- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Awas! Aneka Penyakit Akibat Garam Dapur!


TS
medisgroup
Awas! Aneka Penyakit Akibat Garam Dapur!
Quote:
Sepanjang sejarah manusia, kristal-kristal kelabu kecil yang rasanya asin ini amat berjasa. Garam telah membuat dunia bergerak, tidak hanya digunakan sebagai perasa dan pengawet makanan, di jaman Romawi garam juga digunakan sebagai uang.
efek buruk garam Suka Makanan Asin? Lihat Efeknya Bagi Tubuh Anda
Suka Makanan Asin? Lihat Efeknya Bagi Tubuh Anda
Tapi itu dulu. Di jaman modern ini kita bahkan dibayar secara berlebihan (menggunakan garam secara berlebihan). Kita menelan hampir dua kali jumlah sodium dari yang seharusnya kita konsumsi. Dan itu bisa Anda lakukan tanpa harus menyentuh toples tempat garam dapur yang selalu dimasukkan istri Anda ke dalam sup ayam buatannya.
Garam juga banyak tersembunyi dalam produk makanan instan. Ia dimasukkan oleh perusahaan makanan untuk mengawetkan produknya agar tidak basi atau membuat makanan yang rasanya tawar atau pahit menjadi lebih baik dan enak dimakan. Atau mungkin hanya agar membuat kita tergila-gila dengan makanan tersebut (nagih).
Institute of Medicine sebuah badan yang membantu pemerintah Amerika untuk mengatur rekomendasi nutrisi di Amerika menyatakan bahwa jumlah sodium yang harus dikonsumsi adalah 1.500 mg/hari, dengan jumlah maksimum 2.300 mg.
Sebelumnya, mereka merekomendasikan tidak lebih dari 2.400 mg. Bahkan WHO (World Health Organization) menganjurkan pembatasan garam dapur bagi pria dewasa sebanyak 6 gr/hari. Pembatasan ini dilakukan mengingat peranan potensial sodium dalam memicu tekanan darah tinggi (hipertensi).
Pertanyaannya, mengapa mereka menurunkan ambang batasnya begitu jauh? Puluhan tahun lalu alasan takut pada garam adalah risiko tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan stroke. Kini kelebihan sodium dikaitkan dengan penyakit lain seperti kanker dan batu ginjal.
Para urologi sepakat jika konsumsi garam berlebihan dapat memperberat kerja ginjal. Singkatnya bisa jadi meja makan Anda telah dipenuhi berbagai menu ‘berpenyakit’ yang siap menyerang Anda kapanpun.
Anda memang butuh garam, yaitu sekitar 200 gr/ hari agar cairan tubuh tetap stabil. Tetapi kelebihan garam itu bisa mengakibatkan:
Well, sebaiknya Anda mulai membatasi konsumsi garam. Misalnya dengan lebih rajin membaca label nutrisi pada makanan kemasan dan mulai mengurangi penggunaan garam pada masakan rumahan, agar Anda terbebas dari risiko penyakit yang bisa meyerang setiap saat akibat konsumsi garam berlebihan.
efek buruk garam Suka Makanan Asin? Lihat Efeknya Bagi Tubuh Anda
Suka Makanan Asin? Lihat Efeknya Bagi Tubuh Anda
Tapi itu dulu. Di jaman modern ini kita bahkan dibayar secara berlebihan (menggunakan garam secara berlebihan). Kita menelan hampir dua kali jumlah sodium dari yang seharusnya kita konsumsi. Dan itu bisa Anda lakukan tanpa harus menyentuh toples tempat garam dapur yang selalu dimasukkan istri Anda ke dalam sup ayam buatannya.
Garam juga banyak tersembunyi dalam produk makanan instan. Ia dimasukkan oleh perusahaan makanan untuk mengawetkan produknya agar tidak basi atau membuat makanan yang rasanya tawar atau pahit menjadi lebih baik dan enak dimakan. Atau mungkin hanya agar membuat kita tergila-gila dengan makanan tersebut (nagih).
Institute of Medicine sebuah badan yang membantu pemerintah Amerika untuk mengatur rekomendasi nutrisi di Amerika menyatakan bahwa jumlah sodium yang harus dikonsumsi adalah 1.500 mg/hari, dengan jumlah maksimum 2.300 mg.
Sebelumnya, mereka merekomendasikan tidak lebih dari 2.400 mg. Bahkan WHO (World Health Organization) menganjurkan pembatasan garam dapur bagi pria dewasa sebanyak 6 gr/hari. Pembatasan ini dilakukan mengingat peranan potensial sodium dalam memicu tekanan darah tinggi (hipertensi).
Pertanyaannya, mengapa mereka menurunkan ambang batasnya begitu jauh? Puluhan tahun lalu alasan takut pada garam adalah risiko tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan stroke. Kini kelebihan sodium dikaitkan dengan penyakit lain seperti kanker dan batu ginjal.
Para urologi sepakat jika konsumsi garam berlebihan dapat memperberat kerja ginjal. Singkatnya bisa jadi meja makan Anda telah dipenuhi berbagai menu ‘berpenyakit’ yang siap menyerang Anda kapanpun.
Anda memang butuh garam, yaitu sekitar 200 gr/ hari agar cairan tubuh tetap stabil. Tetapi kelebihan garam itu bisa mengakibatkan:
Quote:
Melemahnya Tulang
“Kadar sodium berlebihan dalam darah dapat mengurangi kadar kalsium dalam tubuh., mengancam massa tulang dan kekuatannya,” papar Pao Hwa Lin, Ph.D di Duke University Medical Center. “Semakin Anda membatasi sodium, semakin berkurang pelepasan kalsium,” tambahnya.
“Kadar sodium berlebihan dalam darah dapat mengurangi kadar kalsium dalam tubuh., mengancam massa tulang dan kekuatannya,” papar Pao Hwa Lin, Ph.D di Duke University Medical Center. “Semakin Anda membatasi sodium, semakin berkurang pelepasan kalsium,” tambahnya.
Quote:
Kanker Perut
Laporan dari Jepang menyebutkan bahwa pria dengan asupan garam yang tinggi, punya risiko kanker perut dua kali lipat. Sebagai penggemar ikan asin dan sayur acar, tebak peluang Anda terkena kanker perut?
Laporan dari Jepang menyebutkan bahwa pria dengan asupan garam yang tinggi, punya risiko kanker perut dua kali lipat. Sebagai penggemar ikan asin dan sayur acar, tebak peluang Anda terkena kanker perut?
Quote:
Mengacaukan DNA
Peneliti dari Institut Paru dan Jantung Nasional di Amerika menemukan bahwa ketika mereka meningkatkan kadar garam dalam sel-sel tubuh seekor tikus di lab, serabut DNA mulai memecah dan mekanisme perbaikan sel hancur. Ketika konsentrasi garam dikembalikan normal, sel-sel dalam ginjal tikus pun mulai memperbaiki kerusakan DNA lainnya. Meski uji coba dilakukan pada seekor tikus, kondisi ini sangat mungkin terjadi pada manusia.
Peneliti dari Institut Paru dan Jantung Nasional di Amerika menemukan bahwa ketika mereka meningkatkan kadar garam dalam sel-sel tubuh seekor tikus di lab, serabut DNA mulai memecah dan mekanisme perbaikan sel hancur. Ketika konsentrasi garam dikembalikan normal, sel-sel dalam ginjal tikus pun mulai memperbaiki kerusakan DNA lainnya. Meski uji coba dilakukan pada seekor tikus, kondisi ini sangat mungkin terjadi pada manusia.
Quote:
Merangsang pembentukan batu ginjal
Dalma sebuah penelitian selama 5 tahun, para peneliti di Italia menemukan bahwa membatasi garam lebih efektif mencegah terbentuknya batu ginjal. Kita tahu secara apsti bahwa sodium memiliki kemapuan meningkatkan tekanan darah.
Menurut penelitian di Inggris mengurangi asupan sodium hingga 300 mg ( setara dengan dua iris keju cheddar) menurunkan tekanan sistolik (angka pertama) sebanyak 2-4 poin, dan tekanan diastolik sebanyak 1-2 poin. Lipat gandakan pengurangan itu hingga tiga kali maka Anda akan mendapatkan keuntungan tiga kali lipat.
Dalma sebuah penelitian selama 5 tahun, para peneliti di Italia menemukan bahwa membatasi garam lebih efektif mencegah terbentuknya batu ginjal. Kita tahu secara apsti bahwa sodium memiliki kemapuan meningkatkan tekanan darah.
Menurut penelitian di Inggris mengurangi asupan sodium hingga 300 mg ( setara dengan dua iris keju cheddar) menurunkan tekanan sistolik (angka pertama) sebanyak 2-4 poin, dan tekanan diastolik sebanyak 1-2 poin. Lipat gandakan pengurangan itu hingga tiga kali maka Anda akan mendapatkan keuntungan tiga kali lipat.
Quote:
Mengapa Kita Menginginkan Garam?
Jawabannya mungkin bersifat evolusioner, kata Richard McGregor, Ph.D, dari Linguagen sebuah perusahaan berbasis bioteknologi di New Jersey. Menurutnya, di jaman purba orang butuh garam untuk menggantikan mineral yang hilang karena sepanjang hari mengerjakan pekerjaan berat dan mengeluarkan banyak keringat.
Kini? Kita memang berburu sepanjang hari, tapi hanya di depan komputer tanpa aktivitas fisik yang tinggi. Berita yang membesarkan hati adalah bahwa Anda bisa mengatur ulang indera pengecap dalam beberapa minggu.
Dalam sebuah eksperimen informal, peneliti di Saint Louis University Medical School meminta pasien hipertensi makan camilan keripik, kemudian mengurangi garam dan makanan instan yang asin selama 4 minggu.
Indera pengecap mereka kemudian menyesuaikan diri dan mereka lebih suka keripik yang kurang asin. “Beberapa pria bahkan membuang garam dari keripik tersebut dengan jari-jari mereka,” terang pakar gizi Prof. Mildred Mattfeldt, Ph.D.
Jawabannya mungkin bersifat evolusioner, kata Richard McGregor, Ph.D, dari Linguagen sebuah perusahaan berbasis bioteknologi di New Jersey. Menurutnya, di jaman purba orang butuh garam untuk menggantikan mineral yang hilang karena sepanjang hari mengerjakan pekerjaan berat dan mengeluarkan banyak keringat.
Kini? Kita memang berburu sepanjang hari, tapi hanya di depan komputer tanpa aktivitas fisik yang tinggi. Berita yang membesarkan hati adalah bahwa Anda bisa mengatur ulang indera pengecap dalam beberapa minggu.
Dalam sebuah eksperimen informal, peneliti di Saint Louis University Medical School meminta pasien hipertensi makan camilan keripik, kemudian mengurangi garam dan makanan instan yang asin selama 4 minggu.
Indera pengecap mereka kemudian menyesuaikan diri dan mereka lebih suka keripik yang kurang asin. “Beberapa pria bahkan membuang garam dari keripik tersebut dengan jari-jari mereka,” terang pakar gizi Prof. Mildred Mattfeldt, Ph.D.
Well, sebaiknya Anda mulai membatasi konsumsi garam. Misalnya dengan lebih rajin membaca label nutrisi pada makanan kemasan dan mulai mengurangi penggunaan garam pada masakan rumahan, agar Anda terbebas dari risiko penyakit yang bisa meyerang setiap saat akibat konsumsi garam berlebihan.
Quote:
Awas! Aneka Penyakit Akibat Garam Dapur!
Garam dapur betul enak di lidah, tapi bikin badan rusak jika berlebihan. Memang pantas kalau jadi garam dunia, tapi berapa sebetulnya tubuh membutuhkan garam? Siapa saja yang perlu pantang garam?
Dalam hal mengonsumsi garam, tirulah orang Eskimo, warga Dayak atau Indian Inca. Mereka nyaris tidak makan garam, tapi tetap bisa hidup. Menu mereka cenderung hambar, namun tidak ada yang kurang dalam kelangsungan kerja mesin tubuhnya. Dan memang seperti itulah yang sesungguhnya tubuh kita butuhkan. Maka jangan sering masuk restoran Cina atau India kalau lagi pantang garam. Menu asin terbentuk lebih karena budaya orang urban manakala rasa enak garam dapur orang temukan.
Budaya doyan garam begini yang tanpa disadari telah merongrong ginjal orang-orang di dunia untuk bekerja lebih keras membuang kelebihan natrium (sodium) dari garam yang ditelan setiap hari. Padahal, tubuh tidak memerlukan garam sebanyak kebiasaan budaya makan kita. Kita rata-rata menelan lima-enam kali lipat kebutuhan garam tubuh dari menu harian.
Garam dikenal identik dengan penyakit darah tinggi. Itu sebab bukan cuma orang gedongan yang bisa kena darah tinggi, jika masih banyak rakyat kecil yang menu hariannya lagi-lagi ikan asin.
Kabupaten Bogor konon menghabiskan puluhan ton ikan asin sehari. Pada saat yang sama kita mudah menghitung banyaknya kasus warga desa yang darah tinggi. Bisa jadi gara-gara konsumsi garam yang berlebihan dari ikan asin sejak usia kanak-kanak. Memang betul enak punya istri orang Sunda.
Katanya dilepas di kebun saja sudah bisa hidup, sebab menunya lalap dan sambal doang. Namun, kalau tambahan lauknya adanya cuma ikan asin, istri tersayang bisa sekonyong-konyong berubah menjadi istri malang, sebab baru kimpoi tiga tahun saja sudah galak dan doyan mengomel. Ikan asin bikin istri darah tinggi.
Garam Tersembunyi
Dalam garam dapur terkandung unsur sodium dan chlor (NaCl). Unsur sodium penting untuk mengatur keseimbangan cairan di dalam tubuh, selain bertugas dalam transmisi saraf dan kerja otot. Kita boleh tidak makan garam, asal ada sodium dalam menu harian. Banyak menu harian yang menyimpan sodium dan itu sudah bisa mencukupi kebutuhan tubuh.
Namun, oleh karena sodium yang secara alami terkandung dalam bahan makanan tidak berikatan dengan chlor, tak memberi cita rasa asin pada lidah kita. Itu berarti, kendati menu yang kita konsumsi tanpa garam atau tak bercita rasa asin, tidak bermakna tubuh tak memperoleh kecukupan sodium.
Walau tidak terasa asin, daging sapi, sarden, keju, roti jagung, dan keripik kentang kaya unsur sodium. Demikian pula kebanyakan menu harian orang Eskimo, Dayak dan Indian yang tidak asin namun tubuh tidak kekurangan sodium.
Jadi sebetulnya lidah kitalah yang sudah dirusak oleh budaya makan asin, sehingga cenderung salah memilih menu yang sesuai dengan yang tubuh butuhkan. Dan rasa asin memang meningkatkan cita rasa menu alami. Garam di meja makan kita bukti tradisi bahwa tuntutan lidah orang modern cenderung merasa menunya kurang asin.. Kurang dari Tujuh Gram Tubuh membutuhkan kurang dari tujuh gram garam dapur sehari atau setara dengan 3.000 mg sodium.
Kebanyakan menu harian kita memberi berlipat-lipat kali lebih banyak dari itu. Selain meninggikan tekanan darah, kerja ginjal jadi jauh lebih berat untuk membuangnya. Jika sangat berlebihan bisa bikin pikiran kacau dan jatuh koma. Satu sendok teh garam dapur berisi 2.000 mg sodium. Sodium yang terkandung dalam setiap menu modern rata-rata sekitar 500 mg. Pada takaran itu ginjal sudah perlu lembur untuk tetapmempertahankan keseimbangan cairan dan asam-basa agar mesin tubuh tak kacau dari penyakit akibat kelebihan sodium tidak sampai muncul.
Jenis makanan yang banyak mengandung sodium, antara lain, soda kue, bubuksoda sebagal pengawet, obat pencahar (laxative), menu yang dipanggang, keju, makanan kaleng dan laut (seafood), serta padi-padian (cereals). Bagi yang pantang garam, juga perlu menjauhi jenis sumber sodium tinggi ini. Jenis makanan yang rendah sodium, antara lain, buah dan sayur-mayur segar, daging dan unggas segar, jenis cereals dan gandum yang dimasak.
Di kawasan Uni Eropa sekarang ini ada ketentuan labelisasi produk untuk beberapa jenis makanan yang tinggi sodium, agar konsumen tidak terjebak mengonsumsinya secara berlebihan. Di antaranya, aneka jenis saus, ikan yang sudah diproses, roti, sup, bumbu bergaram (MSG), dan sekarang termasuk juga semua jenis makanan bayi (dulu garam dapur bukan tergolong bahan tambahan dalam makanan atau food additive).
Bukan cuma darah tinggi, orang yang mengidap penyakit jantung dan tungkainya bengkak, perlu membatasi asupan sodium juga. Begitu juga jika mengidap penyakit ginjal, keracunan kehamilan (toxemia gravidarum), dan gangguan hati. Termasuk mereka yang sedang menjalani terapi dengan obat golongan corticosteroid (pasien asam kena penyakit autoimmune, kulit, ginjal nephritic syndrome).
Selain itu, banyak gangguan yang meninggikan kadar sodium dalam darah (hypernatremia), seperti pada penyakit diabetes insipidus (kencing terus), gagal ginjal menahun, kelebihan zat kapur (hypercalcemia), atau kekurangan kalium (hypokalemia), termasuk jika tubuh kehilangan cairan seperti pada banyak berkeringat, diare, dan penyakit kurang minum (gangguan rasa haus). Dan tentu banyak makan garam, tanpa dibarengi kecukupan minum.
Namun, jika pantang garam kelewat ketat bisa berbahaya juga. Kekurangan sodium dan chlor secara drastis bisa menjadi beban lain bagi ginjal, dengan gejala pembengkakan (oedema) juga. Kaki bengkak lantaran penyakit jantung, hati, atau ginjal, berbeda dengan bengkak sebab kekurangan sodium. Yang pantang sodium dibagi menjadi pantang ketat, cukup 500 gram sodium setara dengan 1,5 gram garam dapur, pantang sedang 800 gram (2 gram), dan pantang ringan 2.000 gram (5 gram)
Garam dapur betul enak di lidah, tapi bikin badan rusak jika berlebihan. Memang pantas kalau jadi garam dunia, tapi berapa sebetulnya tubuh membutuhkan garam? Siapa saja yang perlu pantang garam?
Dalam hal mengonsumsi garam, tirulah orang Eskimo, warga Dayak atau Indian Inca. Mereka nyaris tidak makan garam, tapi tetap bisa hidup. Menu mereka cenderung hambar, namun tidak ada yang kurang dalam kelangsungan kerja mesin tubuhnya. Dan memang seperti itulah yang sesungguhnya tubuh kita butuhkan. Maka jangan sering masuk restoran Cina atau India kalau lagi pantang garam. Menu asin terbentuk lebih karena budaya orang urban manakala rasa enak garam dapur orang temukan.
Budaya doyan garam begini yang tanpa disadari telah merongrong ginjal orang-orang di dunia untuk bekerja lebih keras membuang kelebihan natrium (sodium) dari garam yang ditelan setiap hari. Padahal, tubuh tidak memerlukan garam sebanyak kebiasaan budaya makan kita. Kita rata-rata menelan lima-enam kali lipat kebutuhan garam tubuh dari menu harian.
Garam dikenal identik dengan penyakit darah tinggi. Itu sebab bukan cuma orang gedongan yang bisa kena darah tinggi, jika masih banyak rakyat kecil yang menu hariannya lagi-lagi ikan asin.
Kabupaten Bogor konon menghabiskan puluhan ton ikan asin sehari. Pada saat yang sama kita mudah menghitung banyaknya kasus warga desa yang darah tinggi. Bisa jadi gara-gara konsumsi garam yang berlebihan dari ikan asin sejak usia kanak-kanak. Memang betul enak punya istri orang Sunda.
Katanya dilepas di kebun saja sudah bisa hidup, sebab menunya lalap dan sambal doang. Namun, kalau tambahan lauknya adanya cuma ikan asin, istri tersayang bisa sekonyong-konyong berubah menjadi istri malang, sebab baru kimpoi tiga tahun saja sudah galak dan doyan mengomel. Ikan asin bikin istri darah tinggi.
Garam Tersembunyi
Dalam garam dapur terkandung unsur sodium dan chlor (NaCl). Unsur sodium penting untuk mengatur keseimbangan cairan di dalam tubuh, selain bertugas dalam transmisi saraf dan kerja otot. Kita boleh tidak makan garam, asal ada sodium dalam menu harian. Banyak menu harian yang menyimpan sodium dan itu sudah bisa mencukupi kebutuhan tubuh.
Namun, oleh karena sodium yang secara alami terkandung dalam bahan makanan tidak berikatan dengan chlor, tak memberi cita rasa asin pada lidah kita. Itu berarti, kendati menu yang kita konsumsi tanpa garam atau tak bercita rasa asin, tidak bermakna tubuh tak memperoleh kecukupan sodium.
Walau tidak terasa asin, daging sapi, sarden, keju, roti jagung, dan keripik kentang kaya unsur sodium. Demikian pula kebanyakan menu harian orang Eskimo, Dayak dan Indian yang tidak asin namun tubuh tidak kekurangan sodium.
Jadi sebetulnya lidah kitalah yang sudah dirusak oleh budaya makan asin, sehingga cenderung salah memilih menu yang sesuai dengan yang tubuh butuhkan. Dan rasa asin memang meningkatkan cita rasa menu alami. Garam di meja makan kita bukti tradisi bahwa tuntutan lidah orang modern cenderung merasa menunya kurang asin.. Kurang dari Tujuh Gram Tubuh membutuhkan kurang dari tujuh gram garam dapur sehari atau setara dengan 3.000 mg sodium.
Kebanyakan menu harian kita memberi berlipat-lipat kali lebih banyak dari itu. Selain meninggikan tekanan darah, kerja ginjal jadi jauh lebih berat untuk membuangnya. Jika sangat berlebihan bisa bikin pikiran kacau dan jatuh koma. Satu sendok teh garam dapur berisi 2.000 mg sodium. Sodium yang terkandung dalam setiap menu modern rata-rata sekitar 500 mg. Pada takaran itu ginjal sudah perlu lembur untuk tetapmempertahankan keseimbangan cairan dan asam-basa agar mesin tubuh tak kacau dari penyakit akibat kelebihan sodium tidak sampai muncul.
Jenis makanan yang banyak mengandung sodium, antara lain, soda kue, bubuksoda sebagal pengawet, obat pencahar (laxative), menu yang dipanggang, keju, makanan kaleng dan laut (seafood), serta padi-padian (cereals). Bagi yang pantang garam, juga perlu menjauhi jenis sumber sodium tinggi ini. Jenis makanan yang rendah sodium, antara lain, buah dan sayur-mayur segar, daging dan unggas segar, jenis cereals dan gandum yang dimasak.
Di kawasan Uni Eropa sekarang ini ada ketentuan labelisasi produk untuk beberapa jenis makanan yang tinggi sodium, agar konsumen tidak terjebak mengonsumsinya secara berlebihan. Di antaranya, aneka jenis saus, ikan yang sudah diproses, roti, sup, bumbu bergaram (MSG), dan sekarang termasuk juga semua jenis makanan bayi (dulu garam dapur bukan tergolong bahan tambahan dalam makanan atau food additive).
Bukan cuma darah tinggi, orang yang mengidap penyakit jantung dan tungkainya bengkak, perlu membatasi asupan sodium juga. Begitu juga jika mengidap penyakit ginjal, keracunan kehamilan (toxemia gravidarum), dan gangguan hati. Termasuk mereka yang sedang menjalani terapi dengan obat golongan corticosteroid (pasien asam kena penyakit autoimmune, kulit, ginjal nephritic syndrome).
Selain itu, banyak gangguan yang meninggikan kadar sodium dalam darah (hypernatremia), seperti pada penyakit diabetes insipidus (kencing terus), gagal ginjal menahun, kelebihan zat kapur (hypercalcemia), atau kekurangan kalium (hypokalemia), termasuk jika tubuh kehilangan cairan seperti pada banyak berkeringat, diare, dan penyakit kurang minum (gangguan rasa haus). Dan tentu banyak makan garam, tanpa dibarengi kecukupan minum.
Namun, jika pantang garam kelewat ketat bisa berbahaya juga. Kekurangan sodium dan chlor secara drastis bisa menjadi beban lain bagi ginjal, dengan gejala pembengkakan (oedema) juga. Kaki bengkak lantaran penyakit jantung, hati, atau ginjal, berbeda dengan bengkak sebab kekurangan sodium. Yang pantang sodium dibagi menjadi pantang ketat, cukup 500 gram sodium setara dengan 1,5 gram garam dapur, pantang sedang 800 gram (2 gram), dan pantang ringan 2.000 gram (5 gram)
Spoiler for sumber:
0
2.5K
Kutip
28
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan