Kunci jawaban yang disebar di Lamongan dibagikan secara gratis. Tetapi, tidak dengan di Surabaya. Kunci jawaban tersebut dikomersialkan Muhammad Nasrun Abid. Nama itulah yang membawa kunci jawaban dari Lamongan ke Surabaya. Abid memperoleh kunci jawaban dari pamannya yang guru SMAN 3 Lamongan Edy Purnomo. Selain itu, dia dapat dari kerabatnya yang lain, yaitu Wakil Kepala MTs Putra Putri Lamongan Ibnu Mubarrok.

Ada berbagai alasan, namun ini adalah alasan terkuat dari masing-masing pihak yang kontra maupun pro

Kontra :Bagaimana mungkin proses pendidikan selama tiga tahun dinilai dengan UN yang hanya 3 hari? Bagaimana bila murid yang bersangkutan sedang dalam kondisi fisik yang kurang prima? Adilkah menilai proses pendidikan 3 tahun dengan ujian selama 3 hari? Hal ini memberikan stressor yang besar bagi peserta didik dan sama sekali tidak dapat merepresentasikan hasil pendidikan.

Pro : Bagaimanapun juga, kita membutuhkan suatu evaluasi belajar yang bersifat nasional. Negara maju semacam Jepang dan Jerman pun masih memberlakukan Ujian Nasional. Dengan adanya Ujian Nasional ini, kita dapat mengevaluasi ketimpangan sistem pendidikan di berbagai daerah. Daerah yang rata-rata UN nya rendah berarti pendidikan belum berjalan baik dan perlu ditingkatkan.

Nah, masing-masing pihak punya argumen yang kuat. Adakah solusi win-win solution masalah ini? Mungkin ada gan

Trus gimana solusinya? Masing-masing pihak punya alasan yang memang sulit dibantah. Apakah tidak ada solusi yang lebih baik daripada sekedar “MEMBATALKAN”atau ‘MELANJUTKAN”?

Selama ini, kelulusan UN ditentukan berdasarkan rasio 60% nilai UN dan 40% nilai sekolah. Komposisi nilai sekolah terdiri atas 70% nilai rapor dan 30% ujian sekolah. Ini jelas terlampau besar untuk waktu ujian yang cuma 3 hari. Sekolahpun seolah kehilangan otonominya untuk menentukan kelulusan siswanya.

Menurut saya idealnya rasio nilai UN sebaiknya tidak lebih dari 33,3%

Mengurangi kecurangan : Hei, curang pun butuh nyali dan biaya kawan. Agan bisa lihat sendiri di berita, betapa mahal kunci jawaban yang dijual. Seringkali yang beli kunci jawabannya bukan muridnya gan, tp orangtuanya.
Bila bobot soal UN ini dikecilkan, maka murid2pun pasti akan malas untuk “curang”. Kecurangan UN bukan semata karena ketidakjujuran, tp dari keputusasaan juga. Bila bobot nilainya kecil, maka murid2 pasti lebih memilih cara jujur dan malas mencoba cara2 curang seperti mencari kunci jawaban

Pemerintah mendapatkan penilaian yang lebih objektif :Dengan adanya kebocoran seperti ini ditambah jumlah paket soal yang ada 20, apakah ini bisa mencerminkan evaluasi yang benar? Saya yakin tidak, sekolah A yang nilai rata-ratanya lebih tinggi dari sekolah B bisa saja bukan lebih baik tapi lebih curang
Siswa A yang lebih baik dari siswa B bukan berarti lebih pintar, bisa saja siswa A mendapatkan paket yang lebih mudah (bagaimana mungkin membuat 20 macam soal dengan bobot yang persis sama)

Mengurangi stressor : Miris juga lihat ada yang sampe bunuh diri gara2 UN. Mereka bukan anak manja Gan, mereka adalah remaja yang memang belum saatnya menghadapi stressor yang di luar kemampuan mereka. Dengan dikecilkannya bobot UN ini, mereka bisa lebih “santai” dan taktis. Daripada stress ke UN mendingan konsentrasi memperbaiki nilai ulangan dan ujian akhir sekolah

[Hot Thread]Ngisi CV aja ga niat.. Gimana mau mimpin!!!!!!!
[Thread Santai] Jokowi Dan Perubahan Peta Konspirasi Politik Pasca Pencalonannya
Fakta Di Balik Klaim Sesat Produk Suplemen [HOT THREAD]
7 Alasan gua amat sangan benci MLM (Lounge)
Pengakuan Dosa : Kemesuman semasa sekolah part 2
[motivational story] Petarung bertangan satu
5 Trik Cerdik Pengelola Pasar Swalayan Menguras Habis Uang Anda
7 Maksud Buruk di Balik Kebiasaan Manis Kucing Anda
Segala masukan, saran, kritik, cacian dan makian terkait BPJS, masuk sini