja Keraton Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Bendara Pangeran Haryo Prabukusumo, enggan memberikan banyak komentar soal itu. Sebab, urusan masjid bukan kewenangannya. "Asalkan tidak menimbulkan masalah, tidak apa-apa. Polisi harus tegas," kata Prabukusumo. (Baca:Anak Gus Dur: Sultan Harus Tegas Hadapi Intolerasi)

Dia mengingatkan, berdasarkan sejarah, Masjid Gedhe Kauman merupakan pintu masuk ajaran Islam di Yogyakarta. Sebelum Islam masuk keprovinsi ini, masjid itu sudah berdiri.


"Masjid itu memperkenalkan Islam di Yogyakarta," kata Prabukusumo.

http://pemilu.tempo.co/read/news/201...rga-Yogyakarta






Ja’far Umar Thalib: Saya siap perang melawan pluralisme

09/06/2014


[Perang melawan Pluralisme] Tablig Akbar Jafar Umar Thalib Resahkan Warga Yogyakarta
Ja'far Umar Thalib


Panglima Laskar Jihad Ja’far Umar Thalib menegaskan dirinya tidak takut kepada Raja Kraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Hal ini dinyatakan di hadapan ratusan orang dalam acara tabligh akbar berjudul “Perang Melawan Pluralisme” di Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, Minggu (8/6), seperti dilansir portalkbr.com.

Ja’far mengatakan dirinya siap berperang melawan pluralisme karena menurut dia, Islam tidak mengenal paham tersebut. Penolakan dan kecaman untuk hidup dalam keberagaman itu ditujukan juga kepada Raja Kraton Yogyakarta yang dianggap selalu menyerukan pluralisme.

“Umat Islam menentang pluralisme. Biarpun Sultan bilang begitu, saya tidak takut kepada Sultan. Meskipun ratusan Kraton bersatu, saya tidak takut,” katanya.

Ia pun mengatakan, salah satu resiko berperang melawan pluralisme adalah ditangkap Polisi. Tapi menurut dia, itu adalah resiko biasa dalam berperang. Ditambah lagi, Ja’far Umar Thalib mengaku tidak punya rasa takut kepada Kapolda. “Meskipun TNI dan Polri melebur, saya tidak takut pada Kapolda.”

Sebelumnya, pengurus Masjid Kauman menolak untuk memberikan izin penyelenggarakan tabligh akbar karena tema yang diusung acara tersebut yaitu “Perang Melawan Pluralisme”. Tema itu dianggap tidak sesuai dengan kondisi Yogyakarta.

“Izin sudah diajukan seminggu lalu, tapi belum ada temanya,” jelas pengurus Masjid Gede Kauman, Budi Setyawan. “Kalau tema yang “Perang Melawan Pluralisme” itu tidak boleh, lalu kemudian mereka menggantinya.”

Kepolisian Yogyakarta juga sudah mengeluarkan izin untuk pelaksanaan tabligh akbar ini, yang akhirnya berubah judul menjadi “Umat Indonesia Bersatu untuk Indonesia yang Maju”.

Saat acara berlangsung, tidak nampak pengamanan ketat dari pihak Kepolisian. Polisi hanya berjaga – jaga disepanjang jalan raya menuju Masjid Gede Kauman.

Masjid Gede Kauman adalah masjid tertua di Yogyakarta. Biasanya Sultan dan keluarganya memilih masjid ini untuk shalat Jumat dan hari raya keagaaman. Masjid yang terletak di alun-alun utara ini hanya berjarak satu kilometer dari tempat tinggal Sultan Hamengku Buwono X.

Ancam toleransi umat beragama

Isi ceramah Panglima Laskah Jihad Jafar Umar Thalib dianggap memprovokasi umat Islam di Yogyakarta untuk menolak toleransi antarumat beragama.

Ceramah, yang disampaikan dalam Tabligh Akbar kemarin tersebut semula berjudul “Perang Melawan Pluralisme”, tapi diganti dengan “Umat Indonesia Bersatu untuk Indonesia yang Maju”.

Koordinator Masyarakat Anti Kekerasan Yogyakarta (Makaryo) Benny Susanto mengatakan, sikap pemerintah yang mendukung pluralisme dibaca sebagai ‘genderang perang’ oleh kelompok Laskar Jihad.

“Saya hanya menyampaikan apa yang disampaikan Ustad Jafar,” kata Benny. “Jadi bulan Ramadhan dianggap sebagai bulan Jihad. Dan siap-siap saja kalau pluralisme masih disampaikan oleh negara, (yang dianggap sebagai) kaki tangan kafir.”

“Kalau pemerintah Kraton maupun polisi tetap menyebarkan pluralisme, itu berarti genderang perang bagi kelompok seperti mereka.”

Selain ceramah yang dinilai provokatif, Pemerintah Yogyakarta juga dianggap tidak berani turun tangan mengatasi aksi provokasi Panglima Laskar Jihad Jafar Umar Talib. Benny mengaku sudah bertemu dengan Gubernur, Bupati dan Kapolda Yogyakarta untuk menagih ketegasan mereka dalam menyikapi provokasi yang dilontarkan oleh Jafar Umar Thalib. Tapi menurut Benny, pemerintah justru membiarkannya.

“Apakah nggak ada keberanian untuk bersikap tegas, saya nggak tahu. Tapi waktu saya bertemu Gubernur tentang hal ini, katanya sudah berkoordinasi dengan Kapolda. Tapi ya itu sebatas formalitas. Tidak ada sisi upaya represif dari negara sebagai penegak hukum.”

Masjid Kauman di Yogyakarta dianggap sebagai simbol kebhinekaan bagi masyarakat Yogyakarta yang mengusung pluralisme.

http://indonesia.ucanews.com/2014/06...an-pluralisme/



Orang kayak gini kalo di kirim ke Suriah lebih cocok... entah berani gak yah...???... emoticon-Ngacir
0
6.8K
33
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan