- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Membandingkan Narendra Modi dan Jokowi


TS
jusjbaw
Membandingkan Narendra Modi dan Jokowi
Quote:
Membandingkan Narendra Modi dan Jokowi

Jakarta – Dari sisi politik lokal masing-masing negara, saat ini sungguh menarik membanding India dengan Indonesia.
Yang membuat menarik, kedua negara memiliki banyak kesamaan. Secara demografis, jumlah penduduk India dan Indonesia hampir mencapai sekitar 1,5 miliar. Proporsi yang penting dalam percaturan dunia.
Selain itu, kedua negara juga sama-sama memiliki masalah krusial dengan korupsi, yang ditandai dengan buruknya posisi India dan Indonesia di mata Transparency International (TI). Pada 2013 lalu, Indeks Persepsi Korupsi yang disusun TI mendudukkan India pada posisi ke-94, dan Indonesia pada posisi 144 dari 177 negara yang disurvei. Artinya, di kedua Negara, korupsi masih menjadi persoalan besar, dan bahaya yang laten mengintai suksesnya pembangunan dan pemerataan.
Namun yang paling menarik, saat ini di kedua negara sedang muncul pemimpin baru yang diharapkan publik. Paling tidak, itu yang dibesar-besarkan di media massa kedua negara. Di India, muncul Narenda Modi, ketua partai Bharatiya Janata (BJP), yang pada April lalu terpilih sebagai perdana menteri melalui Pemilu. Sedangkan di sini ada Jokowi, yang akan diuji Pilpres Juli nanti.
Apakah persamaan, dan apa saja yang membedakan keduanya? Persamaan paling kuat, keduanya menjadi media darling, dan selalu disebut sebagai figur pemimpin yang diharapkan rakyat—tentu oleh media.Persamaan lainnya, keduanya secara masing-masing menjadi kekuatiran (sebagian besar) warga muslim. Di India, dengan latar belakang partai yang dikenal tidak ramah terhadap muslim, Modi jadi kekuatiran warga muslim India.
Sementara di sini, dengan latar belakang PDIP dan sering disebut-sebut memiliki kedekatan dengan kelompok-kelompok minoritas dan barat—sebagaimana media menuliskannya, Jokowi juga menjadi sumber alergi sebagian muslim. Sesuatu yang ganjil, karena berbeda dengan Modi, Jokowi sendiri via tim suksesnya berkali-kali membuktikan kemuslimannya. Bahkan, mungkin karena isu itu dianggap akan mengabrasi integritas Jokowi, tim suksesnya tak segan-segan menyebar bukti foto pernikahan Jokowi, foto-foto ia berhaji, dan bahkan foto salatnya Jokowi!
Yang menjadi perbedaan barangkali pada sisi sukses keduanya. Narendra Modi telah membuktikan, Gujarat—provinsi yang sebelumnya ia pimpin, mampumeningkatkan pembangunan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, dan peningkatan kesejahteraan penduduk. Sebagian dari 1,27 miliar warga India tahu semua itu, dan Modi menjadi komoditas politik paling terkenal.
Lihat saja mandat rakyat India untuk Modi. Sederhana. "Lakukan untuk India seperti di Gujarat." Rakyat India ingin, jika Modi bisa menyulap Gujarat dalam 12 tahun, ia juga diharapkan bisa mengubah India.
Bagaimana dengan Jokowi? Harus diakui dengan jujur, Jokowi tak sesabar Modi mengumpulkan bukti-bukti prestasi. Khususnya prestasi yang tak terbantahkan berupa kenaikan kemakmuran rakyat. Tidak sekadar terpilih sebagai walikota terbaik dunia dalam pemilihan di dunia maya, yang kemudian malah dipersoalkan kalangan yang entah skeptis, atau mungkin tidak rela.
Buktinya, jika orang ditunjukkan Solo yang pernah dipimpin Jokowi sekali pun, masih saja muncul serangkai pertanyaan kritis tentang ‘bukti sukses’ itu. Lain dengan catatan Modi, yang bagi muslim India sefanatik apapun, pasti akan mengakui.
Tetapi tentu saja, ada banyak hal yang tak kita tahu tentang latar belakang bercepatnya Jokowi maju ke kontestasi Pilpres. Jika di benak sebagian rakyat, yang terbaik adalah bersabar setelah menorehkan prestasi besar membenahi Jakarta—dan di sisi ini rakyat Jakarta bersatu dalam harapan besar mendukungnya, boleh jadi ada hal yang membuat Jokowi terdesak untuk mengamini slogan kompetitornya di Pilpres: Prabowo.
“Jika tidak sekarang, kapan lagi? Jika bukan aku, siapa lagi?” Dan semoga itu karena kecintaan dan tanggung jawab Jokowi untuk kita, warga Indonesia. Semoga, bukan yang lain. [dsy]
Yang membuat menarik, kedua negara memiliki banyak kesamaan. Secara demografis, jumlah penduduk India dan Indonesia hampir mencapai sekitar 1,5 miliar. Proporsi yang penting dalam percaturan dunia.
Selain itu, kedua negara juga sama-sama memiliki masalah krusial dengan korupsi, yang ditandai dengan buruknya posisi India dan Indonesia di mata Transparency International (TI). Pada 2013 lalu, Indeks Persepsi Korupsi yang disusun TI mendudukkan India pada posisi ke-94, dan Indonesia pada posisi 144 dari 177 negara yang disurvei. Artinya, di kedua Negara, korupsi masih menjadi persoalan besar, dan bahaya yang laten mengintai suksesnya pembangunan dan pemerataan.
Namun yang paling menarik, saat ini di kedua negara sedang muncul pemimpin baru yang diharapkan publik. Paling tidak, itu yang dibesar-besarkan di media massa kedua negara. Di India, muncul Narenda Modi, ketua partai Bharatiya Janata (BJP), yang pada April lalu terpilih sebagai perdana menteri melalui Pemilu. Sedangkan di sini ada Jokowi, yang akan diuji Pilpres Juli nanti.
Apakah persamaan, dan apa saja yang membedakan keduanya? Persamaan paling kuat, keduanya menjadi media darling, dan selalu disebut sebagai figur pemimpin yang diharapkan rakyat—tentu oleh media.Persamaan lainnya, keduanya secara masing-masing menjadi kekuatiran (sebagian besar) warga muslim. Di India, dengan latar belakang partai yang dikenal tidak ramah terhadap muslim, Modi jadi kekuatiran warga muslim India.
Sementara di sini, dengan latar belakang PDIP dan sering disebut-sebut memiliki kedekatan dengan kelompok-kelompok minoritas dan barat—sebagaimana media menuliskannya, Jokowi juga menjadi sumber alergi sebagian muslim. Sesuatu yang ganjil, karena berbeda dengan Modi, Jokowi sendiri via tim suksesnya berkali-kali membuktikan kemuslimannya. Bahkan, mungkin karena isu itu dianggap akan mengabrasi integritas Jokowi, tim suksesnya tak segan-segan menyebar bukti foto pernikahan Jokowi, foto-foto ia berhaji, dan bahkan foto salatnya Jokowi!
Yang menjadi perbedaan barangkali pada sisi sukses keduanya. Narendra Modi telah membuktikan, Gujarat—provinsi yang sebelumnya ia pimpin, mampumeningkatkan pembangunan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, dan peningkatan kesejahteraan penduduk. Sebagian dari 1,27 miliar warga India tahu semua itu, dan Modi menjadi komoditas politik paling terkenal.
Lihat saja mandat rakyat India untuk Modi. Sederhana. "Lakukan untuk India seperti di Gujarat." Rakyat India ingin, jika Modi bisa menyulap Gujarat dalam 12 tahun, ia juga diharapkan bisa mengubah India.
Bagaimana dengan Jokowi? Harus diakui dengan jujur, Jokowi tak sesabar Modi mengumpulkan bukti-bukti prestasi. Khususnya prestasi yang tak terbantahkan berupa kenaikan kemakmuran rakyat. Tidak sekadar terpilih sebagai walikota terbaik dunia dalam pemilihan di dunia maya, yang kemudian malah dipersoalkan kalangan yang entah skeptis, atau mungkin tidak rela.
Buktinya, jika orang ditunjukkan Solo yang pernah dipimpin Jokowi sekali pun, masih saja muncul serangkai pertanyaan kritis tentang ‘bukti sukses’ itu. Lain dengan catatan Modi, yang bagi muslim India sefanatik apapun, pasti akan mengakui.
Tetapi tentu saja, ada banyak hal yang tak kita tahu tentang latar belakang bercepatnya Jokowi maju ke kontestasi Pilpres. Jika di benak sebagian rakyat, yang terbaik adalah bersabar setelah menorehkan prestasi besar membenahi Jakarta—dan di sisi ini rakyat Jakarta bersatu dalam harapan besar mendukungnya, boleh jadi ada hal yang membuat Jokowi terdesak untuk mengamini slogan kompetitornya di Pilpres: Prabowo.
“Jika tidak sekarang, kapan lagi? Jika bukan aku, siapa lagi?” Dan semoga itu karena kecintaan dan tanggung jawab Jokowi untuk kita, warga Indonesia. Semoga, bukan yang lain. [dsy]
Quote:
jadi intinya cobalah berpikir sehat untuk memilih msa depan yang baik untuk bangsa 

0
1.5K
Kutip
2
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan