Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

burjaAvatar border
TS
burja
Sarjana ekonomi tak diminati perbankan
MERDEKA.COM. Firma akuntantsi dan konsultasi Price Waterhouse Cooper (PwC) menggelar jajak pendapat tahunan kepada pelaku industri perbankan menyoal tantangan dan peluang pada 2014.
Salah satu isu yang banyak dikeluhkan bankir adalah ketersediaan sumber daya manusia (SDM) di industri jasa keuangan. Sebanyak 44 persen responden menegaskan, saat ini perbankan kesulitan merekrut SDM yang berkualitas untuk bekerja di perusahaan masing-masing. Bahkan, para sarjana bidang ekonomi, akuntansi, atau manajemen dianggap tidak layak masuk ke sektor ini.
"Kita prihatin melihat kondisi lulusan universitas. Para bankir menilai kenapa terlalu banyak yang diajarkan ke mahasiswa tapi sedikit sekali yang bisa mereka pahami. Akhirnya bank merekrut karyawan baru bukan lagi dari jurusan ekonomi atau bisnis," kata Kepala PwC Indonesia Jusuf Wibisana dalam jumpa pers 'Indonesia Banking Surveys 2014' di Jakarta, Rabu (14/5).
Dari pengalaman pelaku industri perbankan, justru kini lebih menguntungkan merekrut sarjana dari disiplin ilmu yang jauh dari ekonomi. PwC mencatat, banyak bank kini mempekerjakan sarjana alumni Institut Pertanian Bogor atau Institut Teknologi Bandung. Ini dikarenakan biaya pelatihan para sarjana itu untuk beradaptasi dengan tuntutan kerja bank lebih cepat, dibanding alumni jurusan ekonomi.
"Makin banyak saja pakar pertanian dan insinyur yang mengisi posisi top manajemen perbankan di Indonesia. Ini karena orang melihat kebutuhan SDM dari intelejensi mereka yang terbukti lebih cepat mengikuti pelatihan sebelum bekerja," ungkap Jusuf.
PwC menegaskan, keluhan para bankir ini wajib diperhatikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai otoritas terkait dalam penyediaan SDM ke dunia kerja. Tanpa ada perubahan fundamental kualitas lulusan universitas, Jusuf menambahkan, para bankir cukup pesimis menghadapi liberalisasi perbankan di Asia Tenggara pada 2020 mendatang.
"Banyak pertanyaan dari responden, kenapa mendikbud menghabiskan 20 persen APBN, sementara bank masih harus mengeluarkan banyak biaya melatih ulang calon pekerjanya," tandasnya.
Keluhan perbankan soal sulitnya menyerap tenaga kerja lulusan universitas sejalan dengan data Badan Pusat Statistik. Per Februari 2014, jumlah penganggur level S1 mencapai 360.000 orang, atau sekitar 5 persen dari total pengangguran. Sedangkan pemegang titel strata satu yang sudah bekerja baru mencapai 8,8 juta orang (7,49 persen) dari total angkatan kerja.

Sumber

yang kuliah jurusan ekonomi pasti terguncang baca berita ini emoticon-Sorry
Diubah oleh burja 19-05-2014 14:06
0
17.4K
53
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan