- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Minta TV Masuk Komponen Upah, Buruh Ibaratkan Radio Zaman Soeharto


TS
Koedoes
Minta TV Masuk Komponen Upah, Buruh Ibaratkan Radio Zaman Soeharto
Quote:
Jakarta -Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menegaskan desakan dimasukkannya TV dalam tambahan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) punya dasar yang kuat. Basis komponen KHL di setiap periode mengalami pergeseran karena perubahan teknologi seperti kebutuhan radio yang bergeser menjadi TV.
Presiden KSPI Said Iqbal mengatakan permintaan buruh diantaranya berdasarkan riset yang dilakukan oleh Akatiga dimana buruh membutuhkan 122 item dan untuk pekerja lajang. Sementara itu, kajian yang dilakukan oleh KSPI terhadap kebutuhan yang sangat diinginkan oleh buruh adalah 84 item.
Said mengatakan pada tahun 1982 pada zaman Presiden Soeharto, Menteri tenaga kerja pada saat itu, Soedomo, merumuskan yang namanya Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) yang berisikan hampir 50 Item termasuk ada radio. Dan kebutuhan itu, seiring waktu akan mengalami sebuah perubahan.
Menurut Said seiring waktu dan makin meningkatnya perekonomian negara maka kebutuhan seperti radio sebagai alat informasi bagi para pekerja berubah menjadi TV.
"Karena saat ini masyarakat ataupun buruh lebih banyak membeli TV. Oleh karena itu, Item televisi itu sangat dibutuhkan untuk kekinian bukan kekunoan," kata Said dalam keterangan tertulisnya, Jumat (9/5/2014)
Ia menjelaskan permintaan item TV masuk dalam KHL, dalam survei yang dilakukan KSPI di tiap daerah itu berbeda-beda. Itemnya tetap televisi, tetapi jenis ataupun kualitasnya berbeda-beda.
"Dan mengapa ditemukan adanya jenis LED, karena LED itukan adanya di Jabodetabek. Karena sesuai dengan hukum pasar, barang yang banyak tersedia pasti itulah yang dibeli," jelas Said
Said menjelaskan mengapa ada permintaan TV jenis LED yang diminta buruh, karena berdasarkan hasil surve KSPI dalam kuesioner dan FGD (Focus Group Diskusi), menemukan setidaknya 60% hasil survei adalah televisi LED.
"Tapi janganlah terlalu digeneralisir seolah-olah seluruh daerah perlu televisi LED. Bisa saja misalnya di Sidoarjo yang paling banyak dikonsumsi itu televisi china lalu di Pare-Pare banyak mengkonsumsi Televisi tabung," katanya.
Ia mengilustrasikan bisa saja dewan pengupahan di Sidorajo, Jawa Timur dan Pare Pare Sulawesi Selatan memutuskan Televisi tabung sebagai item survei KHL yang baru.
"Tetapi prinsipnya item televisinya harus ada Karena itu kebutuhan. Dan harga di tiap daerahnya pasti berbeda. Jadi, penentuan jenis dan kualitas TV itu tergantung dewan pengupahan di tiap daerah," katanya.
Terkait dengan permintaan buruh soal parfum masuk KHL, ia beralasan dahulu orang tak memakai parfum karena kualitas udaranya masih bagus dan polusinya pun masih sedikit. Sehingga tidak membutuhkan parfum.
"Seiring waktu dan kebutuhan, kebutuhan parfum menjadi juga kebutuhan para buruh. Perlu menjadi catatan adalah, jangan sekali – kali membayangkan jika kebutuhan parfum buruh adalah parfum yang mahal. Hal ini karena didasari pola konsumsi yang berubah," katanya.
Presiden KSPI Said Iqbal mengatakan permintaan buruh diantaranya berdasarkan riset yang dilakukan oleh Akatiga dimana buruh membutuhkan 122 item dan untuk pekerja lajang. Sementara itu, kajian yang dilakukan oleh KSPI terhadap kebutuhan yang sangat diinginkan oleh buruh adalah 84 item.
Said mengatakan pada tahun 1982 pada zaman Presiden Soeharto, Menteri tenaga kerja pada saat itu, Soedomo, merumuskan yang namanya Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) yang berisikan hampir 50 Item termasuk ada radio. Dan kebutuhan itu, seiring waktu akan mengalami sebuah perubahan.
Menurut Said seiring waktu dan makin meningkatnya perekonomian negara maka kebutuhan seperti radio sebagai alat informasi bagi para pekerja berubah menjadi TV.
"Karena saat ini masyarakat ataupun buruh lebih banyak membeli TV. Oleh karena itu, Item televisi itu sangat dibutuhkan untuk kekinian bukan kekunoan," kata Said dalam keterangan tertulisnya, Jumat (9/5/2014)
Ia menjelaskan permintaan item TV masuk dalam KHL, dalam survei yang dilakukan KSPI di tiap daerah itu berbeda-beda. Itemnya tetap televisi, tetapi jenis ataupun kualitasnya berbeda-beda.
"Dan mengapa ditemukan adanya jenis LED, karena LED itukan adanya di Jabodetabek. Karena sesuai dengan hukum pasar, barang yang banyak tersedia pasti itulah yang dibeli," jelas Said
Said menjelaskan mengapa ada permintaan TV jenis LED yang diminta buruh, karena berdasarkan hasil surve KSPI dalam kuesioner dan FGD (Focus Group Diskusi), menemukan setidaknya 60% hasil survei adalah televisi LED.
"Tapi janganlah terlalu digeneralisir seolah-olah seluruh daerah perlu televisi LED. Bisa saja misalnya di Sidoarjo yang paling banyak dikonsumsi itu televisi china lalu di Pare-Pare banyak mengkonsumsi Televisi tabung," katanya.
Ia mengilustrasikan bisa saja dewan pengupahan di Sidorajo, Jawa Timur dan Pare Pare Sulawesi Selatan memutuskan Televisi tabung sebagai item survei KHL yang baru.
"Tetapi prinsipnya item televisinya harus ada Karena itu kebutuhan. Dan harga di tiap daerahnya pasti berbeda. Jadi, penentuan jenis dan kualitas TV itu tergantung dewan pengupahan di tiap daerah," katanya.
Terkait dengan permintaan buruh soal parfum masuk KHL, ia beralasan dahulu orang tak memakai parfum karena kualitas udaranya masih bagus dan polusinya pun masih sedikit. Sehingga tidak membutuhkan parfum.
"Seiring waktu dan kebutuhan, kebutuhan parfum menjadi juga kebutuhan para buruh. Perlu menjadi catatan adalah, jangan sekali – kali membayangkan jika kebutuhan parfum buruh adalah parfum yang mahal. Hal ini karena didasari pola konsumsi yang berubah," katanya.
terserah deh...itu kbanyakan bukan kebutuhan...hanya keinginan dan keinginan manusia itu mana pernah ada puasnya sih, kl mau dapetin ya usaha dong seperti kebanyakan orang..cmiiw
Spoiler for sumur:
http://finance.detik.com/read/2014/05/09/065317/2577767/4/2/minta-tv-masuk-komponen-upah-buruh-ibaratkan-radio-zaman-soeharto
0
1.6K
Kutip
19
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan