- Beranda
- Komunitas
- Buat Latihan Posting
Random Notes


TS
iguanosaurus
Random Notes
Spoiler for Klisekoi Part 1 - Bagaimana Bisa Dua Orang yang Tidak Memiliki Chemistry Sama Sekali Seperti Kami Bisa Menjadi Sepasang Kekasih:
Quote:
Daun-daun kemerahan mulai berguguran seiring dengan laju angin yang berhembus agak kencang. Langit terlihat mendung. Suara rintik pun gerimis terdengar pelan di telingaku. Memancarkan petrichor.
Tepat di hadapanku. Seorang gadis. Berdiri tegak. Bermata indah. Memancarkan aura yang hangat. Menarik hati. Saat itu. Yang kuingat dia mengucapkan satu patah kata. Di tengah taman di kala gerimis.
“Zawsze in love”
***
Hujan lagi. Yah, namanya juga Januari, hujan sehari-hari. Aku pernah membaca kalau hujan mampu membangkitkan kenangan seseorang. Entahlah, percaya gak percaya sih. Yang pasti, aku menyukai hujan. Hujan yang rintik-rintik ini mengingatkanku suatu kenangan. Kenangan yang sudah lama sekali. Sekitar 10 tahun yang lalu.
Kenangan apa ya?
Bagaimana gerangan?
Di taman yang penuh dengan rumput berwarna hijau muda.
Di tengah gerimis hujan yang menderu.
Di bawah naungan pohon yang paling besar di taman itu.
Aku tidak akan pernah melupakan kenangan itu. Gadis itu. Janji itu.
Janji apa ya? Entahlah, wajar jika aku lupa sekian banyak detail memori karena memang waktu sudah sangat jauh berjalan. Wajah dan nama gadis itu saja aku lupa. Yang aku ingat, benda ini. Liontin ini. Liontin dengan lubang kunci di tengahnya. Ini adalah saksi dari janji itu. Saksi dari kenangan manis 10 tahun silam.
Mungkin dia adalah wanita pertama yang aku sukai. Mungkin dia adalah cinta pertamaku. Satu-satunya gadis yang bisa memahamiku, bahkan sejak kecil. Bisa dibilang aku merindukannya, tapi…
Siapa gadis itu? Dimana dia sekarang? Apakah dia masih mengingat janji 10 tahun yang lalu denganku?
***
Hari sudah pagi dan hujan baru saja reda. Dan tebak apa yang membangunkanku di pagi ini.
“Bos Radit! Bos Radit! Buatkan sarapan!”
Padahal aku dipangil “bos” tapi kok aku disuruh-suruh begini ya.
Ayahku adalah tuan tanah di banyak tempat di Jakarta. Kebayoran, Tanah Abang, bahkan sampai Marunda. Centeng-centeng ayah juga banyak, dan sialnya mereka juga tinggal disini. Sekitar 20 orang centeng dan preman tinggal di rumah ini. Untung rumahku agak besar. Dan merekalah yang menyuruhku membuatkan sarapan. Hey hey, ini terbalik…
Sebenarnya lelah juga kalau harus menggoreng nasi atau telur dalam porsi yang banyak setiap harinya. Tapi, mengingat bahwa dulu pernah salah satu dari preman tersebut membuat sarapan dan semua orang di rumah hampir mati karena keracunan, ya mau bagaimana lagi.
“Nasi goreng Bos Radit yang terbaik!”
“Maknyuss!”
“Mantap!”
“Numero Uno!”
“Biasanya cewek-cewek suka sama cowok yang jago masak kayak Bos Radit!”
Oke, sekarang jelasin kenapa banyak mas-mas tukang nasi goreng pinggir jalan yang masih jomblo.
“Sekarang Bos Radit sudah keliahatan dewasa ya”
“Iya nih. Apa Bos udah punya pacar?”
Dasar preman-preman kepo.
“Aaah, itu….”
“Iya?” preman-preman itu melongo.
“Saat ini aku sedang fokus belajar, jadi hal-hal seperti itu dinomorduakan dulu, hehe”
“Dasar jomblo”
“Jomblo abadi”
“Gak laku-laku”
“Rambutnya pasti kasar karena gak pernah dibelai cewek”
Dan yang ngomong terakhir itu adalah preman yang botak.
Ah, sudahlah.
***
Dan pada akhirnya aku hampir telat ke sekolah. Untung naik motor. Tapi jarak antara parkiran dan kelas lumayan jauh. Jam pertama pelajaran kimia. Yah, tahu sendiri lah, kalau telat bisa-bisa HCN melayang. Harus lari ini sih. Harus.
BRAKK
“Ah, maaf maaf”
A…Apa ini? Tiba-tiba saja ada yang menabrakku dari arah 45 derajat. Entah, mungkin pembuluh darah di dekat hidungku ada yang pecah sehingga ada sedikit darah yang keluar. Ini adalah posisi jatuh yang lumayan menyakitkan.
g..g..gorilla… blonde gorilla girl???
“M..M…Maaf mengganggu!”
Dia pun melengos. Pergi. Dengan cepatnya. Tanpa ada pertanggungjawaban.
Sebentar. Dia tadi melompat tembok pembatas parkiran dan lapangan. Dan dia adalah seorang… perempuan. Perempuan pirang barbarian… Setengah gorilla…
Se…sepertinya ada yang kurang. Seperti ada yang kelupaan atau hilang. Apa ya?
Apa ada yang hilang?
…Tunggu dulu. Aku meraba leherku. Meraba dadaku. Liontinku. Kemana. Perginya. HILANG???
Mungkin terjatuh gara-gara tertabrak cewek gorilla tadi.
Seketika hening.
Aku galau. Terdiam.
Bingung mau mencari kemana. Dan ini sudah hampir bel masuk sekolah.
Hingga pada akhirnya angin berhembus dari arah utara, dan tebak siapa yang datang.
Dera! Cewek paling cantik di kelas! Muncul di hadapanku! Ini tidak seperti aku suka padanya, tapi, aku, sepertinya sudah lebih dari sekadar suka padanya. Ah, pikiran aneh macam apa ini…
Soal janji masa kecil itu urusan masa lalu, bisa dikesampingkan. Sekarang, Dera, adalah cewek yang sempurna di mataku. Maksudku, coba lihat wajah manisnya. Hanya butuh sepersekian detik dan kamu akan jatuh hati.
“Eh? Radit? Mencari apa? Butuh bantuan?”
Aku sangat bahagia. Aku boleh mati sekarang.
“Ti...tidak, Dera! Aku hanya mencari liontin yang jatuh, sebentar lagi juga aku akan bergegas ke kelas, hehe”
“Li...liontin? Liontin apa? Aku tidak tahu pasti tapi sepertinya benda itu sangat berharga bagimu ya”
Aku menghembuskan napas sejenak.
“Ya…”
“Seberapa berhargakah liontin itu?”
Sial. Dia mengajukan pertanyaan seperti ini.
“Ya, pokoknya sangat berharga”
Angin berhembus dengan dramatis layaknya drama di sinetron-sinetron.
“Perlu aku bantu mencarinya?” Dera pun tersenyum. Manis. Sel beta pankreas, aku mengandalkanmu…
“Ti…tidak, aku juga mau bergegas ke kelas, hehe”
Duh, wajahku bagaikan lakmus biru yang dicelupkan ke air aki pekat.
***
Tebak apa yang terjadi. Harusnya sekarang jam pelajaran kimia, tetapi sekarang malah sesi wali kelas.
Ada apa gerangan?
Apa karena baru mulai semester kedua?
“Anak-anak, ada berita gembira. Ada anak pindahan yang akan masuk ke kelas kita!”
“Wah, beneran nih?”
“Asyik”
“Laki-laki atau perempuan?”
“Kira-kira masih single gak?”
Hey, hey, kalian terlalu berisik.
“Ayo masuk, Chika! Perkenalkan dirimu!”
Anak yang dipanggil Chika itu pun perlahan memasuki kelas. Semua laki-laki di kelas sepertinya nampak senang. Mata mereka seakan bermuatan positif dan anak yang bernama Chika itu bermuatan negatif.
“Selamat pagi kawan-kawan! Namaku Chika. Chika Kurniawan. Salam kenal!”
Tunggu, tunggu…
Wajahnya yang menyebalkan. Rambut yang agak pirang. Stocking hitam panjang. Tidak salah lagi…
Seketika hening.
1
2
3
DIA KAN CEWEK GORILLA TADI!
“Waa cantiknya!”
“Apa dia model? Kakinya ramping sekali!”
“Kulitnya mulus!”
“Apa dia blasteran?”
Bukan blasteran, tepatnya hasil persilangan antara homo sapiens dan gorilla gorilla.
Bukan begitu, aku Cuma heran. Apa menariknya cewek itu. Memang sih, dia terlihat seperti blasteran indo-amerika, tapi, ya, begitu. Apa lagi kalau bukan karena kejadian barusan. Mana dia belum bertangung jawab, lagi. Huh.
Dan dia menyadari eksistensiku di kelas ini.
“K.K..Kamu kan?” dia tampak linglung.
“Nah, teman-teman. Dia adalah cewek yang barusan memajat dan melompati tembok parkiran dan menabrakku layaknya gorilla baru lepas”
“A..A…APA KATAMU?”
“GORILLA. GORILLA JELEK”
“MASA CAKEP BEGINI DIBILANG GORILLA? DASAR KECAMBAH. KECAMBAH BODOH!”
“EEH, BUKANNYA MINTA MAAF TADI PAGI UDAH NABRAK JUGA”
“TADI KAN UDAH, KECAMBAH”
“GORILLA”
“KECAMBAH”
“GORILLA”
“KECAMBAH”
“GORILLA”
“KECAMBAH”
Ini berulang sekitar 20x.
“Wah, kalian sudah akrab ya”
“Pasangan yang lucu”
“Aaah, aku jadi iri”
Hey, hey, kalian salah paham. Sangat salah paham.
Ah, sudahlah. Usai sudah.
Dan pada akhirnya dia duduk dekat denganku. Sial. Menyebalkan.
Ini adalah cerita satu hari bersama cewek setengah gorilla.
***
“Jadi, ayahmu orang asli Amerika, wah hebat sekali”
Tidak disangka-sangka kalau Dera bisa langsung akrab dengan gadis gorilla itu. Yah, ada kalanya orang yang baik berlaku terlalu baik. Ah, inilah yang membuatku jatuh hati padanya. Andai saja suatu saat nanti aku… Hey hey, berhenti berkhayal…
“Ya, begitulah” Chika mengibaskan rambut pirangnya.
Langsung saja kuberanikan diri. Kesalahan tetap kesalahan. Tanggung jawab sifatnya wajib.
“Eh, maaf sebelumnya. Kamu. Chika. Tadi pagi kamu kan menabrakku..”
“Aku kan sudah meminta maaf!”
“Bukan, bukan itu… Tadi gara-gara bertabrakan denganmu aku jadi kehilangan liontinku. Istirahat nanti kamu harus membantuku mencari liontin itu”
“Eeeh” dia kaget.
“Oh, liontin Radit yang berharga itu ya?” Dera, tolong. Jangan pasang wajah manis sekarang atau aku akan pingsan dalam waktu yang lama.
“Umm, b..baiklah. Mau gimana lagi. Aku harus tanggung jawab kan? Oke, istirahat nanti ya. I..ini bukan berarti aku ingin membantumu ya!”
“Heh, lagipula siapa yang mau dibantu sama cewek gorilla kayak kamu!”
“GORILLA”
“KECAMBAH”
“GORILLA”
“KECAMBAH”
Dan ini berulang sekitar hampir 20x
“Eeeeh, ummm… kalian berdua, Radit, Chika… ummm…. Ano…. Ja…jangan….”
Aaaah, Dera imutnya~
***
Pada akhirnya, kami bertiga, aku, Chika dan Dera mencari liontin itu. Liontin yang berharga.
Pada dasarnya ini adalah tempat yang lumayan luas. Apalagi banyak semak-semak dan rumput jadi agak sulit untuk mencari benda yang jatuh disini. Kecuali jika kamu punya penglihatan yang bagus, tidak sepertiku yang sepertinya punya silinder walau masih rendah.
“Ketemu!”
“Wah, alhamdulillah!”
Wah, aku ikut senang! Akhirnya! Yes yes yes!
Jadi ternyata kalung liontin ini tersangkut di semak-semak.
Rantai kalungnya juga lepas…
Yah, mau bagaimana lagi, yang penting liontinnya ketemu.
“Terima kasih kalian berdua! Aku tidak menyangka kalian sebaik ini!”
“Sama-sama Radit” Dera tersenyum
“Huh, urusanku sudah selesai kan? Aku kembali ke kelas ya, kecambah bodoh”
Chika tetap Chika. Gorila tetap Gorilla.
Pergi. Dia pergi. Baguslah dia sudah membantuku. Walaupun dia superduper menyebalkan.
“Umm… Radit…”
Dugg! Doki-doki!
“I…iya… kenapa Der?”
“Liontin ini, se…seberapa berhargakah bagimu? Mengapa benda yang kelihatan biasa saja seperti ini bisa sangat berarti bagimu?”
Pertanyaan yang sulit dijawab.
“Ahh, itu, umm…”
“Yah, kamu tahu? Setiap orang punya benda kesayangan, bukan? Hehe, ada yang suka boneka, ada yang suka action figure, ada yang suka kalung, dan aku, suka liontin ini”
“Begitu rupanya…”, Dera mengibaskan rambutnya sejenak,”Bagaimana bisa kamu begitu menyukai liontin ini?” lanjutnya.
Eh, ini, pertanyaan yang superduper amat sulit dijawab. Aduh bagaimana ini ya…
“Ma.. Maaf! Aku telah bertanya yang aneh-aneh!”
“Ah, gak gitu Der, gak gitu, hehe”
Sebentar. Aku ingin menarik napas dalam-dalam terlebih dahulu.
“Ya, ini, umm. Jadi…”
“Janji. Janji 10 tahun yang lalu. Liontin ini. Umm…”
Bagaimana bilangnya ya.
Bagaimana cara menceritakan cinta pertama kepada cinta masa kini.
“10 tahun yang lalu, aku berpisah dengan seorang gadis. Dan dia memberikan liontin ini seraya berjanji. Siapa gadis itu dan janji apa itu aku lupa. Yang pasti, aku akan terus mengingatnya dan menjaga liontin ini hingga akhrnya kami dipertemukan kembali…”
Apa. Yang. Baru. Saja. Aku. Katakan.
Nervous. Sangat.
“Oooh, begitu rupanya. Cerita yang amat manis”
Ah, tidak. Wajahmu lebih manis, Dera.
“Aku harap dia juga mengingatmu, Radit. Bagaimanapun janji adalah janji tidak peduli walaupun itu hanyalah janji masa kecil 10 tahun yang lalu. Semoga suatu saat kamu bisa… bertemu… dengan…
…dengan… dia…”
Ah, Dera. Dia terlalu, imut. Tidak, tidak, jangan mimisan sekarang…
***
Sepulang sekolah. Aku bingung, sebenarnya hari ini itu hari yang buruk atau hari yang indah. Bisa dibilang yang buruk karena aku bertemu dengan cewek gorilla barbarian. Bisa dibilang buruk karena aku… akhirnya bisa berbicara empat mata dengan Dera.
Jalanan agak sepi. Tumben-tumbenan. Alhamdulillah.
“Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikum salam, Bos Radit”
“Akhirnya pulang juga”
“Bos muda kita, Bos Radit!”
“Hidup Bos Radit! Hidup Bos Radit!”
“Hidup Bos jomblo! Hidup Bos Jomblo! Hidup Bos Jomblo!”
Yel yel macam apa itu…
“Radit, kesini sebentar deh”
Ayah memanggiku. Tiba-tiba sekali. Ada apa ya kira-kira.
“Bos besar! Hidup Bos besar!”
“Hidup Bos Brewok! Hidup Bos Uban!”
Heran, preman-preman ini bisa berhenti gak sih…
“Kamu tahu Kurniawan Corp kan? Saingan bisnis ayah”
“Iya, kenapa yah?”
“Kalau dipikir-pikir, terus bersaing dan berperang di dunia bisnis itu melelahkan juga. Lebih tenang kalau damai. Jadi, kami memutuskan untuk berdamai”
“Oh, bagus dong kalau begitu, yah”
“Sebagai tanda perdamaian kami, kami mau mengadakan semacam perjodohan. Antara kamu dan anak Pak Kurniawan”
“Eh? Perjodohan? Bu…bukannya ini masih terlalu cepat….”
Ding dong…
“Ah, datang juga Pak Kurniawan. Silahkan masuk, Pak!”
Pertama-tama, bodyguardnya datang terlebih dahulu. Bodyguard-bodyguard itu memakai setelan jas rapi layaknya mafia-mafia di film Holywood. Ada yang gondrong, ada yang tinggi besar, ada yang codetan, macam-macam deh pokoknya.
Dan para bodyguard-bodyguard ini saling adu pandangan dengan preman-preman di rumahku.
“Pak Kurniawan, kenalkan, ini Radit, anakku satu-satunya”
“Wogh, ganteng juga”
Agak serem ya dibilang ganteng sama bapak-bapak 40tahunan.
“Oke Pak Syafi’i, gak usah lama-lama deh ya. Chika! Chika! Ayo kesini!”
Anak yang dipanggil Chika itu datang, setelah sekian menit bersembunyi di luar rumah.
Tunggu, sepertinya aku pernah mendengar nama itu entah dimana…
Ah, aku tahu dimana aku pernah mendengar nama itu…
“Assalamu’alaikum, selamat siang” sapanya anggun.
Eh, tunggu.
Tunggu.
Ini.
Kayaknya.
Gak.
Mungkin.
Deh.
Dikira Cuma kebetulan namanya sama.
Dikira nama Chika itu pasaran.
Dikira yang namanya kebetulan itu cuma ada di sinetron-sinetron.
DIA ADALAH CEWEK GORILLA MENYEBALKAN YANG BARU SAJA TADI JADI ANAK BARU DI KELASKU
“ke..kecambah…? Eh, ini….”
“Eh, gorilla?”
“Umm. Jadi. Mulai sekarang kalian adalah sepasang kekasih. Radit Irvanda dan Chika Kurniawan. Besar harapan kami agar kalian bisa menjadi layaknya kekasih sungguhan bahkan bisa sampai ke pelaminan”
Gelap.
Mataku gelap.
Apa ini sudah di surga ya?
Tidak.
Tadi itu aku hanya memejamkan mataku sesaat.
Siapa tahu ini Cuma mimpi buruk, ya kan?
Tapi kayaknya enggak.
Ini kenyataan.
Oh Tuhan, kenapa?
Kenapa ini terjadi?
“Selamat Bos Radit!”
“Akhirnya punya pacar juga!”
“Akhirnya gak jomblo lagi!”
“Selamat ya!”
“Selamat!”
Dasar para preman bodoh. Gak bisa bedain yang namanya anugerah sama musibah.
“Selama tiga tahun. Ya, selama tiga tahun kalian akan menjadi kekasih. Sebagai lambang persahabatan kita!”
“Ah, Pak Kurniawan bisa saja nih, hahaha”
“Anak kita kayaknya cocok ya, Pak!”
“Iya nih, hahaha!”
Tidak.
Tidak.
Tidak.
Bagaimana mungkin dua orang yang tidak punya chemistry sama sekali seperti aku dan Chika bisa menjadi kekasih.
***
Tepat di hadapanku. Seorang gadis. Berdiri tegak. Bermata indah. Memancarkan aura yang hangat. Menarik hati. Saat itu. Yang kuingat dia mengucapkan satu patah kata. Di tengah taman di kala gerimis.
“Zawsze in love”
***
Hujan lagi. Yah, namanya juga Januari, hujan sehari-hari. Aku pernah membaca kalau hujan mampu membangkitkan kenangan seseorang. Entahlah, percaya gak percaya sih. Yang pasti, aku menyukai hujan. Hujan yang rintik-rintik ini mengingatkanku suatu kenangan. Kenangan yang sudah lama sekali. Sekitar 10 tahun yang lalu.
Kenangan apa ya?
Bagaimana gerangan?
Di taman yang penuh dengan rumput berwarna hijau muda.
Di tengah gerimis hujan yang menderu.
Di bawah naungan pohon yang paling besar di taman itu.
Aku tidak akan pernah melupakan kenangan itu. Gadis itu. Janji itu.
Janji apa ya? Entahlah, wajar jika aku lupa sekian banyak detail memori karena memang waktu sudah sangat jauh berjalan. Wajah dan nama gadis itu saja aku lupa. Yang aku ingat, benda ini. Liontin ini. Liontin dengan lubang kunci di tengahnya. Ini adalah saksi dari janji itu. Saksi dari kenangan manis 10 tahun silam.
Mungkin dia adalah wanita pertama yang aku sukai. Mungkin dia adalah cinta pertamaku. Satu-satunya gadis yang bisa memahamiku, bahkan sejak kecil. Bisa dibilang aku merindukannya, tapi…
Siapa gadis itu? Dimana dia sekarang? Apakah dia masih mengingat janji 10 tahun yang lalu denganku?
***
Hari sudah pagi dan hujan baru saja reda. Dan tebak apa yang membangunkanku di pagi ini.
“Bos Radit! Bos Radit! Buatkan sarapan!”
Padahal aku dipangil “bos” tapi kok aku disuruh-suruh begini ya.
Ayahku adalah tuan tanah di banyak tempat di Jakarta. Kebayoran, Tanah Abang, bahkan sampai Marunda. Centeng-centeng ayah juga banyak, dan sialnya mereka juga tinggal disini. Sekitar 20 orang centeng dan preman tinggal di rumah ini. Untung rumahku agak besar. Dan merekalah yang menyuruhku membuatkan sarapan. Hey hey, ini terbalik…
Sebenarnya lelah juga kalau harus menggoreng nasi atau telur dalam porsi yang banyak setiap harinya. Tapi, mengingat bahwa dulu pernah salah satu dari preman tersebut membuat sarapan dan semua orang di rumah hampir mati karena keracunan, ya mau bagaimana lagi.
“Nasi goreng Bos Radit yang terbaik!”
“Maknyuss!”
“Mantap!”
“Numero Uno!”
“Biasanya cewek-cewek suka sama cowok yang jago masak kayak Bos Radit!”
Oke, sekarang jelasin kenapa banyak mas-mas tukang nasi goreng pinggir jalan yang masih jomblo.
“Sekarang Bos Radit sudah keliahatan dewasa ya”
“Iya nih. Apa Bos udah punya pacar?”
Dasar preman-preman kepo.
“Aaah, itu….”
“Iya?” preman-preman itu melongo.
“Saat ini aku sedang fokus belajar, jadi hal-hal seperti itu dinomorduakan dulu, hehe”
“Dasar jomblo”
“Jomblo abadi”
“Gak laku-laku”
“Rambutnya pasti kasar karena gak pernah dibelai cewek”
Dan yang ngomong terakhir itu adalah preman yang botak.
Ah, sudahlah.
***
Dan pada akhirnya aku hampir telat ke sekolah. Untung naik motor. Tapi jarak antara parkiran dan kelas lumayan jauh. Jam pertama pelajaran kimia. Yah, tahu sendiri lah, kalau telat bisa-bisa HCN melayang. Harus lari ini sih. Harus.
BRAKK
“Ah, maaf maaf”
A…Apa ini? Tiba-tiba saja ada yang menabrakku dari arah 45 derajat. Entah, mungkin pembuluh darah di dekat hidungku ada yang pecah sehingga ada sedikit darah yang keluar. Ini adalah posisi jatuh yang lumayan menyakitkan.
g..g..gorilla… blonde gorilla girl???
“M..M…Maaf mengganggu!”
Dia pun melengos. Pergi. Dengan cepatnya. Tanpa ada pertanggungjawaban.
Sebentar. Dia tadi melompat tembok pembatas parkiran dan lapangan. Dan dia adalah seorang… perempuan. Perempuan pirang barbarian… Setengah gorilla…
Se…sepertinya ada yang kurang. Seperti ada yang kelupaan atau hilang. Apa ya?
Apa ada yang hilang?
…Tunggu dulu. Aku meraba leherku. Meraba dadaku. Liontinku. Kemana. Perginya. HILANG???
Mungkin terjatuh gara-gara tertabrak cewek gorilla tadi.
Seketika hening.
Aku galau. Terdiam.
Bingung mau mencari kemana. Dan ini sudah hampir bel masuk sekolah.
Hingga pada akhirnya angin berhembus dari arah utara, dan tebak siapa yang datang.
Dera! Cewek paling cantik di kelas! Muncul di hadapanku! Ini tidak seperti aku suka padanya, tapi, aku, sepertinya sudah lebih dari sekadar suka padanya. Ah, pikiran aneh macam apa ini…
Soal janji masa kecil itu urusan masa lalu, bisa dikesampingkan. Sekarang, Dera, adalah cewek yang sempurna di mataku. Maksudku, coba lihat wajah manisnya. Hanya butuh sepersekian detik dan kamu akan jatuh hati.
“Eh? Radit? Mencari apa? Butuh bantuan?”
Aku sangat bahagia. Aku boleh mati sekarang.
“Ti...tidak, Dera! Aku hanya mencari liontin yang jatuh, sebentar lagi juga aku akan bergegas ke kelas, hehe”
“Li...liontin? Liontin apa? Aku tidak tahu pasti tapi sepertinya benda itu sangat berharga bagimu ya”
Aku menghembuskan napas sejenak.
“Ya…”
“Seberapa berhargakah liontin itu?”
Sial. Dia mengajukan pertanyaan seperti ini.
“Ya, pokoknya sangat berharga”
Angin berhembus dengan dramatis layaknya drama di sinetron-sinetron.
“Perlu aku bantu mencarinya?” Dera pun tersenyum. Manis. Sel beta pankreas, aku mengandalkanmu…
“Ti…tidak, aku juga mau bergegas ke kelas, hehe”
Duh, wajahku bagaikan lakmus biru yang dicelupkan ke air aki pekat.
***
Tebak apa yang terjadi. Harusnya sekarang jam pelajaran kimia, tetapi sekarang malah sesi wali kelas.
Ada apa gerangan?
Apa karena baru mulai semester kedua?
“Anak-anak, ada berita gembira. Ada anak pindahan yang akan masuk ke kelas kita!”
“Wah, beneran nih?”
“Asyik”
“Laki-laki atau perempuan?”
“Kira-kira masih single gak?”
Hey, hey, kalian terlalu berisik.
“Ayo masuk, Chika! Perkenalkan dirimu!”
Anak yang dipanggil Chika itu pun perlahan memasuki kelas. Semua laki-laki di kelas sepertinya nampak senang. Mata mereka seakan bermuatan positif dan anak yang bernama Chika itu bermuatan negatif.
“Selamat pagi kawan-kawan! Namaku Chika. Chika Kurniawan. Salam kenal!”
Tunggu, tunggu…
Wajahnya yang menyebalkan. Rambut yang agak pirang. Stocking hitam panjang. Tidak salah lagi…
Seketika hening.
1
2
3
DIA KAN CEWEK GORILLA TADI!
“Waa cantiknya!”
“Apa dia model? Kakinya ramping sekali!”
“Kulitnya mulus!”
“Apa dia blasteran?”
Bukan blasteran, tepatnya hasil persilangan antara homo sapiens dan gorilla gorilla.
Bukan begitu, aku Cuma heran. Apa menariknya cewek itu. Memang sih, dia terlihat seperti blasteran indo-amerika, tapi, ya, begitu. Apa lagi kalau bukan karena kejadian barusan. Mana dia belum bertangung jawab, lagi. Huh.
Dan dia menyadari eksistensiku di kelas ini.
“K.K..Kamu kan?” dia tampak linglung.
“Nah, teman-teman. Dia adalah cewek yang barusan memajat dan melompati tembok parkiran dan menabrakku layaknya gorilla baru lepas”
“A..A…APA KATAMU?”
“GORILLA. GORILLA JELEK”
“MASA CAKEP BEGINI DIBILANG GORILLA? DASAR KECAMBAH. KECAMBAH BODOH!”
“EEH, BUKANNYA MINTA MAAF TADI PAGI UDAH NABRAK JUGA”
“TADI KAN UDAH, KECAMBAH”
“GORILLA”
“KECAMBAH”
“GORILLA”
“KECAMBAH”
“GORILLA”
“KECAMBAH”
Ini berulang sekitar 20x.
“Wah, kalian sudah akrab ya”
“Pasangan yang lucu”
“Aaah, aku jadi iri”
Hey, hey, kalian salah paham. Sangat salah paham.
Ah, sudahlah. Usai sudah.
Dan pada akhirnya dia duduk dekat denganku. Sial. Menyebalkan.
Ini adalah cerita satu hari bersama cewek setengah gorilla.
***
“Jadi, ayahmu orang asli Amerika, wah hebat sekali”
Tidak disangka-sangka kalau Dera bisa langsung akrab dengan gadis gorilla itu. Yah, ada kalanya orang yang baik berlaku terlalu baik. Ah, inilah yang membuatku jatuh hati padanya. Andai saja suatu saat nanti aku… Hey hey, berhenti berkhayal…
“Ya, begitulah” Chika mengibaskan rambut pirangnya.
Langsung saja kuberanikan diri. Kesalahan tetap kesalahan. Tanggung jawab sifatnya wajib.
“Eh, maaf sebelumnya. Kamu. Chika. Tadi pagi kamu kan menabrakku..”
“Aku kan sudah meminta maaf!”
“Bukan, bukan itu… Tadi gara-gara bertabrakan denganmu aku jadi kehilangan liontinku. Istirahat nanti kamu harus membantuku mencari liontin itu”
“Eeeh” dia kaget.
“Oh, liontin Radit yang berharga itu ya?” Dera, tolong. Jangan pasang wajah manis sekarang atau aku akan pingsan dalam waktu yang lama.
“Umm, b..baiklah. Mau gimana lagi. Aku harus tanggung jawab kan? Oke, istirahat nanti ya. I..ini bukan berarti aku ingin membantumu ya!”
“Heh, lagipula siapa yang mau dibantu sama cewek gorilla kayak kamu!”
“GORILLA”
“KECAMBAH”
“GORILLA”
“KECAMBAH”
Dan ini berulang sekitar hampir 20x
“Eeeeh, ummm… kalian berdua, Radit, Chika… ummm…. Ano…. Ja…jangan….”
Aaaah, Dera imutnya~
***
Pada akhirnya, kami bertiga, aku, Chika dan Dera mencari liontin itu. Liontin yang berharga.
Pada dasarnya ini adalah tempat yang lumayan luas. Apalagi banyak semak-semak dan rumput jadi agak sulit untuk mencari benda yang jatuh disini. Kecuali jika kamu punya penglihatan yang bagus, tidak sepertiku yang sepertinya punya silinder walau masih rendah.
“Ketemu!”
“Wah, alhamdulillah!”
Wah, aku ikut senang! Akhirnya! Yes yes yes!
Jadi ternyata kalung liontin ini tersangkut di semak-semak.
Rantai kalungnya juga lepas…
Yah, mau bagaimana lagi, yang penting liontinnya ketemu.
“Terima kasih kalian berdua! Aku tidak menyangka kalian sebaik ini!”
“Sama-sama Radit” Dera tersenyum
“Huh, urusanku sudah selesai kan? Aku kembali ke kelas ya, kecambah bodoh”
Chika tetap Chika. Gorila tetap Gorilla.
Pergi. Dia pergi. Baguslah dia sudah membantuku. Walaupun dia superduper menyebalkan.
“Umm… Radit…”
Dugg! Doki-doki!
“I…iya… kenapa Der?”
“Liontin ini, se…seberapa berhargakah bagimu? Mengapa benda yang kelihatan biasa saja seperti ini bisa sangat berarti bagimu?”
Pertanyaan yang sulit dijawab.
“Ahh, itu, umm…”
“Yah, kamu tahu? Setiap orang punya benda kesayangan, bukan? Hehe, ada yang suka boneka, ada yang suka action figure, ada yang suka kalung, dan aku, suka liontin ini”
“Begitu rupanya…”, Dera mengibaskan rambutnya sejenak,”Bagaimana bisa kamu begitu menyukai liontin ini?” lanjutnya.
Eh, ini, pertanyaan yang superduper amat sulit dijawab. Aduh bagaimana ini ya…
“Ma.. Maaf! Aku telah bertanya yang aneh-aneh!”
“Ah, gak gitu Der, gak gitu, hehe”
Sebentar. Aku ingin menarik napas dalam-dalam terlebih dahulu.
“Ya, ini, umm. Jadi…”
“Janji. Janji 10 tahun yang lalu. Liontin ini. Umm…”
Bagaimana bilangnya ya.
Bagaimana cara menceritakan cinta pertama kepada cinta masa kini.
“10 tahun yang lalu, aku berpisah dengan seorang gadis. Dan dia memberikan liontin ini seraya berjanji. Siapa gadis itu dan janji apa itu aku lupa. Yang pasti, aku akan terus mengingatnya dan menjaga liontin ini hingga akhrnya kami dipertemukan kembali…”
Apa. Yang. Baru. Saja. Aku. Katakan.
Nervous. Sangat.
“Oooh, begitu rupanya. Cerita yang amat manis”
Ah, tidak. Wajahmu lebih manis, Dera.
“Aku harap dia juga mengingatmu, Radit. Bagaimanapun janji adalah janji tidak peduli walaupun itu hanyalah janji masa kecil 10 tahun yang lalu. Semoga suatu saat kamu bisa… bertemu… dengan…
…dengan… dia…”
Ah, Dera. Dia terlalu, imut. Tidak, tidak, jangan mimisan sekarang…
***
Sepulang sekolah. Aku bingung, sebenarnya hari ini itu hari yang buruk atau hari yang indah. Bisa dibilang yang buruk karena aku bertemu dengan cewek gorilla barbarian. Bisa dibilang buruk karena aku… akhirnya bisa berbicara empat mata dengan Dera.
Jalanan agak sepi. Tumben-tumbenan. Alhamdulillah.
“Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikum salam, Bos Radit”
“Akhirnya pulang juga”
“Bos muda kita, Bos Radit!”
“Hidup Bos Radit! Hidup Bos Radit!”
“Hidup Bos jomblo! Hidup Bos Jomblo! Hidup Bos Jomblo!”
Yel yel macam apa itu…
“Radit, kesini sebentar deh”
Ayah memanggiku. Tiba-tiba sekali. Ada apa ya kira-kira.
“Bos besar! Hidup Bos besar!”
“Hidup Bos Brewok! Hidup Bos Uban!”
Heran, preman-preman ini bisa berhenti gak sih…
“Kamu tahu Kurniawan Corp kan? Saingan bisnis ayah”
“Iya, kenapa yah?”
“Kalau dipikir-pikir, terus bersaing dan berperang di dunia bisnis itu melelahkan juga. Lebih tenang kalau damai. Jadi, kami memutuskan untuk berdamai”
“Oh, bagus dong kalau begitu, yah”
“Sebagai tanda perdamaian kami, kami mau mengadakan semacam perjodohan. Antara kamu dan anak Pak Kurniawan”
“Eh? Perjodohan? Bu…bukannya ini masih terlalu cepat….”
Ding dong…
“Ah, datang juga Pak Kurniawan. Silahkan masuk, Pak!”
Pertama-tama, bodyguardnya datang terlebih dahulu. Bodyguard-bodyguard itu memakai setelan jas rapi layaknya mafia-mafia di film Holywood. Ada yang gondrong, ada yang tinggi besar, ada yang codetan, macam-macam deh pokoknya.
Dan para bodyguard-bodyguard ini saling adu pandangan dengan preman-preman di rumahku.
“Pak Kurniawan, kenalkan, ini Radit, anakku satu-satunya”
“Wogh, ganteng juga”
Agak serem ya dibilang ganteng sama bapak-bapak 40tahunan.
“Oke Pak Syafi’i, gak usah lama-lama deh ya. Chika! Chika! Ayo kesini!”
Anak yang dipanggil Chika itu datang, setelah sekian menit bersembunyi di luar rumah.
Tunggu, sepertinya aku pernah mendengar nama itu entah dimana…
Ah, aku tahu dimana aku pernah mendengar nama itu…
“Assalamu’alaikum, selamat siang” sapanya anggun.
Eh, tunggu.
Tunggu.
Ini.
Kayaknya.
Gak.
Mungkin.
Deh.
Dikira Cuma kebetulan namanya sama.
Dikira nama Chika itu pasaran.
Dikira yang namanya kebetulan itu cuma ada di sinetron-sinetron.
DIA ADALAH CEWEK GORILLA MENYEBALKAN YANG BARU SAJA TADI JADI ANAK BARU DI KELASKU
“ke..kecambah…? Eh, ini….”
“Eh, gorilla?”
“Umm. Jadi. Mulai sekarang kalian adalah sepasang kekasih. Radit Irvanda dan Chika Kurniawan. Besar harapan kami agar kalian bisa menjadi layaknya kekasih sungguhan bahkan bisa sampai ke pelaminan”
Gelap.
Mataku gelap.
Apa ini sudah di surga ya?
Tidak.
Tadi itu aku hanya memejamkan mataku sesaat.
Siapa tahu ini Cuma mimpi buruk, ya kan?
Tapi kayaknya enggak.
Ini kenyataan.
Oh Tuhan, kenapa?
Kenapa ini terjadi?
“Selamat Bos Radit!”
“Akhirnya punya pacar juga!”
“Akhirnya gak jomblo lagi!”
“Selamat ya!”
“Selamat!”
Dasar para preman bodoh. Gak bisa bedain yang namanya anugerah sama musibah.
“Selama tiga tahun. Ya, selama tiga tahun kalian akan menjadi kekasih. Sebagai lambang persahabatan kita!”
“Ah, Pak Kurniawan bisa saja nih, hahaha”
“Anak kita kayaknya cocok ya, Pak!”
“Iya nih, hahaha!”
Tidak.
Tidak.
Tidak.
Bagaimana mungkin dua orang yang tidak punya chemistry sama sekali seperti aku dan Chika bisa menjadi kekasih.
***
Diubah oleh iguanosaurus 23-04-2014 21:34
0
435
Kutip
3
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan