Soto Girin


Soto Gimo Girin, begitu ia memberi nama warung soto daging sapinya itu. Embel-embel nama Girin merupakan trade mark baginya, yang menunjukkan bahwa ia salah satu pewaris Soto Girin yang pernah dikelola oleh ayahnya yang bernama Mbah Girin.
Selain orang Sragen, banyak juga pelanggannya yang berasal dari luar daerah Sragen. Banyak orang-orang Solo yang datang kesana, selain hanya sekedar mampir jajan, sebagian ada yang mengkhususkan datang hanya untuk jajan soto buatan Gimo Girin.

Bothok Mercon

Sangat pedas dan terasa panas di lidah, begitu yang pertama kali terasa saat menyantap bothok mercon. Rasa pedas yang amat sangat ini merupakan cirikhas bothok yang satu ini. Bagi pecinta masakan-masakan bercita rasa pedas, botok ikan patin ini dijamin akan membuat ketagihan.
Nama “Mercon” untuk warungnya, menurut Bapak berusia 66 tahun ini merupakan pemberian dari Wakil Bupati Sragen, Agus Factur Rahman. “Kala itu beliau sering berkunjung ke warung saya ini, kemudian beliau memberikan nama Mercon, sesuai dengan citarasa pedas botok ikan patin menu tunggal kami” terang Wiro.

Mbok Rijem

Di pinggir jalan raya Solo Sragen yang melintasi Kecamatan Masaran, terdapat sebuah warung kecil berdinding kayu.
Menu yang disajikan disini bukan tergolong menu yang wah ala Restaurant, melainkan hanya menu masakan tradisional. Namun hal inilah yang membuat daya tarik bagi pengunjung. Dalam meja panjang di warung mbah Rijem terhampar menu-menu tradisional, antara lain Bothok, garang asem, oseng-oseng telur ayam, rempelo ati, daging ayam, jerohan sapi, pecel, gudangan, baceman, tempe dan tahu.
Semua masakan tradisional yang disajikan mbah Rijem, tidak ada yang menggunakan vetsin atau motto.
Selain tidak menggunakan vetsin, mbah Rijem mengaku tidak menggunakan pewarna buatan pabrik untuk mengolah masakannya. Meski sering dianggap ketinggalan jaman ataupun dianggap ndeso, mbah Rijem tetap bertahan dengan cara tradisionalnya. ”Buktinya, sampai sekarang masih banyak yang suka masakan olahan saya” kata mbah Rijem.
Menu spesial yang paling disenangi pengunjung ada tiga jenis, yakni sego tumpang, sego pecel dan sego gudangan. Sejak memulai usahanya tahun 1966 silam tiga menu spesial tersebutlah yang paling digemari pengunjungnya. Untuk menjaga cita rasanya, bila ada menu yang tidak laku, tidak ada yang dihangatkan untuk disajikan kembali. Namun, semua masakan yang disajikan tiap hari adalah masakan baru hari itu juga.
Semua proses masak-memasaknya menggunakan cara yang tradisional. Tidak menggunakan panci dan kompor minyak tanah atau gas, melainkan masih menggunakan kwali yang terbuat dari tanah liat, sedangkan tungkunya masih menggunakan anglo. anglo adalah tungku tradisional masyarakat Jawa yang terbuat dari tanah liat dan berbahan bakar kayu atau arang.

Mbah Rajak


Sragen kaya akan makanan tradisional. Salah satunya adalah makanan khas yang diproduksi oleh Mbah Sumo Diharjo yang lebih akrab dipanggil Mbah Rajak. Sudah 40 tahun mbah Rajak berjualan aneka macam makanan tradisional, antara lain: Jenang, trasikan, wajik, jadah, dan aneka lauk pauk.
Karena banyaknya pembeli, selain berjualan di pasar Bunder, mbah Rajak juga melayani pembeli yang langsung datang dirumah. Banyak sekali pembeli yang sudah menjadi langganannya karena itu setiap hari warung mbah Rajak di pasar tidak pernah sepi oleh pembeli. Mulai pagi sampai sore makanannya selalu diserbu pembeli dan jarang sekali makanan tersebut sampai sisa. Bahkan tidak jarang pembeli yang datang berasal dari luar daerah dan menjadikan makanan khas Sragen buatan mbah Rajak ini sebagai oleh-oleh.

Sambel Tumpang


Jika dilihat dan dipandang sepintas, Nasi Sambal Tumpang hampir sama dengan Sambal Pecel. Bahkan ada perpaduan antara sambal Tumpang dengan Sambal Pecel. Rasanya juga terasa enak. Bedanya sambal tumpang itu sambalnya terbuat dari tempe bosok (busuk) yang ditumbuk halus. Tempe bosok memang sengaja dibuat busuk dan dijual. Rasa yang ditimbulkan dari tempe bosok ini yaitu rasa sangit. Namun rasa dari tempe bosok terasa berbeda ketika sudah diolah menjadi dan beberapa bumbu lain seperti kencur, daun jeruk, dll. Selain itu, di dalam Sambal Tumpang ini juga terdapat tahu yang diolah bersama Sambal Tumpang ini.
Nasi Sambal Tumpang ini biasanya cocok untuk dihidangkan pada pagi hari sebagai menu makan pagi. Apalagi dengan nasi yang masih hangat. Nasi Sambal Tumpang ini cocok dinikmati dengan lauk Telur, Tempe, Bakwan, Rambak, Krupuk, dan Ayam. Bagi yang berkunjung ke Sragen, banyak sekali penjual masakan Nasi Sambal Tumpang saat pagi hari. Ada yang paling terkenal di Sragen yang menjual Nasi Sambal Tumpang di pagi hari. Yaitu, di Mbah Jami dekat perempatan Poltas Pasar Bunder Sragen. Harga perbungkus yang dijual sangat murah, hanya 1500 rupiah. Padahal menikmati satu bungkus sudah membuat perut terasa kenyang. Nasi Sambal Tumpang ini juga bisa dinikmati sebagai menu makan malam. Di Sragen warung Nasi Sambal Tumpang terkenal yang menjual pada malam hari yaitu di Mbah Templek. Begitu orang menyebutnya. Harganya juga tidak kalah murah juga.

PUJAMARI (Pusat Jajan Malam Hari)


Pujamari merupakan tempat jajan malam hari yang terletak di pinggir jalan raya Sukowati, tepatnya di halaman Galery Batik Sukowati, tak jauh dari Kantor Pemkab Sragen. Pujamari hanya dibuka pada malam hari jam 17.00 wib sampai jam 22.00 wib. Tak jarang jam 21.00 wib sudah tutup karena makanan telah habis diserbu pengunjung.
Banyak menu yang disediakan disini, mulai dari nasi tumpang mbah Jami, soto daging sapi S. Gimo Girin, Tengkleng Sapi Taruna Sukowati, sego liwet padang bulan, mie ayam bakso sony dan gudek ceker bu Ami. Disini juga disediakan puluhan aneka macam minuman.
Pengunjung yang menikmati makan malam disini, disuguhi oleh alunan musik keroncong yang dibawakan oleh 5 orang. Pengunjung bisa meminta lagu-lagu kesukaannya.