- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
akhirnya nih orang harus ane bawa ke Kaskus! supaya bisa tercerahkan
TS
frutablend
akhirnya nih orang harus ane bawa ke Kaskus! supaya bisa tercerahkan
halo agan-agan sekalian, setelah melihat lebih dalam kaskus, ane benar-benar merasa miris..Kaskus tak seperti dulu lagi, informasinya yang di sajikan pun sudah tidak menarik lagi.
tapi itu bukanlah suatu protes dari Ane.
DAN ORANG INI ADALAH SEORANG SARJANA DARI NEGARA YANG KAYA, DAN MEMILIH KEHIDUPAN SENDIRI. ini merupakan Lifecalling baginya.
bagaimana pun juga harus ada orang yang bisa membantu untuk mencerahkan kita para kaskuser sejati, tanpa harus melihat suku, agama, ras dll.
Trit ini ane buat untuk mencerahkan agan-agan sekalian semoga saja bisa bermanfaat dan gan-agan yang lain bisa menambah trit yang bermanfaat bagi kaskus
Spoiler for nih orang nya:
Quote:
Ajahn Brahmavamso (yang dikenal akrab sebagai Ajahn Brahm) dilahirkan dengan nama Peter Betts di London, 7 Agustus 1951.
Ia berasal dari latar keluarga buruh. Ia mendapatkan beasiswa untuk belajar Fisika Teori di Cambridge, ia mengajar di SMU selama satu tahun sebelum pergi ke Thailand untuk menjadi Biksu dan berlatih di bawah bimbingan Ajahn Chah selama Sembilan tahun.
Dalam tahun-tahunnya sebagai biksu junior, ia diminta untuk menghimpun panduan mengenai aturan disiplin monastic Buddhis dalam bahasa Inggris yang kemudian menjadi dasar bagi aturan disiplin di banyak wihara tradisi Therawada di Negara-negara Barat.
Ajahn Brahm kemudian diundang untuk datang ke Perth, Australia, oleh Buddhist Society of Western Australia untuk membantu Ajahn Jagaro membabar dan mengajar. Awalnya mereka berdua tinggal di sebuah rumah tua di pinggiran Perth bagian Utara namun pada akhir tahun 1983 mereka membeli tanah desa dan berhutan seluas 39 hektar di perbukitan Serpentine, Selatan Perth. Lahan ini kemudian menjadi wihara Bodhinyana (dinamai mengikut nama guru mereka Ajahn Chah Bodhinyana). Bodhinyana kelak akan menjadi wihara tetap pertama di Belahan Bumi Selatan dan saat ini adalah komunitas terbesar biksu Therawada di Australia. Pada awalnya, tidak ada bangunan di tanah itu, dan karena hanya ada sedikit sekali umat Buddha di Perth pada saat itu,dengan sedikit dana, para Biksu mulai mengerjakan pembangunan sendiri untuk menghemat uang.
Jadi Ajahn Brahm belajar perpipaan dan memasang batu bata, serta membangun sendiri banyak bangunan yang masih ada hingga kini.
Pada tahun 1994, Ajahn Jagaro mengambil cuti monastik dari Australia Barat dan lepas jubah setahun kemudian. Hal ini seketika membuat Ajahn Brahm mengambil alih posisi kepemimpinan. Meski awalnya enggan, Ajahn Brahm menjalani peran ini dengan penuh keberanian dan semangat, dan segera diundang untuk membagikan ajarannya yang janaka dan menginspirasi di berbagai bagian lain Australia dan Asia Tenggara.
Ia pernah menjadi pembicara di International Buddhist Summit di Phnom Penh tahun 2002, lalu di empat Buddhism Global Conference. Ia adalah ketua konferensi pada Buddhism Global Conference IV, yang diadakan di Perth, pada Juni 2006. Namun prestasi tersebut tidak menghentikannya untuk mendedikasikan waktu dan perhatiannya bagi mereka yang sakit dan sekarat, bagi mereka dalam penjara atau sakit kanker, bagi orang-orang yang ingin balajar meditasi, dan tentu saja bagi persamuhan biksunya.
Saat ini Ajahn Brahm adalah Biksu Kepala Wihara Bodhinyana di Serpentine, Direktur Spiritual Buddhist Society of Western Australia, Penasihat Spiritual Buddhist Society of Victoria, Penasihat Spiritual Buddhist Society of South Australia, Pelindung Spiritual Buddhist Fellowship di Singpore, dan kini bekerja sama dengan biksu dan biksuni dari semua Buddhis untuk mendirikan Australian Sangha Association.
Pada bulan Oktober 2004, Ajahn Brahm dianugerahi Medali John Curtin atas visi, kepemimpinan, dan pelayanannya bagi masyarakat Australia oleh Curtin University.
beliau merupan penulis buku si cacing dan kotorang kesayangannya. dan juga ada beberapa buku yang lain.
Spoiler for for Pencerahannya:
Hidup bersama orang sulit
Quote:
Beberapa orang bertanya kepada saya, bagaimana cara menangani orang-orang sulit. Di lingkungan kerja kadang kita bertemu dengan orang-orang semacam ini.
Pertama-tama, terapkan bahwa; kita tidak akan pernah bisa lolos dari orang sulit. Orang sulit adalah bagian dari hidup. Bahkan sekalipun saya meninggalkan dunia keduniawian untuk menjadi biksu, saya pikir akan hidup bersama orang-orang tercerahkan, namun sayangnya tidak semua biksu adalah orang yang tercerahkan. Sebagian biksu tidak langsung tercerahkan dan sebagian sangat sulit di ajak hidup bersama.
Kenyataannya, sebagai biksu sepuh, saya sering mendapat surat permintaan untuk menampung biksu dari wihara lain yang mengatakan “kami punya biksu ini…” dan jika mereka menulis “ia menyenangi kesunyian", itu sesungguhnya sandi untuk mengatakan bahwa biksu itu tidak bisa akur dengan siapa pun, atau “ia pekerja yang sangat baik”, artinya ia tidak bisa bermeditasi sekalipun terancam maut, atau “ia sangat instrospektif dan kontemplatif”, yang berarti ia mencari-cari kesalahan orang dan mengatakan kepada yang lain.
Jadi biasanya jika mereka bilang bahwa mereka ingin mengirimi biksu dari wihara lain, kami menelpon biksu yang bukan kepala wihara itu, melainkan biksu lainnya untuk mencari tahu orang macam apa yang mereka kirimkan untuk memastikan orang itu tidak bakal menjadi pembuat onar. Jika, entah bagaimana, pembuat onar datang ke bisnis Anda, keluarga Anda, atau Anda jadi guru mereka, atau mereka muncul begitu saja dalam hidup begitu saja dalam hidup Anda, apa yang bisa Anda lakukan? Ini adalah masalah yang setiap dari kita harus hadapi dari waktu ke waktu: berurusan dengan orang sulit.
Bagimana kita menangani hal ini? Nomor satu: terimalah orang sulit adalah bagian dari hidup. Alih-alih menjadi galau sendiri, “Aku tidak menginginkan hal ini.. ini salah! Mengapa aku harus berurusan dengan ini? Mengapa harus saya?” ketimbang segala macam pemikiran negative yang bikin masalah tambah rumit, kadang kita cukup belajar cara hidup bersama orang sulit.
Ketika saya masih muda, ketika belum banyak buku spiritual terbit, saya ingat akan seorang guru spiritual tua yang istimewa. Ia tinggal di Prancis pada zaman antara perang Dunia 1 dan 2.
Namanya Gurdjieff. Ia adalah seorang pemimpin komunitas spiritual kecil, nah, dalam komunitas itu ada orang pembuat onar-orang yang begitu sulit untuk di ajak tinggal bersama. Semua anggota komunitas itu sering sekali mengeluh kepada guru mereka, “orang ini benar-benar bagaikan duri dalam daging. Dia tidak pernah bersih-bersih, selalu bikin rebut, makan semuanya yuang enak-enak, benar-benar sulit dan egois, dia sama sekali tidak spiritual. Bolehkah kami mengusirnya?” Gurdjieff selalu mengatakan “Tidak. jangan. Belajarlah dari hal ini. Sabarlah, miliki batin yang lebih lapang dan berbelas kasih”.
Setiap orang mengeluhkan orang ini, namun Gurdjieff tidak pernah mengusirnya. Samapi setelah guru besar ini meninggal, ketika mereka menelusuri surat-surat dan berkas miliknya, mereka menemukan buku catatan keuangan komunitas itu. Setiap anggota komunitas itu membayar iuran agar bisa tinggal di sana, namun dalam catatan itu si pembuat onar adalah satu-satunya yang bukan hanya tidak membayar, namun malah mendapat uang dari Gurdjieff! Ternyata dia adalah anggota komunitas yang di bayar Gurdjieff untuk mengusik komunitasnya, membuat orang kesal dan marah, untuk mengajari semua orang bagaimana menjadi lebih toleran.
Sangatlah mudah berdamai dan memiliki cinta kasih kepada orang-orang yang kita sukai. Namun, ujian spritualnya sejatinya adalah jika kita bisa belas kasih dan kedamaian terhadap hah-hal_terutama orang-orang_yang tidak kita sukai. Mudah saja menolerir orang yang sulit? Itu baru perjuangan yang sebenarnya!
Itulah tantangannya. Itulah bagaimana kita bisa belajar dan berkembang. Jika kita belajar memiliki toleransi terhadap orang yang sulit, maka kita juga bisa belajar menolerir berbagai kesulitan dalam hidup seperti penyakit, usia tua, kekecewaan, jatuhnya bursa saham, dan segala kesulitan yang lain. Semua ini karena hidup ini memang sulit.
Singkatnya, cara pertama menangani orang sulit adalah selalu ingat bahwa apapun yang kita lalkukan, betapa pun kita berupaya dan berjuang, orang sulit akan selalu ada dalam hidup kita.
Selamat datang ke dunia! Ini bukan surga Bung!
Sumber ;
Buku berjudul Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 2!
UPDATE BARU!
Spoiler for Pencerahan 2:
Ini pun akan berlalu
Salah satu pengajaran tak ternilai yang dapat membantu mengatasi depresi, adalah juga salah satu yang paling sederhana. Namun pengajaran terlihat sederhana, mudah untuk di salahpahami. Hanya jika kita akhirnya sudah terbebas dari depresi, barulah kita boleh menyatakan diri sudah betul-betul memahami cerita berikut ini.
Seorang narapinada baru merasa ketakutan dan tertekan. Tembok-tembok batu di selnya seperti menyerap habis semua kehangatan jeruji-jeruji besi bagai mencemooh segala belas kasih; suara gelegar baja yang beradu ketika gerbang di tutup, mengunci harapan jauh-jauh. Hatinya terpuruk sedalam hukumannya yang sedemikian lama. Di tembok, di atas kepala tempat tidur lipatnya dia melihatsebuah kalimat yang tergores di sana: INI PUN AKAN BERLALU.
Kalimat itu melecut semangatnya, mungkin demikian juga dengan narapidana lain sebelum dia. Tak peduli betepa beratnya dia akan tetap menatap tulisan itu dan mengingatnya: ini pun akan berlalu. Pada hari ia di bebaskan, dia mengetahui kebenaran dari kata-kata ituwaktunya telah terpenuhi; penjara pun berlalu.
Ketika dia menjalani kembali kehidupan normalnya, dia sering merenungi pesan itu, menulisnya di secarik kertas untukdi taruh di samping tempat tidurnya, di mobil, dan di tempat kerja. Bahkan saat dia mengalami hal-hal yang buruk, dia tak akan menjadi depresi. Dengan mudah dia akan mengingat, “ini pun akan berlalu”, dan terus berjuang. Saat-saat yang buruk pun tidak memerlukan waktu yang lama untuk berlalu. Lalu ketika saat-saat yang menyenangkan itu. Saat-saat yang indah biasanya juga tak akan bertahan lama-lama.
Bahkan ketika dia menderita kaknker, “ini pun akan berlalu” telah memberinya pengaharapan memberinya kekuatan dan sikap p[ositif yang mengalakan penyakitnya. Suatu hari, dokter spesialis memastikan bahwa “kanker pun telah berlalu”.
Pada hari-hari terakhirnya, di atas ranjang kematian, dia membisikan kepada orang-orang yang dicintainya, “ini pun akan berlalu”, dan dengan enteng dia meninggalkan dunia ini. Kata-katanya adalah pemberian cinta terakhir bagi keluarga dan teman-temannya. Mereka belajar darinya bahwa “ kesedihan pun akan berlalu”.
Depresi adalah sebuah penjara yang sering di alami oleh kita-kita ini. “ini pun akan berlalu” membantu melecut semangat kita; juga menghindarkan salah satu penyebab depresi hebat, yaitu tidak mensyukuri saat-saat bahagia.
Sumber :
Dari buku Si Cacing Dan Kotoran Kesayangannya, hal 117
Quote:
Salah satu pengajaran tak ternilai yang dapat membantu mengatasi depresi, adalah juga salah satu yang paling sederhana. Namun pengajaran terlihat sederhana, mudah untuk di salahpahami. Hanya jika kita akhirnya sudah terbebas dari depresi, barulah kita boleh menyatakan diri sudah betul-betul memahami cerita berikut ini.
Seorang narapinada baru merasa ketakutan dan tertekan. Tembok-tembok batu di selnya seperti menyerap habis semua kehangatan jeruji-jeruji besi bagai mencemooh segala belas kasih; suara gelegar baja yang beradu ketika gerbang di tutup, mengunci harapan jauh-jauh. Hatinya terpuruk sedalam hukumannya yang sedemikian lama. Di tembok, di atas kepala tempat tidur lipatnya dia melihatsebuah kalimat yang tergores di sana: INI PUN AKAN BERLALU.
Kalimat itu melecut semangatnya, mungkin demikian juga dengan narapidana lain sebelum dia. Tak peduli betepa beratnya dia akan tetap menatap tulisan itu dan mengingatnya: ini pun akan berlalu. Pada hari ia di bebaskan, dia mengetahui kebenaran dari kata-kata ituwaktunya telah terpenuhi; penjara pun berlalu.
Ketika dia menjalani kembali kehidupan normalnya, dia sering merenungi pesan itu, menulisnya di secarik kertas untukdi taruh di samping tempat tidurnya, di mobil, dan di tempat kerja. Bahkan saat dia mengalami hal-hal yang buruk, dia tak akan menjadi depresi. Dengan mudah dia akan mengingat, “ini pun akan berlalu”, dan terus berjuang. Saat-saat yang buruk pun tidak memerlukan waktu yang lama untuk berlalu. Lalu ketika saat-saat yang menyenangkan itu. Saat-saat yang indah biasanya juga tak akan bertahan lama-lama.
Bahkan ketika dia menderita kaknker, “ini pun akan berlalu” telah memberinya pengaharapan memberinya kekuatan dan sikap p[ositif yang mengalakan penyakitnya. Suatu hari, dokter spesialis memastikan bahwa “kanker pun telah berlalu”.
Pada hari-hari terakhirnya, di atas ranjang kematian, dia membisikan kepada orang-orang yang dicintainya, “ini pun akan berlalu”, dan dengan enteng dia meninggalkan dunia ini. Kata-katanya adalah pemberian cinta terakhir bagi keluarga dan teman-temannya. Mereka belajar darinya bahwa “ kesedihan pun akan berlalu”.
Depresi adalah sebuah penjara yang sering di alami oleh kita-kita ini. “ini pun akan berlalu” membantu melecut semangat kita; juga menghindarkan salah satu penyebab depresi hebat, yaitu tidak mensyukuri saat-saat bahagia.
Sumber :
Dari buku Si Cacing Dan Kotoran Kesayangannya, hal 117
update baru lagi..
Spoiler for Pencarahan 3:
Rinzai Santai
Quote:
Dalam meditasi, Anda harus memiliki kewelasan terhadap diri sendiri. lembutlah pada diri sendiri.
Ada kisah Zen kuno mengenai biksu yang bernama Rinzai. Ia sedang berada di balairung meditasi di sebuah biara yang sangat displin, dalam tradisi Zen di mana para biksu suka memukul murid yang mengantuk atau tertidur. Nah, gurunya yang sangar, suatu hari datang ke balairung meditasi pagi-pagi sekali.
Rinzai, biksu hebat ini, terkantuk-kantuk hingga terlelap. Badannya menjuntai ke depan; ia sudah tertidur, ia tidak akan berusaha menegakan badannya. Ia pasti akan di pukul oleh guru besar ini.
Biksu yang duduk di sampingnya, karena kasihan, menyikut Rinzai, “Hei guru besar datang! Cepat bangun atau kamu akan di pukul!”
Rinzai membuka satu matanya, melihat ke guru besarnya yang datang, “Oh, Cuma guru…,” lalu ia melanjutkan tidurnya hingga mengorok.
Guru itu meledak dalam kemurkaan. Ia berriak dan berkata, “kalian para biksu tolol! Semuanya dungu! Hanya ada satu biksu yang bagus di retret ini. Dia adalah Rinzai. Hanya dia yang tahu bagaimana melepas dan tahu soal kewelasan, bukan seperti kalian yang sok menegakan badan, wahai kalian para biksu egosis dan tolol!”
Saya suka kisah ini sebab ini menunjukan betapa mendalamnya ego itu terpatri dalam batin kita. Hanya Rizai yang melepas ego, biksu lainnya begitu tegang dan takut.
Kisah lainnya berasal dari Buddha sendiri. suatu hari, Buddha sedang tidur pada siang hari. Kemudian makhluk bernama Marah ini datang dan berseru kepada Buddha, “Nah, saya sudah menangkap basah kamu! Kamu bukan biksu sejati. Kamu malas. Semua orang harus bekerja keras untuk member kamu makan! Mereka tidak tidur di siang bolong begini, wahai biksu malas! Mengapa kamu melakukan ini?”
Buddha menjawab “Aku berbaring demi kebagiaan dan kesejahteraan semua makhluk hidup.”
Saya pikir itu jawaban yang luar bisa hebat. Jadi kapan pun saya tidur siang dan ada yang berkata “ apa yang sedang Anda lakukan ,Ajahn Brahm? Anda seharusnya mengerjakan sesuatu. Harus tulis e-mail yang harus di balas, mengajar orang, melayani konsultasi, menulis buku. Pokoknya harus melakukan sesuatu!” saya tinggal menjawab, “ saya tidur siang demi kebahagiaan dan kesejahteraan semua makhluk hidup”.” Ha-ha-ha.
Sebab, bukankah sebenarnya Anda juga butuh untuk rileks? Ingat orang lain harus menanggung beban berurusan dengan Anda pula. Jadi ketika Anda punya waktu untuk istirahat, lakukanlah relaksasi, tidur sejenak, bukankah itu akan menguntungkan orang lain pula? Sebab ketika Anda benar-benar lelah, Anda tegang, Anda secara fisik lelah dan murung, itulah sebabnya orang-orang jadi kesal dan marah.
Salah satu penyebab utama mengapa orang-orang marah adalah karena mereka lelah. Sungguh-sungguh lelah. Mereka tidak memperbolehkan diri mereka istirahat atau santai sejenak. Dan jika Anda bisa menciduk semau orang marah di dunia ini dan menaruh mereka di sebuah resor wisata bintang lima, lalu membuat mereka istirahat, ketika mereka keluar, saya yakin mereka akan menjadi orang yang jauh lebih baik. mereka tidak akan begitu marah lagi.
Jadi, jika Anda memiliki bos yang galak seperti dari neraka, kumpulkan sumbangan di kantor, lalu kirimkan bos galak itu ke pantai wisata selama beberapa hari. Ketika ia kembali, “Oh, kalian semua sungguh orang-orang kantor yang baik dan mengagumkan. Kalian mau naik pangkat? Kalian mau naik gaji?”
Sumber : Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 3! (Ajahn Brahm)
UPDATE LAGI..
Spoiler for pencerahan 4:
Dua jenis cinta dalam meditasi
Code:
[img]http://s.kaskus.id/images/2014/05/10/5704861_20140510055050.jpg[/img]
Kita menggunakan kata “cinta” dalam begitu banyak cara yang berbeda, namun ada dua jenis cinta yang mendasar:
(1) Cinta yang mengendalikan, posesif, dan melekat
(2) Cinta yang membebaskan dan memerdekakan
Cinta sejati harusnya membebaskan dan memerdekakan, namun begitu sering kita menggunakan kata itu dalam makna yang betul-betul berlawanan. Seperti saat kita mengatakan bahwa kita mencintai makanan, atau mencintai anak kita, namun itu bukanlah cinta sejati cinta sejati. Kita menggunakan cara yang benar-benar tidak sesuai. Apa yang sesunggunya kita katakana adalah kita mengendalikannya, kita melekat, kita hendak memiliki hidup mereka. itu tak ada hubungannya dengan makna cinta sejati.
Saat Anda mengendalikan, melekat, atau memilki, Anda tidak bersikap baik terhadap diri Anda sendiri maupun orang lain. Mengendalikan, melekati dan memliki bukanlah hal yang mendukung bagi kehidupan siapapun. Anda hanya akan menciptakan lebih banyak duka. Anda bisa melihat sendiri kenyataan ini dalam hidup.
Sama seperti bagaimana kita bisa mencintai anak kanduung, pasangan, sanak saudara, dan sahabat kita dengan cara kelekatan; kita bisa juga mencintai mereka dengan cara kebebasan. Sama pula, Anda mencintai obyek meditasi Anda dengan nafsu, obsesi, memiliki atau dengan kebesana dan pembebasan. Ketika Anda mengamati napas Anda, “Napas, pintu ahtiku selalu terbuka uuntukmu, tak peduli apa yang kau lakukan. Meskipun kau menghilang dan batin mengembara entah ke mana, ke dalam fantasi mimpi, atau terlelap, wahai batin, pimtu hatiku selalu terbuka untukmu meskipun engkau melakukannya. Aku akan menjadi sahabatmu, tanpa syarat, tak peduli apa yang terjadi dalam meditasi ini. “begitulah cara mempraktikan cinta kasih dengan meditasi Anda.
Apakah Anda sudah melakukan jenis meditasi cinta kasih yang ini?
Atau selama ini Anda melakukan kebalikan dari itu, yakni jenis yang mengendalikan, yang bernafsu ,“ ayolah batin!Berapa kali aku harus memberitahu kamu! Perhatikan napas! Ayolah kamu bisa! Kamu adalah batinku! Kamu adalah napasku, patuhlah!”
Jangan mengintruksi pemjaga gerbang batin Anda dengan cara seperti itu. ini lebih seperti menaruh perwira satuan NAZI ke dalam penyadaran Anda. Lalu, Anda menaruh diri Anda kamp konsentrasi jika batin Anda mengembara meskipun sedetik saja. namun dengan cinta kasih, kita yang melakukan sebaliknya.
Sama seperti sebagian dari Anda memberitahu anak-anak Anda, “Putraku, Putriku, berlakulah yang pantas! Ayo! Lakukan yang benar!” Apakah itu benar-benar cinta? Atau sekadar lebih banyak lagi mengendalikan, memiliki, atau bahkan membenci? Anda memahami makna cinta saat Anda memahami bahwa cinta itu memberi Anda kebebasan.
sumber :Si cacing dan kotoran kesayangannya 3!
hal :228
Spoiler for Pesan:
Jika Ane ada luang waktu ane akan terus meng-upgrade cerita ini terus.
semoga bermanfaat ya gan.
dan untuk trit ini tidak mengharuskan untuk memberikan cendol atau apapun. Semuanya terserah agan-agan sekalian.
Diubah oleh frutablend 10-05-2014 10:52
0
3.3K
Kutip
20
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan