- Beranda
- Komunitas
- News
- Sains & Teknologi
Keindahan Jamur Bercahaya


TS
keretasenja08
Keindahan Jamur Bercahaya

Quote:
Intisari-Online.com - Vegetasi langka yang dimaksud di sini adalah jamur; bioluminescent mushrooms, atau jika diartikan menjadi "jamur bercahaya". Pertama kali ditemukan pada 1840 oleh George Gardner dan tidak pernah terlihat lagi setelahnya, jamur jenis ini kembali terlihat di pedalaman rimba Brazil. Jamur Neonothopanus gardneri ini dianggap sebagai jamur bercahaya paling terang di dunia yang pernah ditemukan.

Izar dan Fragaszy lalu mengontak Stevani, yang kemudian mengklarifikasi bahwa tumbuhan itu adalah jamur yang sama dengan yang ditemukan oleh Gardner dulu. Ternyata, masyarakat setempat sudah sangat familiar dengan jenis jamur ini. Mereka menyebutnya flor-de-coco dari asal "flower of the coconut".
Sebenarnya, jamur bercahaya bukanlah hal baru di dunia ilmu pengetahuan. Sampai kini, sudah teridentifikasi sekitar 71 spesies jamur serupa. Hanya saja, tiap-tiap jamur memiliki ukuran dan kadar terang yang berbeda-beda. Flor-de-coco sejauh ini memiliki tingkat keterangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan jamur bercahaya yang lain.

Jamur bercahaya ini sempat dilupakan keberadaannya, sebelum Cassius Stevani - ahli kimia asal Brazil - memeriksa kembali laporan awal Gardner soal jamur tersebut. Akan tetapi tidak ada perkembangan apa pun yang terjadi soal jamur ini. Baru pada 2005, sepasang ahli primata bernama Patricia Izar (Universitas Sao Paulo, Brazil) dan Dorothy Fragaszy (Universitas Goergia di Athena) yang sedang meneliti sekelompok monyet di hutan Brazil menemukan sesuatu yang bercahaya di dasar pohon palem.


Kini, para peneliti sedang mencari tahu, apakah jamur-jamur bercahaya ini bisa digunakan untuk memproduksi cahaya? Belum jelas, karena bahkan hingga kini mereka belum juga tahu pasti apa yang menyebabkan jamur tersebut bisa menyala. Yang jelas, jamur-jamur ini beracun. Jadi, selama para peneliti masih berusaha mencari tahu banyak soal flor-de-coco, mereka memperingatkan untuk tidak memakan jamur ini.


#sumber

Izar dan Fragaszy lalu mengontak Stevani, yang kemudian mengklarifikasi bahwa tumbuhan itu adalah jamur yang sama dengan yang ditemukan oleh Gardner dulu. Ternyata, masyarakat setempat sudah sangat familiar dengan jenis jamur ini. Mereka menyebutnya flor-de-coco dari asal "flower of the coconut".
Sebenarnya, jamur bercahaya bukanlah hal baru di dunia ilmu pengetahuan. Sampai kini, sudah teridentifikasi sekitar 71 spesies jamur serupa. Hanya saja, tiap-tiap jamur memiliki ukuran dan kadar terang yang berbeda-beda. Flor-de-coco sejauh ini memiliki tingkat keterangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan jamur bercahaya yang lain.

Jamur bercahaya ini sempat dilupakan keberadaannya, sebelum Cassius Stevani - ahli kimia asal Brazil - memeriksa kembali laporan awal Gardner soal jamur tersebut. Akan tetapi tidak ada perkembangan apa pun yang terjadi soal jamur ini. Baru pada 2005, sepasang ahli primata bernama Patricia Izar (Universitas Sao Paulo, Brazil) dan Dorothy Fragaszy (Universitas Goergia di Athena) yang sedang meneliti sekelompok monyet di hutan Brazil menemukan sesuatu yang bercahaya di dasar pohon palem.


Kini, para peneliti sedang mencari tahu, apakah jamur-jamur bercahaya ini bisa digunakan untuk memproduksi cahaya? Belum jelas, karena bahkan hingga kini mereka belum juga tahu pasti apa yang menyebabkan jamur tersebut bisa menyala. Yang jelas, jamur-jamur ini beracun. Jadi, selama para peneliti masih berusaha mencari tahu banyak soal flor-de-coco, mereka memperingatkan untuk tidak memakan jamur ini.


#sumber
Quote:
Jamur Bercahaya Ditemukan di Borneo
AMSTERDAM, KOMPAS.com — Ahli jamur asal Belanda menemukan dua spesies jamur yang mampu menghasilkan cahaya dalam ekspedisinya ke Borneo. Salah satu spesies jamur itu diduga spesies baru.
"Jamur ini menghasilkan cahaya langka tetapi eksis di belahan dunia tertentu. Fenomena ini disebut bioluminesens dan hanya bisa dilihat di daerah yang gelap di dalam hutan," ungkap Luis Morgardo dari Leiden University, salah satu ilmuwan yang terlibat penemuan, dalam tulisannya di Naturalist Biodiversity Center, Selasa (25/9/2012).

Untuk menemukan spesies tersebut, Morgardo bekerja bersama ilmuwan lain, termasuk Jozsef Geml, asisten profesor di Leiden University, dan peneliti di Herbarium Nasional Belanda, yang menjadi pengawasnya. Ekspedisi untuk menemukan jamur ini harus dilakukan pada malam hari.
"Di siang hari, satu spesies mungkin dijumpai dan difoto tanpa tahu bahwa spesies itu termasuk bioluminesens. Hanya ekspedisi pada malam hari yang bisa mengungkap fenomena yang tersembunyi di siang hari ini," papar Morgardo.

Morgardo menambahkan bahwa untuk menemukan spesies eksotik, ekspedisi malam hari memang harus dilakukan. Jika hanya menuruti kebiasaan, pergi pagi dan pulang sebelum matahari tenggelam, Morgardo mengatakan, "Anda berisiko untuk melewatkan penemuan berharga."

Menurut Morgardo, bioluminesens pada jamur merupakan hasil dari proses oksidasi dan belum didokumentasikan dengan baik. Bioluminesens merupakan strategi jamur untuk menarik serangga sehingga dapat menyebarkan sporanya. Di hutan hujan tropis yang minim angin untuk menyebarkan spora, serangga sangat berharga.
#sumber
AMSTERDAM, KOMPAS.com — Ahli jamur asal Belanda menemukan dua spesies jamur yang mampu menghasilkan cahaya dalam ekspedisinya ke Borneo. Salah satu spesies jamur itu diduga spesies baru.
"Jamur ini menghasilkan cahaya langka tetapi eksis di belahan dunia tertentu. Fenomena ini disebut bioluminesens dan hanya bisa dilihat di daerah yang gelap di dalam hutan," ungkap Luis Morgardo dari Leiden University, salah satu ilmuwan yang terlibat penemuan, dalam tulisannya di Naturalist Biodiversity Center, Selasa (25/9/2012).

Untuk menemukan spesies tersebut, Morgardo bekerja bersama ilmuwan lain, termasuk Jozsef Geml, asisten profesor di Leiden University, dan peneliti di Herbarium Nasional Belanda, yang menjadi pengawasnya. Ekspedisi untuk menemukan jamur ini harus dilakukan pada malam hari.
"Di siang hari, satu spesies mungkin dijumpai dan difoto tanpa tahu bahwa spesies itu termasuk bioluminesens. Hanya ekspedisi pada malam hari yang bisa mengungkap fenomena yang tersembunyi di siang hari ini," papar Morgardo.

Morgardo menambahkan bahwa untuk menemukan spesies eksotik, ekspedisi malam hari memang harus dilakukan. Jika hanya menuruti kebiasaan, pergi pagi dan pulang sebelum matahari tenggelam, Morgardo mengatakan, "Anda berisiko untuk melewatkan penemuan berharga."

Menurut Morgardo, bioluminesens pada jamur merupakan hasil dari proses oksidasi dan belum didokumentasikan dengan baik. Bioluminesens merupakan strategi jamur untuk menarik serangga sehingga dapat menyebarkan sporanya. Di hutan hujan tropis yang minim angin untuk menyebarkan spora, serangga sangat berharga.
#sumber
Ini Videonya gan :

Quote:
Terima kasih buat yang sudah mampir membaca di thread ini..
Dengan senang hati kalo ada yang kasih
dan thanks untuk bantu
..
Apabila ada yang lempar

Salam Kaskus
dan Salam Indonesia
Dengan senang hati kalo ada yang kasih


Apabila ada yang lempar


Salam Kaskus


Diubah oleh keretasenja08 01-05-2014 09:38
0
5.4K
Kutip
51
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan