- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Uji Keperawanan Di Candi Sukuh Gunung Lawu


TS
kondenande21
Uji Keperawanan Di Candi Sukuh Gunung Lawu
Quote:

Quote:

Quote:
Candi Sukuh - Ditemukan oleh arkeolog pada masa
pemerintahan Gubernur Raffles tahun 1815. Usaha
pelestarian komplek candi ini dilakukan oleh Dinas
Purbakala sejak tahun 1917. Konon, candi ini didirikan
pada abad ke 15 masehi semasa dengan pemerintahan
Suhita, Ratu Majapahit yang memerintah pada tahun
1429-1446. Belum banyak wisatawan menyadari,
bahwa Candi Sukuh yang terletak di lereng Gunung
Lawu, Kabupaten Karanganyar yang mudah dicapai
dengan kendaraan bermotor baik roda dua maupun
roda empat, karena hanya berjarak sekitar 27 km dari
pusat kota Karanganyar. Candi Sukuh ini
sesungguhnya merupakan candi paling menarik di
Jawa. Bukan cuma bangunan-bangunan fisiknya yang
mengentalkan hal itu. Namun suasana alam yang
berkabut tebal serta hawa dingin menusuk tulang yang
selalu tersaji saban hari, sering kali menebar nuansa
mesum.
pemerintahan Gubernur Raffles tahun 1815. Usaha
pelestarian komplek candi ini dilakukan oleh Dinas
Purbakala sejak tahun 1917. Konon, candi ini didirikan
pada abad ke 15 masehi semasa dengan pemerintahan
Suhita, Ratu Majapahit yang memerintah pada tahun
1429-1446. Belum banyak wisatawan menyadari,
bahwa Candi Sukuh yang terletak di lereng Gunung
Lawu, Kabupaten Karanganyar yang mudah dicapai
dengan kendaraan bermotor baik roda dua maupun
roda empat, karena hanya berjarak sekitar 27 km dari
pusat kota Karanganyar. Candi Sukuh ini
sesungguhnya merupakan candi paling menarik di
Jawa. Bukan cuma bangunan-bangunan fisiknya yang
mengentalkan hal itu. Namun suasana alam yang
berkabut tebal serta hawa dingin menusuk tulang yang
selalu tersaji saban hari, sering kali menebar nuansa
mesum.
Quote:

Quote:
Selain menampilkan ornamen orang bersenggama
secara vulgar, di lantai pelataran Candi Sukuh juga
terpampang jelas relief yang menggambarkan secara
utuh alat kelamin pria yang sedang ereksi, berhadap-
hadapan langsung dengan vagina. “Lantaran situasinya
seperti itu, masyarakat setempat kadang menyebut
Candi Sukuh sebagai Candi Rusuh (saru atau tabu).
Memahami Candi Sukuh secara utuh memang tidak
cukup melihat kulitnya saja. Kita harus berani masuk
hingga ke relung paling dalam. Tapi sanggupkah kita
menyibak kesakralan candi paling erotis tersebut, agar
kita bisa bermimpi tentang surga di sana?
Menurut sejarah, Candi Sukuh yang berada di Desa
Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar,
itu dibangun pada sekitar abad ke-15 oleh masyarakat
Hindu Tantrayana. Dalam catatan sejarah, candi ini
merupakan candi termuda dalam sejarah
pembangunan candi di Bumi Nusantara. Candi ini
dibangun pada masa akhir runtuhnya Kerajaan
Majapahit. Kompleks situs purbakala Candi Sukuh
berada di ketinggian 910 meter diatas permukaan laut.
Berhawa sejuk dengan panorama indah.
Memasuki kompleks candi, kita akan bertemu dengan
trap pertama yang pintu masuknya melalui sebuah
gapura. Pada sisi gapura sebelah utara terdapat relief
`manusia ditelan raksasa` yakni sebuah `sengkalan
rumit` (candrasengkala) yang bisa dibaca `Gapura (9)
buta (5) mangan (3) wong (1)` atau gapura raksasa
memakan manusia, yang merujuk sebuah tahun yakni
1359 Saka, atau tahun 1437 Masehi, tahun dimana
pembangunan gapura pertama selesai. Di sisi selatan
gapura juga terdapat relief raksasa yang berlari sambil
menggigit ekor ular. Menurut candrasengkalanya
berbunyi `Gapura buta anahut buntut` (gapura raksasa
menggigit ekor ular), yang merujuk pula tahun 1359
Saka atau 1437 Masehi.
Saat wisatawan menaiki anak tangga dalam lorong
gapura, akan disuguhi relief yang sangat vulgar
terpahat di lantai. Relief ini menggambarkan phallus
yang berhadapan dengan vagina. Inilah yang kemudian
menjadi trademark dari popularitas Candi Sukuh.
secara vulgar, di lantai pelataran Candi Sukuh juga
terpampang jelas relief yang menggambarkan secara
utuh alat kelamin pria yang sedang ereksi, berhadap-
hadapan langsung dengan vagina. “Lantaran situasinya
seperti itu, masyarakat setempat kadang menyebut
Candi Sukuh sebagai Candi Rusuh (saru atau tabu).
Memahami Candi Sukuh secara utuh memang tidak
cukup melihat kulitnya saja. Kita harus berani masuk
hingga ke relung paling dalam. Tapi sanggupkah kita
menyibak kesakralan candi paling erotis tersebut, agar
kita bisa bermimpi tentang surga di sana?
Menurut sejarah, Candi Sukuh yang berada di Desa
Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar,
itu dibangun pada sekitar abad ke-15 oleh masyarakat
Hindu Tantrayana. Dalam catatan sejarah, candi ini
merupakan candi termuda dalam sejarah
pembangunan candi di Bumi Nusantara. Candi ini
dibangun pada masa akhir runtuhnya Kerajaan
Majapahit. Kompleks situs purbakala Candi Sukuh
berada di ketinggian 910 meter diatas permukaan laut.
Berhawa sejuk dengan panorama indah.
Memasuki kompleks candi, kita akan bertemu dengan
trap pertama yang pintu masuknya melalui sebuah
gapura. Pada sisi gapura sebelah utara terdapat relief
`manusia ditelan raksasa` yakni sebuah `sengkalan
rumit` (candrasengkala) yang bisa dibaca `Gapura (9)
buta (5) mangan (3) wong (1)` atau gapura raksasa
memakan manusia, yang merujuk sebuah tahun yakni
1359 Saka, atau tahun 1437 Masehi, tahun dimana
pembangunan gapura pertama selesai. Di sisi selatan
gapura juga terdapat relief raksasa yang berlari sambil
menggigit ekor ular. Menurut candrasengkalanya
berbunyi `Gapura buta anahut buntut` (gapura raksasa
menggigit ekor ular), yang merujuk pula tahun 1359
Saka atau 1437 Masehi.
Saat wisatawan menaiki anak tangga dalam lorong
gapura, akan disuguhi relief yang sangat vulgar
terpahat di lantai. Relief ini menggambarkan phallus
yang berhadapan dengan vagina. Inilah yang kemudian
menjadi trademark dari popularitas Candi Sukuh.
Quote:

Quote:
Konon dulu, seorang suami yang ingin menguji
kesetiaan istrinya, dia akan meminta sang istri
melangkahi relief ini. Jika kain kebaya yang
dikenakannya robek, maka dia tipe isteri setia. Tapi
sebaliknya, jika kainnya hanya terlepas, sang isteri
diyakini telah berselingkuh. Namun berbeda dengan
sumber yang lain yang admin anehdidunia.com
temukan, di sumber lain mengatakan bahwa jika sang
gadis yang tidak perawan atau melakukan
perselingkuhan melaukan tes ini, maka kain yang
digunakan akan robek dan meneteskan darah.
Dan apabila seorang lelaki mengetes keperjakaannya,
maka dia harus melangkahinya juga dan jika laki laki
tersebut terkencing kencing, maka menjadi bukti
bahwa lelaki tersebut sudah tidak perjaka atau pernah
melakukan perselingkuhan. Dalam perkembangannya
sekarang, cukup banyak anak-anak usia ABG yang
datang ke sini berhasrat mengikuti tradisi dan
kepercayaan para leluhur tadi. Tapi, karena malu,
kurang percaya diri, serta takut kalau-kalau benar
terjadi pada diri mereka, maka niat coba-coba itu sering
tidak dilaksanakan.
Meskipun memberi kesan porno, relief tersebut
sesungguhnya mengandung makna yang mendalam.
Relief tersebut sengaja dipahat di lantai pintu masuk
dengan maksud agar siapa saja yang melangkahi relief
itu segala kotoran yang melekat di badan menjadi sirna
sebab sudah terkena `suwuk`. Relief ini mirip lingga-
yoni, lambang kesuburan dalam agama Hindu yang
melambangkan Dewa Syiwa dengan istrinya, Parwati.
Trap kedua lebih tinggi ketimbang trap pertama
dengan pelataran yang lebih luas. Gapura kedua ini
sudah rusak, dijaga sepasang arca dengan wajah
kosmis. Garapannya kasar dan kaku, mirip arca jaman
prasejarah di Pasemah. Pada latar pojok belakang dapat
dijumpai seperti jejeran tiga tembok dengan pahatan-
pahatan relief, yang disebut relief Pande Besi.
Relief sebelah selatan menggambarkan seorang wanita
berdiri di depan tungku pemanas besi, kedua
tangannya memegang tangkai `ububan` (peralatan
mengisi udara pada pande besi). Boleh jadi
dimaksudkan agar api tungku tetap menyala. Ini
menggambarkan berbagai peristiwa sosial yang
menonjol pada saat pembangunan candi ini.
Di bagian tengah terdapat relief yang menggambarkan
Ganesya dengan tangan memegang ekor. Sengkalan
rumit ini dapat dibaca `Gajah Wiku Anahut Buntut`,
merujuk tahun 1378 Saka atau tahun 1496 Masehi.
Relief pada sebelah utara menggambarkan seorang laki-
laki sedang duduk dengan kaki selonjor. Di depannya
tergolek senjata-senjata tajam seperti keris, tumbak dan
pisau.
Sedangkan trap ketiga merupakan trap tertinggi atau
sering disebut sebagai trap paling suci. Trap ini
melambangkan kehidupan manusia setelah mati,
dimana jiwa dan roh manusia terangkat ke nirwana
(surga). Konon, mereka yang punya beban hidup berat
akan terlepas jika melakukan permohonan di puncak
trap ketiga ini. Sebaliknya, segala permohonan yang
diminta dengan niat tulus dan hati bersih juga akan
terkabul.
kesetiaan istrinya, dia akan meminta sang istri
melangkahi relief ini. Jika kain kebaya yang
dikenakannya robek, maka dia tipe isteri setia. Tapi
sebaliknya, jika kainnya hanya terlepas, sang isteri
diyakini telah berselingkuh. Namun berbeda dengan
sumber yang lain yang admin anehdidunia.com
temukan, di sumber lain mengatakan bahwa jika sang
gadis yang tidak perawan atau melakukan
perselingkuhan melaukan tes ini, maka kain yang
digunakan akan robek dan meneteskan darah.
Dan apabila seorang lelaki mengetes keperjakaannya,
maka dia harus melangkahinya juga dan jika laki laki
tersebut terkencing kencing, maka menjadi bukti
bahwa lelaki tersebut sudah tidak perjaka atau pernah
melakukan perselingkuhan. Dalam perkembangannya
sekarang, cukup banyak anak-anak usia ABG yang
datang ke sini berhasrat mengikuti tradisi dan
kepercayaan para leluhur tadi. Tapi, karena malu,
kurang percaya diri, serta takut kalau-kalau benar
terjadi pada diri mereka, maka niat coba-coba itu sering
tidak dilaksanakan.
Meskipun memberi kesan porno, relief tersebut
sesungguhnya mengandung makna yang mendalam.
Relief tersebut sengaja dipahat di lantai pintu masuk
dengan maksud agar siapa saja yang melangkahi relief
itu segala kotoran yang melekat di badan menjadi sirna
sebab sudah terkena `suwuk`. Relief ini mirip lingga-
yoni, lambang kesuburan dalam agama Hindu yang
melambangkan Dewa Syiwa dengan istrinya, Parwati.
Trap kedua lebih tinggi ketimbang trap pertama
dengan pelataran yang lebih luas. Gapura kedua ini
sudah rusak, dijaga sepasang arca dengan wajah
kosmis. Garapannya kasar dan kaku, mirip arca jaman
prasejarah di Pasemah. Pada latar pojok belakang dapat
dijumpai seperti jejeran tiga tembok dengan pahatan-
pahatan relief, yang disebut relief Pande Besi.
Relief sebelah selatan menggambarkan seorang wanita
berdiri di depan tungku pemanas besi, kedua
tangannya memegang tangkai `ububan` (peralatan
mengisi udara pada pande besi). Boleh jadi
dimaksudkan agar api tungku tetap menyala. Ini
menggambarkan berbagai peristiwa sosial yang
menonjol pada saat pembangunan candi ini.
Di bagian tengah terdapat relief yang menggambarkan
Ganesya dengan tangan memegang ekor. Sengkalan
rumit ini dapat dibaca `Gajah Wiku Anahut Buntut`,
merujuk tahun 1378 Saka atau tahun 1496 Masehi.
Relief pada sebelah utara menggambarkan seorang laki-
laki sedang duduk dengan kaki selonjor. Di depannya
tergolek senjata-senjata tajam seperti keris, tumbak dan
pisau.
Sedangkan trap ketiga merupakan trap tertinggi atau
sering disebut sebagai trap paling suci. Trap ini
melambangkan kehidupan manusia setelah mati,
dimana jiwa dan roh manusia terangkat ke nirwana
(surga). Konon, mereka yang punya beban hidup berat
akan terlepas jika melakukan permohonan di puncak
trap ketiga ini. Sebaliknya, segala permohonan yang
diminta dengan niat tulus dan hati bersih juga akan
terkabul.
Quote:

Quote:
Sebelah selatan jalan batu ada terdapat candi kecil,
yang di dalamnya ada arca dengan ukuran kecil pula.
Menurut mitologi setempat, candi kecil itu merupakan
kediaman Kyai Sukuh, penguasa gaib kompleks candi
tersebut. Ada juga arca garuda dua buah berdiri
dengan sayap membentang. Salah satu arca garuda itu
ada prasasti menandai tahun saka 1363. Juga terdapat
prasasti yang diukir di punggung relief sapi yang
menyiratkan bahwa Candi Sukuh adalah candi untuk
pengruwatan.
Dengan bukti-bukti relief cerita Sudamala, Garudeya
serta prasasti-prasasti, maka dapat dipastikan Candi
Sukuh pada zamannya adalah tempat suci untuk
melangsungkan upacara-upacara besar (ritus) ruwatan.
Sedangkan ditilik dari bentuk candi yang mirip dengan
“punden berundak”, candi ini ditujukan sebagai tempat
pemujaan roh-roh leluhur. Tradisi `ruwatan` juga masih
dipelihara dengan baik oleh masyarakat penganut
Hindu yang berdiam di sekitar kawasan candi sampai
sekarang.
yang di dalamnya ada arca dengan ukuran kecil pula.
Menurut mitologi setempat, candi kecil itu merupakan
kediaman Kyai Sukuh, penguasa gaib kompleks candi
tersebut. Ada juga arca garuda dua buah berdiri
dengan sayap membentang. Salah satu arca garuda itu
ada prasasti menandai tahun saka 1363. Juga terdapat
prasasti yang diukir di punggung relief sapi yang
menyiratkan bahwa Candi Sukuh adalah candi untuk
pengruwatan.
Dengan bukti-bukti relief cerita Sudamala, Garudeya
serta prasasti-prasasti, maka dapat dipastikan Candi
Sukuh pada zamannya adalah tempat suci untuk
melangsungkan upacara-upacara besar (ritus) ruwatan.
Sedangkan ditilik dari bentuk candi yang mirip dengan
“punden berundak”, candi ini ditujukan sebagai tempat
pemujaan roh-roh leluhur. Tradisi `ruwatan` juga masih
dipelihara dengan baik oleh masyarakat penganut
Hindu yang berdiam di sekitar kawasan candi sampai
sekarang.
0
4.5K
Kutip
8
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan