Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

tiraimalamAvatar border
TS
tiraimalam
[Politik Sang Sengkuni] Manuver Amin Rais, Traumatis PKB dan PDIP
Manuver Amin Rais, Traumatis Bagi PKB dan PDIP
Posted on April 20 2014 by SH/IM

PONTIANAK- Ketua Majelis Pertimbangan Partai Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais,menggalang kekuatan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), untuk mencalonkan figur Calon Presiden dari basis Islam. Ini sangat menarik dicermati.

Dengan penuh percaya diri Amien Rais, mengklaim, bisa mempersatukan kekuatan partai politik berbasis Islam yang tahun 1999 dinamakan poros tengah yang usai pencoblosan tanggal 9 April 2014 dinamai poros Indonesia Raya. Akan tetapi wacana koalisi partai berbasis Islam, untuk bisa mengusung Calon Presiden sendiri, pada Pemilu Presiden tanggal 9 Juli 2014 mendatang, sepertinya masih membutuhkan perjuangan panjang.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat PKB, Muhaimin Iskandar, di Jakarta, Sabtu (12/4), secara diplomatis menjawab, koalisi partai berbasis Islam, terkendala belum ada figur yang sesuai harapan. Pada hari yang sama di Jakarta, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj, menanggapi dengan sangat hati-hati poros Indonesia Raya yang diwacanakan Amin Rais, karena dalam takaran tertentu bisa menimbulkan dikotomi bagi umat Islam sendiri.

Berdasarkan catatan SH, faktor Amies Rais dan manuver politisi PAN di tingkat nasional, telah membuat partai politik berbasis Islam dan nasionalis berbenturan, trauma secara politik menghadapi wacana koalisi partai politik berbasis Islam.

Manuver politik licik dan tidak cerdas politisi PAN ini, telah menyebabkan Megawati Soekarnoputri, gagal menjadi presiden di dalam sidang umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tahun 1999. Padahal, PDIP dalam Pemilu 1999, dicatat peraih suara terbanyak dalam Pemilu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). PDIP merasa ditikam dari belakang oleh kekuatan poros tengah Amien Rais.

Menanggapi terpilihnya K.H. Abdurachman Wahid selaku Ketua Umum DPP PKB sebagai presiden terpilih, sehingga Megawati Soekanoputri selaku Ketua Umum DPP PDIP hanya puas sebagai Wakil Presiden, salah satu fungsionaris PAN, AM Fatwa, dengan enteng menyindir, “Kami tidak mendukung Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden, karena ternyata dikelilingi kelompok oportunis minoritas.”

Anehnya, belum genap satu tahun Presiden K.H. Abdurahman Wahid menjadi Presiden, tiba-tiba Ketua MPR Amien Rais, melakukan manuver menikam dari belakang secara politik.

Kekuatan Amien Rais berhasil melengserkan Abdurahman Wahid sebagai presiden dan Megawati Soekarnoputri kemudian menjadi Presiden Indonesia tahun 2001. Dengan demikian, Amien Rais yang merupakan salah satu petinggi PAN, memiliki dosa politik terhadap PKB dan PDIP. Atas dasar itu, dalam hal-hal prinsip ketatanegaraan, banyak pihak sudah tidak percaya lagi dengan figur Amien Rais. Dalam banyak hal Amien Rais, bagaikan politisi kutu loncat, dan selalu menabuh-gendang sesuai kebutuhan pragmatis dirinya.

Amien Rais dikenal pula, tidak taktis di dalam membuka wacana konsep kenegaraan yang bersifat sensitif. Amin Rais nyaris menjadi korban amukan massa kaum penganut unitaris (penganut negara kesatuan) ketika tiba-tiba gencar mengeluarkan wacara merubah bentuk Negara Kesatuan menjadi Negara Federal di Makassar, Senin, 22 Nopember 1999.

Kekuatan kelompok republiken (unitarisme), tergambar di dalam dialog Ketua MPR Amien Rais dengan ratusan mahasiswa di Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, Senin, 22 Nopember 1999.

Kesediaan Amien Rais menandatangani persetujuan tertulis di hadapan mahasiswa, agar di dalam Sidang Umum MPR yang segera digelar diperjuangkan perubahan bentuk negara kesatuan ke federal, tiba-tiba ricuh. Belum sempat menandatangani pernyataan tertulis yang disodorkan mahasiswa, Amien Rais, harus dievakuasi aparat keamanan untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan.

Kapolda Sulawesi Selatan yang ketika insiden terjadi tanggal 22 Nopember 1999 dijabat Brigjen (Pol) Mudji Santoso memutuskan membawa Amien Rais ke Bandara Hasanuddin dengan kendaraan taktis untuk mencegah kemungkinan di sepanjang jalan.

Ikut mendampingi di dalam kendaraan lapis baja, Gubernur Sulawesi Selatan, Zainal Basri Palaguna, Wakil Ketua MPR Nazri Adlany, anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan Abustan, dan Wakil Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Amanat Nasional Sulawesi Selatan Nadjamuddin Madjid.

Nah, mari kita lihat hasil manuver yang dilakukan Amien Rais selanjutnya.

Link sumber

Amien Rais, sekali sengkuni tetap sengkuni. emoticon-Big Grin

Berita Lama :
Quote:

Quote:
Diubah oleh tiraimalam 22-04-2014 03:45
0
11.7K
97
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan