- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Tanpa Listrik, Lemari Es Ini Tetap Dingin Selama 35 Hari


TS
MuslimAirForce
Tanpa Listrik, Lemari Es Ini Tetap Dingin Selama 35 Hari
KOMPAS.com -- Belum banyak orang mendengar lemari es bernama "Sure Chill", tetapi teknologi yang digunakan oleh mesin pendingin tanpa listrik ini istimewa. Tanpa aliran listrik, lemari es tersebut masih bisa menjaga temperatur di dalamnya selama 35 hari.

Tidak hanya membuat rumah Anda jauh lebih hemat, lemari es yang tidak membutuhkan tenaga listrik juga bisa dimanfaatkan untuk menyimpan vaksin dalam waktu lama. Bukan hanya "kantung" Anda, jutaan nyawa pun bisa diselamatkan.
Teknologi yang menunjang lemari es "Sure Chill" ini berasal dari sebuah perusahaan kecil di Wales. Lemari es tersebut memanfaatkan hukum fisika dasar. Contohnya, pada suhu empat derajat celsius, air menjadi lebih berat dari sebelumnya dan akan mulai tenggelam.
Sementara pada temperatur lain, air akan naik ke permukaan. Lemari es ini memastikan adanya sirkulasi air dingin tersebut di dalam kompartemen, tepatnya di sekitar ruang pendingin, agar tetap berada pada suhu yang diinginkan.
Ketika ada aliran listrik, lemari ini membentuk lapisan es di bagian atas. Sebaliknya, ketika listrik padam, air akan mulai menghangat dan naik, dingin kembali, kemudian tenggelam. Efek ini akan terus-menerus terjadi hingga esnya habis. Kira-kira perputaran tersebut baru akan selesai dalam 35 hari.
Menurut penemu Sure Chill, Ian Tansley, ide pembuatan lemari es ini timbul setelah mempelajari danau beku di dekat rumahnya. Dia bertanya-tanya mengapa permukaan danau tetap beku, sementara bagian bawahnya masih ada ikan-ikan berenang.
Tansley dan perusahaannya kemudian membangun 1.500 lemari es, termasuk model yang akan diberikan untuk Gates Foundation dan Unicef. Mereka kini tengah mengirim 200 lemari es ke Filipina.
Mesin yang dikirim ke negara itu dilengkapi pula dengan panel surya. Dengan cara ini, mesin bisa mengisi kembali baterainya pada siang hari.
Sayangnya, mesin-mesin ini masih mahal. Setiap mesin yang digunakan Unicef tersebut membutuhkan biaya sampai 2.600 dollar AS (sekitar Rp 30 juta). Namun, menurut Tansley, jika mesin pendingin ini diproduksi secara massal, harganya bahkan bisa lebih murah dari lemari es biasa.
"Pada saat ini, tentu saja, (mesin-mesin) ini berbiaya lebih mahal karena kami membuatnya sendiri di Wales. Tetapi, ketika kita sampai ke produksi massal, seharusnya sangat sedikit perbedaannya dari lemari es konvensional," tandas Tansley.
http://properti.kompas.com/read/2014...i.Tetap.Dingin

Tidak hanya membuat rumah Anda jauh lebih hemat, lemari es yang tidak membutuhkan tenaga listrik juga bisa dimanfaatkan untuk menyimpan vaksin dalam waktu lama. Bukan hanya "kantung" Anda, jutaan nyawa pun bisa diselamatkan.
Teknologi yang menunjang lemari es "Sure Chill" ini berasal dari sebuah perusahaan kecil di Wales. Lemari es tersebut memanfaatkan hukum fisika dasar. Contohnya, pada suhu empat derajat celsius, air menjadi lebih berat dari sebelumnya dan akan mulai tenggelam.
Sementara pada temperatur lain, air akan naik ke permukaan. Lemari es ini memastikan adanya sirkulasi air dingin tersebut di dalam kompartemen, tepatnya di sekitar ruang pendingin, agar tetap berada pada suhu yang diinginkan.
Ketika ada aliran listrik, lemari ini membentuk lapisan es di bagian atas. Sebaliknya, ketika listrik padam, air akan mulai menghangat dan naik, dingin kembali, kemudian tenggelam. Efek ini akan terus-menerus terjadi hingga esnya habis. Kira-kira perputaran tersebut baru akan selesai dalam 35 hari.
Menurut penemu Sure Chill, Ian Tansley, ide pembuatan lemari es ini timbul setelah mempelajari danau beku di dekat rumahnya. Dia bertanya-tanya mengapa permukaan danau tetap beku, sementara bagian bawahnya masih ada ikan-ikan berenang.
Tansley dan perusahaannya kemudian membangun 1.500 lemari es, termasuk model yang akan diberikan untuk Gates Foundation dan Unicef. Mereka kini tengah mengirim 200 lemari es ke Filipina.
Mesin yang dikirim ke negara itu dilengkapi pula dengan panel surya. Dengan cara ini, mesin bisa mengisi kembali baterainya pada siang hari.
Sayangnya, mesin-mesin ini masih mahal. Setiap mesin yang digunakan Unicef tersebut membutuhkan biaya sampai 2.600 dollar AS (sekitar Rp 30 juta). Namun, menurut Tansley, jika mesin pendingin ini diproduksi secara massal, harganya bahkan bisa lebih murah dari lemari es biasa.
"Pada saat ini, tentu saja, (mesin-mesin) ini berbiaya lebih mahal karena kami membuatnya sendiri di Wales. Tetapi, ketika kita sampai ke produksi massal, seharusnya sangat sedikit perbedaannya dari lemari es konvensional," tandas Tansley.
http://properti.kompas.com/read/2014...i.Tetap.Dingin
0
2.2K
15


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan