- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Tribute Idris Sardi


TS
pernahnaikpmtoh
Tribute Idris Sardi
Quote:
Violis, komponis dan ilustrator musik untuk film, ini pantas digelari Sang Maestro Musik Indonesia. Dia violis (musisi) Indonesia berkelas dunia. Pria kelahiran Jakarta, 6 Juni 1939, itu telah menggesek biola sejak usia enam tahun. Dia bangga menggesek biola dengan sentuhan roh etnis Indonesia, meski dari kecil sudah terlatih dalam irama biola klasik Barat.
Quote:
Idris Sardi lahir dari keluarga berdarah seni. Dia mewarisi seni dari kakek dan ayah-ibunya. Kakeknya pemain musik di Keraton Wakil Presiden Republik Indonesia (1972-1978) Yogyakarta. Sang ayah, M. Sardi, seorang pemain biola ternama, yang juga menjadi illustrator Sutradara film Indonesia. Ibunya, Hadidjah, seorang bintang film. Ilustrasi film Rencong Pejuang dari Aceh Aceh yang dibintangi ibunya, Hadidjah, adalah karya dari ayahnya.
Ketika anak sulung dari delapan bersaudara ini dalam usia enam tahun menggesek-gesek biola dan minta diajari, Sang ayah masih kurang mengacuhkannya. Namun, Violis, Komponis dan Ilustrator Musik
Idris Sardi kecil terus gigih belajar menggesek biola.
Kemudian pada usia delapan tahun, Idris merasa beruntung sudah berkesempatan belajar menggesek biola pada Nicolai Vorfolomeyeff. Nicolai, seorang musikus pelarian dari Rusia yang kala itu turut memimpin Orkes Radio Jakarta. Idris yang kala itu masih kelas III SD diterima Nicolai sebagai mahasiswa luar biasaAkademi Musik Indonesia (AMI) di Wakil Presiden Republik Indonesia (1972-1978) Yogyakarta.
Kala Idris masih bocah cilik sudah sangat sibuk. Dia praktis tidak menikmati kehidupan seperti bocah cilik lainnya, bermain klereng dan petak-umpet. Pagi hari dia harus ke RRI, sebelum ke sekolah. Siangnya kuliah sebagai mahasiswa luar biasa AMI. Sorenya ke RRI lagi.
Si bocah kecil, nan ajaib, yang masih memakai celana pendek, itu sudah lincah bermain biola, laksana Mozart dalam komposisi. Ketika usianya baru sepuluh tahun, pada 1949, Idris pertama kali berkesempatan ikut dalam konser Akademi Musik Indonesia (AMI) di Gedung Negara, Wakil Presiden Republik Indonesia (1972-1978) Yogyakarta. Pada penampilan pertamanya itu, dia mendapat sambutan hangat dari penonton. Si bocah kecil, nan ajaib, yang masih memakai celana pendek, itu sudah lincah bermain biola, laksana Mozart dalam komposisi. Dia pun menjadi rebutan penontonnya, yang antre menyalami seusai pagelaran.
Di antara penonton dan gurunya yang ikut antre menyalami, juga ada ayahnya, M. Sardi. Sang ayah, tampaknya baru sadar atas bakat dan keahlian anaknya yang luar biasa, bahkan akan melebihinya. Sadar akan hal itu, Sang ayah, makin mendorong dan mendukungnya.
Ketika Sekolah Musik Indonesia (SMIND), Yogya, dibuka, tahun 1952, Idris pun diterima masuk walau sebenarnya persyaratan harus lulusan SMP atau yang sederajat. Padahal Idris belum lulus SMP, namun karena permainannya yang luar biasa, dia bisa diterima sebagai siswa SMIND tersebut.
Bahkan Nicolai Varvolomejeff, pimpinan orkes siswa SMIND, tahun 1952, telah mempercainya sebagai concert master, duduk bersanding para siswa usianya lebih tua dari dia, di antaranya violis Suyono.
Selain Nicolai Varvolomejeff, guru biola yang memoles Idris adalah George Setet di Yogyakarta (1952-1954) dan Henri Tordasi di Jakarta (1954), keduanya berasal dari Hongaria, negeri yang terkenal punya pemain biola unggul.
Kesungguhan belajar dan ditambah dukungan Sang ayah, tak sia-sia. Maka, ketika ayahnya, M. Sardi meninggal dunia pada 1953, Idris yang masih berusia 14 tahun sudah kompeten menggantikan kedudukan Sang ayah sebagai violis pertama merangkap pimpinan Orkes RRI Jakarta. Ketika itu, honornya Rp. 1.400, lebih tinggi Rp. 150 dari honor ayahnya.
Sejak itu, nama violis Violis, Komponis dan Ilustrator Musik
Idris Sardi semakin kesohor, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di mancanegara. Dia semakin mendalami dunia musik biola serius, idolisme Heifetz. Padahal, waktu itu belum ada musik serius yang bisa hidup sehat di Indonesia. Nicolai, gurunya, sendiri pernah mengingatkannya, agar dia siap kecewa, atau harus siap berkelana ke luar negeri.
Maka pada tahun 60-an, Idris mulai beralih dari dunia musik biola serius, idolisme Heifetz, ke musik biola bernuansa komersialisasi Helmut Zackarias, yang mengaung-ngaung. Akibatnya, para pengamat musik menudingnya sebagai pramuria musik dari dunia musik serius ke komersil.
Idris sendiri seorang seniman (musisi) berbakat hebat yang hidup dalam dunia nyata. Dia juga harus realistis. "Itu satu-satunya jalan pada waktu itu untuk tetap hidup pada profesi saya," kata Idrisi. Karena waktu itu, tipe Zackarias-lah yang bisa laku dan diminati publik. Apalagi di Indonesia, kala itu, belum ada musik serius yang bisa hidup sehat.
Violis, Komponis dan Ilustrator Musik
Idris Sardi pun sukses sebagai ilustrator dan penata musik film. Dia pun meraih beberapa penghargaan komponis dan ilustrator musik untuk film. Di antaranya piala citra untuk Penata Musik Terbaik film: Pengantin Remaja (1971), Perkimpoian (1973), Cinta Pertama (1974), Sesuatu yang Indah (1977), Budak Nafsu (1984), Doea Tanda Mata (1985), Ibunda (1986), Tjoet Nja Dhien (1988), Noesa Penida (1989), dan Kuberikan Segalanya (1992).
Dalam kehidupan rumah tangga, Idris Sardi menikah tiga kali. Pemain film Santi Sardi dan pemeran muda Indonesia Lukman Sardi adalah buah cinta pernikahannya dengan Zerlita. Ia pun pernah menikah dengan model dan bintang film Marini, yang kemudian berakhir dengan perceraian. Lalu, dia menikah untuk ketiga kalinya dengan Ratih Putri.
Idris Sardi juga mempunyai seorang murid yang telah sukses menjadi violis Lihat Daftar Tokoh Perempuan perempuan papan atas Indonesia, yaitu Fayza Maylaffayza Wiguna. Menurut Fayza Maylassayza, gesekan Idris, mengandung kekuatan irama yang sukar diikuti. "Termasuk menampilkan presisi ritmik dan penentuan kelincahan dalam pasase cepat,' ujarnya.
sumber
Ketika anak sulung dari delapan bersaudara ini dalam usia enam tahun menggesek-gesek biola dan minta diajari, Sang ayah masih kurang mengacuhkannya. Namun, Violis, Komponis dan Ilustrator Musik
Idris Sardi kecil terus gigih belajar menggesek biola.
Kemudian pada usia delapan tahun, Idris merasa beruntung sudah berkesempatan belajar menggesek biola pada Nicolai Vorfolomeyeff. Nicolai, seorang musikus pelarian dari Rusia yang kala itu turut memimpin Orkes Radio Jakarta. Idris yang kala itu masih kelas III SD diterima Nicolai sebagai mahasiswa luar biasaAkademi Musik Indonesia (AMI) di Wakil Presiden Republik Indonesia (1972-1978) Yogyakarta.
Kala Idris masih bocah cilik sudah sangat sibuk. Dia praktis tidak menikmati kehidupan seperti bocah cilik lainnya, bermain klereng dan petak-umpet. Pagi hari dia harus ke RRI, sebelum ke sekolah. Siangnya kuliah sebagai mahasiswa luar biasa AMI. Sorenya ke RRI lagi.
Si bocah kecil, nan ajaib, yang masih memakai celana pendek, itu sudah lincah bermain biola, laksana Mozart dalam komposisi. Ketika usianya baru sepuluh tahun, pada 1949, Idris pertama kali berkesempatan ikut dalam konser Akademi Musik Indonesia (AMI) di Gedung Negara, Wakil Presiden Republik Indonesia (1972-1978) Yogyakarta. Pada penampilan pertamanya itu, dia mendapat sambutan hangat dari penonton. Si bocah kecil, nan ajaib, yang masih memakai celana pendek, itu sudah lincah bermain biola, laksana Mozart dalam komposisi. Dia pun menjadi rebutan penontonnya, yang antre menyalami seusai pagelaran.
Di antara penonton dan gurunya yang ikut antre menyalami, juga ada ayahnya, M. Sardi. Sang ayah, tampaknya baru sadar atas bakat dan keahlian anaknya yang luar biasa, bahkan akan melebihinya. Sadar akan hal itu, Sang ayah, makin mendorong dan mendukungnya.
Ketika Sekolah Musik Indonesia (SMIND), Yogya, dibuka, tahun 1952, Idris pun diterima masuk walau sebenarnya persyaratan harus lulusan SMP atau yang sederajat. Padahal Idris belum lulus SMP, namun karena permainannya yang luar biasa, dia bisa diterima sebagai siswa SMIND tersebut.
Bahkan Nicolai Varvolomejeff, pimpinan orkes siswa SMIND, tahun 1952, telah mempercainya sebagai concert master, duduk bersanding para siswa usianya lebih tua dari dia, di antaranya violis Suyono.
Selain Nicolai Varvolomejeff, guru biola yang memoles Idris adalah George Setet di Yogyakarta (1952-1954) dan Henri Tordasi di Jakarta (1954), keduanya berasal dari Hongaria, negeri yang terkenal punya pemain biola unggul.
Kesungguhan belajar dan ditambah dukungan Sang ayah, tak sia-sia. Maka, ketika ayahnya, M. Sardi meninggal dunia pada 1953, Idris yang masih berusia 14 tahun sudah kompeten menggantikan kedudukan Sang ayah sebagai violis pertama merangkap pimpinan Orkes RRI Jakarta. Ketika itu, honornya Rp. 1.400, lebih tinggi Rp. 150 dari honor ayahnya.
Sejak itu, nama violis Violis, Komponis dan Ilustrator Musik
Idris Sardi semakin kesohor, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di mancanegara. Dia semakin mendalami dunia musik biola serius, idolisme Heifetz. Padahal, waktu itu belum ada musik serius yang bisa hidup sehat di Indonesia. Nicolai, gurunya, sendiri pernah mengingatkannya, agar dia siap kecewa, atau harus siap berkelana ke luar negeri.
Maka pada tahun 60-an, Idris mulai beralih dari dunia musik biola serius, idolisme Heifetz, ke musik biola bernuansa komersialisasi Helmut Zackarias, yang mengaung-ngaung. Akibatnya, para pengamat musik menudingnya sebagai pramuria musik dari dunia musik serius ke komersil.
Idris sendiri seorang seniman (musisi) berbakat hebat yang hidup dalam dunia nyata. Dia juga harus realistis. "Itu satu-satunya jalan pada waktu itu untuk tetap hidup pada profesi saya," kata Idrisi. Karena waktu itu, tipe Zackarias-lah yang bisa laku dan diminati publik. Apalagi di Indonesia, kala itu, belum ada musik serius yang bisa hidup sehat.
Violis, Komponis dan Ilustrator Musik
Idris Sardi pun sukses sebagai ilustrator dan penata musik film. Dia pun meraih beberapa penghargaan komponis dan ilustrator musik untuk film. Di antaranya piala citra untuk Penata Musik Terbaik film: Pengantin Remaja (1971), Perkimpoian (1973), Cinta Pertama (1974), Sesuatu yang Indah (1977), Budak Nafsu (1984), Doea Tanda Mata (1985), Ibunda (1986), Tjoet Nja Dhien (1988), Noesa Penida (1989), dan Kuberikan Segalanya (1992).
Dalam kehidupan rumah tangga, Idris Sardi menikah tiga kali. Pemain film Santi Sardi dan pemeran muda Indonesia Lukman Sardi adalah buah cinta pernikahannya dengan Zerlita. Ia pun pernah menikah dengan model dan bintang film Marini, yang kemudian berakhir dengan perceraian. Lalu, dia menikah untuk ketiga kalinya dengan Ratih Putri.
Idris Sardi juga mempunyai seorang murid yang telah sukses menjadi violis Lihat Daftar Tokoh Perempuan perempuan papan atas Indonesia, yaitu Fayza Maylaffayza Wiguna. Menurut Fayza Maylassayza, gesekan Idris, mengandung kekuatan irama yang sukar diikuti. "Termasuk menampilkan presisi ritmik dan penentuan kelincahan dalam pasase cepat,' ujarnya.
sumber
Quote:
Karya Idris Sardi Yang Mendapat Penghargaan Sebagai Komponis dan Ilustrator
Pengantin Remaja (1971)
Quote:
Pengantin Ramaja adalah film Indonesia yang diproduksi pada tahun 1971 hasil karya sutradara almarhum Wim Umboh dengan pemerannya antara lain Sophan Sopian, Widyawati dan Fifi Young. Film ini sendiri banyak diilhami film percintaan Hollywood masa itu seperti Romeo dan Juliet dan Love Story yang melodramatik. Dalam film ini bahkan nama kedua tokoh utamanya hampir mirip dengan Romeo dan Juliet, yaitu Romi dan Juli. Film ini juga mendapatkan penghargaan Golden Harvest Award, Festival Film Asia XVII, (1971), Taipei - Taiwan, untuk Film Terbaik
Perkimpoian (1973)
Quote:
Perkimpoian adalah film Indonesia yang diproduksi pada tahun 1972 dan memenangkan Piala Citra pada FFI 1973 antara lain sebagai Film Terbaik, Sutradara Terbaik dan Penulis Skenario Terbaik. Film ini disutradarai oleh Wim Umboh dan diperankan oleh antara lain Sophan Sophiaan, Widyawati dan Kusno Sudjarwadi.

Cinta Pertama (1973)
Quote:
Cinta Pertama adalah film drama musikal Indonesia yang diproduksi pada tahun 1973 dan memenangkan Piala Citra pada FFI 1974 antara lain sebagai Film Terbaik, Sutradara Terbaik dan Pemeran Utama Wanita dengan Pujian. Film ini disutradarai oleh Teguh Karya dan diperankan oleh antara lain Christine Hakim, Slamet Rahardjo dan Robby Sugara.

Doea Tanda Mata (1985)
Quote:
Doea Tanda Mata adalah film drama Indonesia yang diproduksi pada tahun 1985. Film yang disutradarai oleh Teguh Karya ini dibintangi antara lain oleh Alex Komang, Yenny Rachman dan Sylvia Widiantono.
Quote:
Karya Lain Idris Sardi
Quote:
Tahun 1964KK 17
Tahun 1965 Matjan Kemayoran
Tahun 1967Sendja di Djakarta , Sembilan, Petir sepandjang malam
Tahun 1968Jakarta-Hong Kong-Macau
Tahun 1969Orang-orang Liar , Si djampang mentjari naga hitam
Tahun 1970Noda tak berampun , Bernapas Dalam Lumpur, Ananda
Tahun 1971Rakit, Pengantin Remaja, Kekasihku Ibuku, Biarlah aku Pergi, Bengawan Solo, Api di Bukit Menoreh, Tuan Tanah Kedawung
Tahun 1972 Mama, Flamboyan, Anjing Anjing Geladak, Wajah seorang laki-laki ,
Tahun 1973 Si manis jembatan ancol , Si Mamad, Lagu Untukmu, Hatiku Dalam Hatimu, Cinta Pertama
Tahun 1974Senyum dan tangis , Satan is Her, Rio Anakku, Ranjang Pengantin, mimpi sedih, Melawan Badai, Dikejar Dosa, Atheis,
Tahun 1975Sipitung
Tahun 1976Sesuatu Yang Indah, Semoga Kau Kembali, Janji Sarinah, Dr. Firdaus,
Tahun 1977Secerah Senyum, Kugapai cintamu , Kembang Kembang Plastik, Jangan Menangis Mama, Pembalasan Si Pitung
Tahun 1978Petualang Petualang, Laki Laki Binal, Pengemis dan Tukang Becak,
Tahun 1981Di Bawah Lindungan Kabah
Tahun 1983Budak Nafsu
Tahun 1984Satria Bergitar
Tahun 1985Sunan Kalijaga & Syech Siti Jenar , Doea tanda mata
Tahun 1986Ibunda
Tahun 1987Gema hati bernyanyi (setitik embun)
Tahun 1989 Pacar ketinggalan kereta , Tjoet Nja' Dhien
Tahun 1990Soerabaja '45
Tahun 1991Badai laut selatan , Taksi 2
Tahun 2006Trophy Buffalo
Tahun 2010Wagina Bicara
Quote:
Selamat Jalan Idris Sardi, apresiasi kami untukmu. Terimakasih atas karya karya indah selama ini, terutama untuk Cut Nyak Dien.
0
4.7K
Kutip
25
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan