Jakarta - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) akhirnya resmi merapat ke capres Gerindra Prabowo Subianto. Soal keputusan ini, Wakil Ketua Umum Suharso Monoarfa mengapresiasi keputusan, tapi dia ogah berkomentar kenapa akhirnya koalisi itu yang ditempuh.
"Enggak ada yang terjadi. Saya kira enggak ada yang balik arah. Itu tanyakan kepada DPW jangan kepada saya," kata Suharso.
Dia terus bergegas meninggalkan tempat Rapimnas digelar, ruang The Bridge Function Room, Kompeks Hotel Aston, Jakarta, Senin (12/5) sekitar pukul 02.15 WIB dini hari.
Seperti diketahui, PPP sempat berkonflik karena Ketumnya Suryadharma Ali (SDA) mendadak muncul di kampanye Gerindra, medio Maret lalu. SDA juga melontarkan puja puji kepada Prabowo. Walhasil, konflik internal berkembang dan dia terancam dilengserkan sebagai Ketum karena dianggap bikin suara partai merosot.
Menurut Suharso kisruh tersebut beda dengan pencarian arah koalisi partai. Dia menilai keputusan partai untuk merapat Prabowo sudah tepat karena dilakukan secara musyawarah mufakat.
“Ada dua hal yang berbeda dalam soal pencapresan dengan langkah-langkah yang lalu oleh Ketum dalam mengambil keputusan, yang sudah selesai secara islah. Saya kira itu dua hal yang beda. Ini kan soal capres. Ini semua konstitusional, artinya keinginan itu akhirnya dapatkan jalannya,” imbuhnya.
Suharso sendiri bersama empat DPW PPP diketahui pernah dipecat SDA karena dianggap ingin menggulingkan SDA. Mantan Menpera itu memang mengkritisi Ketumnya yang ikut dalam kampanye Gerindra. Dia juga pernah memberi sinyal kuat PPP akan koalisi dengan PDIP dan dukung pencapresan Joko Widodo.
“(saya kritik) Ya kan karena gak konstitusional. Pengambilan keputusan itu kan hanya dua caranya, secara aklamasi atau pemungutan suara,” kata dia. Dia juga menambahkan pihaknya akan solid dan tidak pecah suara dalam koalisi. “Insyaallah, nanti kita lihat,” pungkasnya.