
Kita bisa disebut Indonesia yang benar-benar Indonesia kalo seandainya kita—seluruh orang Indonesia “Mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah air Indonesia.” Juga seandainya kita mengaku “Berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.” Dan juga seandainya kita “Mengaku menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia”.
Quote:
Masih Ingat Dengan Lirik Lagu Ini??
Apa Makna Lirik Tersebut??
Quote:
1. Garuda Pancasila Akulah Pendukungmu
Udah selayaknya seluruh masyarakat Indonesia menjadi pendukung tiap nilai-nilai yang berlaku dalam setiap sila Pancasila. Bukan gue, loe, atau mereka. Tetapi Kita BANGSA INDONESIA. Bangsa yang menjadikan Pancasila sebagai panduan hidup berbangsa dan bernegara.
Quote:
2. Patriot Proklamasi Sedia Berkorban Untukmu
Seorang PATRIOT adalah seorang yang siap ngorbanin dirinya demi ngeraih, mempertahanin dan ngisi kemerdekaan. Layaknya seorang atlit yang rela berlatih siang dan malam tanpa kenal lelah demi ngeharumin nama baik Bangsa Indonesia. Atau layaknya masyarakat di desa yang masih ngejunjung tinggi semangat gotong royong demi ngebangun desanya sendiri.
Mereka kerja keras, banting tulang tanpa harus sibuk ngeharepin imbalan, fasilitas, atau bahkan kenaikan gaji.
Quote:
3. Pancasila Dasar Negara Rakyat Adil, Makmur, Sentosa
Keadilan adalah dasar tujuan terciptanya masyarakan yang makmur dan sentosa. Adil adalah suatu kondisi yang proporsional, dimana nggak ada yang hidup bergelimang harta dan pamer kekayaan, nggak ada yang sangat miskin dan menderita busung lapar. Yahh intinya nggak ada ketimpangan dalam hal apapun.
Habis Adil terbitlah Makmur. Ya, udah kecapainya Keadilan, maka terciptalah Kemakmuran. Yaitu suatu kondisi masyarakat yang dapat ngerasain kecukupan secara bersama. Tanpa adanya ketimpangan satu sama lainnya.
Kemakmuran nggak sama dengan Kekayaan, karena kekayaan lebih bersifat individualistik. Sedangkan kemakmuran sifatnya kolektif.
Dan ketika Keadilan dan Kemakmuran udah kecapai maka lahirlah suatu masyarakat yang Sentosa. Kesentosaan adalah suatu kondisi “Peace of Mind” dimana seseorang nggak ngerasain kekhawatiran untuk hidup di bumi Indonesia.
Kepribadian kayak ginilah yang sebenernya diidam-idamkan oleh para pendiri bangsa Indonesia yaitu kepribadian yang Adil, Makmur dan Sentosa.

Kita semua emang berbeda – beda. Suku, ras, bahasa, agama, jenis kelamin, pekerjaan maupun latar belakang lainnya udah ngebedakan kita semenjak lahir. Tapi ada satu hal yang ternyata bisa “menyatukan” kita. Bukan lagi toleransi, bukan cinta tanah air, bukan solidaritas agama ataupun rasa saling memiliki sebagai sesama warga negara. Yang bisa menyatukan dan sepertinya menjadi citra kebanggaan yang begitu melekat di hampir semua jidat warga negara republik ini adalah KERAKUSAN.
Quote:
Isu korupsi kini bukan lagi jatah milik pejabat negara, aparat hukum atau alim ulama. Korupsi dan perilaku rakus udah jadi kesepakatan kita dalam usaha mempertahankan diri di belantara hutan, “Manusia Adalah Serigala Bagi Manusia Lainnya”.
Kerakusan jadi seragam kita dalam ngerayain eksistensi republik ini. Ngerayain dengan ngegeroti semua aspek yang bisa dijual dalam kiloan obral murah tanah, air, udara hingga jiwa manusia. Sehingga deretan angka nominal sudah ngebutakan mata waras, pertumpahan darah dan penyembelihan nyawa. Dalam konflik – konflik vertikal maupun horizontal sudah menjadi kelaziman umum yang telah dilakukan sehari – hari seiring dengan transaksi jual beli, mulai dari transaksi di pasar emperan hingga pasar ekonomi dunia.
Di tanah ini tak ada yang tak bisa dijual, bahkan negara ini pun sudah dijual sejak gelombang massa masih tertidur manis menikmati buaian kasur mewah sumbangan Bank Dunia yang konon dibeli oleh sang Bapak Pembanguan Bangsa.