- Beranda
- Komunitas
- Pilih Capres & Caleg
Obrolan ngalor ngidul: ideologi nasi bungkus dan uang rokok


TS
comANDRE
Obrolan ngalor ngidul: ideologi nasi bungkus dan uang rokok

Serunya jadi penonton (baca: penonton nyinyir) dari sebuah pagelaran akbar kampanye parpol baru-baru ini membuat saya membuat perbandingan dua ekstrim cara para kandidat berkampanye. Dari seseorang yang memandang politik di negeri ini penuh drama, buat saya pertunjukan politik tetap punya rating tinggi. Singkat kata: seru!
Bagaimana tidak? Kebayang nggak, ada sebelas orang calon alias kandidat yang harus adu kekuatan otak dan pesona untuk dijadikan pilihan partainya. Macam beauty contest dari pagelaran Miss Universe. Pembedanya, ya cuma ndak ada ukur-mengukur perangkat tubuh saja di kontes ini. Selebihnya sama. Siapa cantik dan menawan, ya jadi juara. Di sini, siapa yang gagasannya bagus, ada harapan jadi juara. Kenapa harapan, karena keputusan ada di pihak juri dan rakyat.
Ada saja ulah dari suporter para kandidat. Banyak atribut bertebaran. Banyak upaya menaikkan harkat kehebatan masing masing calon. Mulai dari atraksi barongsai sampai tempel-menempel poster besar muka kandidat di tembok-tembok. Semakin siang, semakin panas.. semakin nafsu.. yel-yel makin membahana. Sejenak ada rasa malu menggelitik benak saya. Kok, saya nggak punya ya panggilan jiwa untuk ikutan seru dan nafsu membela politikus atau calon politikus atau parpol? Mereka ini punya dinamika rasa politik yang bikin saya iri.
Teriakan-teriakan menggelitik telinga. Ada nama kandidat disebutkan. Ada janji politik yang dilontarkan. Eh, ada yang menarik perhatian telinga saya yang memang terbiasa mendengar suara suara miring. “Ini, gimana sih? Kami dalam tiga bus ini belum ada yang kasih makan.. janjinya akan ada nasi bungkus dan uang rokok kalau kami bantu kampanyS E N S O R kami ini sudah kepanasan, tapi nasi bungkus belum datang apalagi uang rokok!” Dengan semangat kepo super tinggi, saya dekati laki-laki yang teriak minta makan dan rokok itu. “Dijanjikan apa, Pak?”, pancing saya. Gayung bersambut. Bapak itu langsung berceloteh layaknya nara sumber di televisi. Lugas tanpa saya mampu menghentikannya. Singkat kata, mereka ini, adalah pasukan bayaran untuk mendukung kandidat kuat bahkan terkuat dalam kontes itu. Nasi bungkus, air putih dan uang rokok seputaran Rp 100 ribu. Wuidiiih. Jiwa saya berontak. Murah banget harga ideologi di negeri ini. It takes two to tango. Kandidat yang disebutkan tadi, belum jadi pemimpin, sudah manipulatif. Nah, korbannya macam bapak ini, yang menerima saja “hadiah” tersebut. “Pak, kok mau sih?” Jawabnya: “Saya juga orang suruhan, kok. Ada bos saya. Saya harus cari nasi bungkus dulu ya. Orang orang ini mulai ngamuk, nih”, ungkapnya sambil ngeloyor pergi. Saya takjub mendengarnya. Nasib bangsa ini kok dipandang enteng.
Ekstrim lain? Ini yang menurut saya cara kampanye yang seksi.. campaign with style! Yel-yel “kami relawan bukan bayaran” membuat orkestrasi indah di telinga saya. Saya beringsut mendekat. Jargon “relawan bukan bayaran”, menjatuhkan hati saya sedalam lautan dan meninggikan harapan saya ke langit tujuh. Ada yang lebih seksi lagi: “jangan Rupiahkan harga diri saya”. Ini akhir dari pencarian saya. Ini suara nurani yang selama ini hilang. Dari katanya saja relawan. Artinya ya ndak dibayar. Relawan ini punya ideologi yang mereka perjuangan. Lah, kalau bayaran, ya mereka akan berjuang untuk uang, walau cuma seratus ribu perak.
Bayaran Rupiah bukan gaya saya. Masa depan yang lebih baik, itu bayaran saya. Upah itu yang dijanjikan akan saya dapatkan, kalau saya mau meluangkan waktu untuk memikirkan nasib bangsa dan sejenak tidak egois alias memikirkan diri sendiri. Sayapun beringsut mendekat kelompok relawan ini. Mereka tertib, duduk dengan baik mendengarkan paparan. Indah rasanya. Seperti nonton orkestra. Saya menemukan rumah dan perasaan kebangsaan yang hilang sejak lama di kelompok ini.
Ini rumah penuh rasa kebangsaan yang saya dambakan selama ini. Rumah Indonesia saya.
It’s always nice to be home.
Saya memilih turun tangan bersama Anies Baswedan untuk Indonesia 2014


anasabila memberi reputasi
1
1.3K
11
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan