Pesta demokrasi di Indonesia tengah berlangsung meriah dalam menyambut pilpres 2014 pada 9 juli mendatang. Sejauh ini telah ada 2 poros figur capres dan cawapres yang telah mendeklarasikan diri untuk ikut serta dalam pilpres, yaitu Joko Widodo - Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa.
Berbicara mengenai figur capres ada keterkaitan antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto bahkan keduanya pernah menjalin hubungan baik dan saling mendukung satu sama lain ketika Joko Widodo maju menjadi gubernur DKI didampingi Ahok dari partai Gerindra. Disamping itu dari segi partai sering terjadi kerja sama, sebut saja ketika Pilpres 2009 kandidat capres dan cawapres Megawati - Prabowo dan Gubernur DKI Jakarta Jokowi - Ahok yang merupakan kerja sama PDIP dan Gerindra.
Namun saat ini mengapa yang terjadi malah perseteruan antara kedua partai baik dari petinggi maupun secara keseluruhan. Bahkan Prabowo Subianto yang semula mendukung dan memiliki hubungan baik dengan Joko Widodo berbalik saling menyerang satu sama lain, inikah wujud demokrasi yang sesungguhnya?
Setelah pilpres berakhir dan menghasilkan satu nama pemenang, apakah yang akan terjadi selanjutnya?inilah pertanyaan yang sering muncul diantara para pendukung salah satu poros ataupun para gerakan non-blok.
Seperti diketahui Joko Widodo yang notabene masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta karena dalam pencapresannya beliau tidak mengundurkan diri dari jabatan gubernur melainkan mengambil cuti. Jika Prabowo keluar menjadi pemenang dan menjabat sebagai presiden maka otomatis Jokowi kembali ke kursi Gubernur DKI Jakarta, apakah perang yang selama ini ada dalam pencapresan akan berlanjut?Apa yang terjadi jika tidak ada sinergi antara kepala daerah dengan kepala negara?apalagi kepala daerah yang dimaksud adalah daerah Ibu Kota. Begitu pula sebaliknya jika Jokowi menang dalam ajang pilpres dan menjadi presiden, apakah ada intervensi Prabowo terhadap Ahok yang secara otomatis akan menjadi Gubernur DKI Jakarta yang notabene adalah kader dari partai Gerindra partai yang dipimpin Prabowo Subianto.
Dengan tujuan yang sama yaitu memberikan perubahan agar Indonesia lebih baik haruskah tokoh-tokoh terbaik saling mencela, menyindir, bahkan memojokan?