- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Gadis Malam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango


TS
aimdrimer
Gadis Malam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
cerita berikut merupakan pengantar tidur di malam jumat yang sepi ini. orang bilang no pic=hoax. menurut saya juga gitu sih. tapi yang ini kisah nyata beberapa tahun silam. potonya udah ilang kebawa tukang komputer.
monggo disimak.
semoga ada hikmah yang bisa diambil. semoga malam jumat agan menyenangkan... amin
no pic=gak seru
monggo disimak.
Spoiler for PART 1:
Di suatu malam yang indah aku melihat kuntilanak depan pintu. Rambutnya hitam terurai bak model sampo. Ia terbang seketika masuk ke pohon. Tersungging senyuman di bibirku. Ak jadi teringat kisah 5 tahun silam.
Target saat itu adalah membawa anak SMA kelas 1 yang masih unyu untuk melakukan Fun Hiking ke Gunung Gede Pangrango.. Aku mencoba mengingat jumlah tim saat itu namun gagal. Kala itu TNGP mengeluarkan aturan wajib membawa Guide dari pihak TNGP jika ingin melakukan pendakian. Walau tak beberapa lama kemudian kawan kawan Mapala demo dan akhirnya aturan itu dicabut namun aku masih sempat merasakan.
Minimal usia pendaki adalah 17 tahun, maka dari itu KTP harus dipalsukan. Bermodal mengumpulkan KTP beberapa kawan seangkatan, anak anak kelas 1 itu hanya tinggal mengumpulkan pas foto. Fotokopi KTP asli, tempelkan pas Foto, fotokopi lagi dan KTP bajakan siap dikirimkan.
Kami berangkat dari sekolah tercinta dengan menggunakan kereta listrik menuju bogor. Dari bogor kami biasa menyewa angkot. Cari wajah paling unyu di kumpulan wanita yang ikut, tugaskan dia mencari angkot. Rayu dan rayu. Maka 140rb bisa sampe Gunung Putri(2009).
Saat tiba di gunung Putri. Kami makan bakso dulu. Setelah kenyang langsung menuju kantor TNGP. Disana kami mengurus izin pendakian, sebelumnya sudah diurus via telp ke Pak Usep. Begitu disana hanya tinggal setor uang pendakian, KTP, dan biaya Guide. Simaksi didapat keril diangkat. Nama pak Usep sendiri masih bisa dicari di gugel jika berminat.
Sore itu kami berangkat. Biasanya butuh waktu 3,5 untuk tiba di Surya Kencana. Padang edelweis yang berada 1 jam dari puncak Gede. Berhubung yang dibawa adalah pendaki pemula yang belum terlatih fisiknya maka pendakian ngaret hingga baru tengah malam kami tiba di surken.
Di awal perjalanan aku berada di depan berdua dengan Guide, rombongan mengikuti di belakang. Di tengah perjalanan kawan yang awalnya kutugaskan menjadi sweaper paling belakang memanggilku. “capek di belakang, brenti mulu. Gantian lah gua depan”, katanya. Yasudah aku pun pindah di belakang.
Tak lama setelah itu, di tanjakan yang lumayan curam kereta kembali tugidaggidug dan mogok. Aku yang paling belakang langsung mencari formasi tanah yang mirip kursi. Langsung kududuki menghadap belakang. Kulihat 6 ekor kunang kunang. Waarnanya merah menyala. Kuarahkan senterku kesana. Ternyata kunang kunang itu menempel di 3 sosok manusia berselimut kain putih dengan ikatan cantik diatasnya. 6 kunang kunang itu rupanya 3 pasang mata.
“Jalan lagi yuk, udah kelamaan istirahatnya”,
“belum semenit kali kak”
“udah, ini udah kelamaan, ayo jalan”
Target saat itu adalah membawa anak SMA kelas 1 yang masih unyu untuk melakukan Fun Hiking ke Gunung Gede Pangrango.. Aku mencoba mengingat jumlah tim saat itu namun gagal. Kala itu TNGP mengeluarkan aturan wajib membawa Guide dari pihak TNGP jika ingin melakukan pendakian. Walau tak beberapa lama kemudian kawan kawan Mapala demo dan akhirnya aturan itu dicabut namun aku masih sempat merasakan.
Minimal usia pendaki adalah 17 tahun, maka dari itu KTP harus dipalsukan. Bermodal mengumpulkan KTP beberapa kawan seangkatan, anak anak kelas 1 itu hanya tinggal mengumpulkan pas foto. Fotokopi KTP asli, tempelkan pas Foto, fotokopi lagi dan KTP bajakan siap dikirimkan.
Kami berangkat dari sekolah tercinta dengan menggunakan kereta listrik menuju bogor. Dari bogor kami biasa menyewa angkot. Cari wajah paling unyu di kumpulan wanita yang ikut, tugaskan dia mencari angkot. Rayu dan rayu. Maka 140rb bisa sampe Gunung Putri(2009).
Saat tiba di gunung Putri. Kami makan bakso dulu. Setelah kenyang langsung menuju kantor TNGP. Disana kami mengurus izin pendakian, sebelumnya sudah diurus via telp ke Pak Usep. Begitu disana hanya tinggal setor uang pendakian, KTP, dan biaya Guide. Simaksi didapat keril diangkat. Nama pak Usep sendiri masih bisa dicari di gugel jika berminat.
Sore itu kami berangkat. Biasanya butuh waktu 3,5 untuk tiba di Surya Kencana. Padang edelweis yang berada 1 jam dari puncak Gede. Berhubung yang dibawa adalah pendaki pemula yang belum terlatih fisiknya maka pendakian ngaret hingga baru tengah malam kami tiba di surken.
Di awal perjalanan aku berada di depan berdua dengan Guide, rombongan mengikuti di belakang. Di tengah perjalanan kawan yang awalnya kutugaskan menjadi sweaper paling belakang memanggilku. “capek di belakang, brenti mulu. Gantian lah gua depan”, katanya. Yasudah aku pun pindah di belakang.
Tak lama setelah itu, di tanjakan yang lumayan curam kereta kembali tugidaggidug dan mogok. Aku yang paling belakang langsung mencari formasi tanah yang mirip kursi. Langsung kududuki menghadap belakang. Kulihat 6 ekor kunang kunang. Waarnanya merah menyala. Kuarahkan senterku kesana. Ternyata kunang kunang itu menempel di 3 sosok manusia berselimut kain putih dengan ikatan cantik diatasnya. 6 kunang kunang itu rupanya 3 pasang mata.
“Jalan lagi yuk, udah kelamaan istirahatnya”,
“belum semenit kali kak”
“udah, ini udah kelamaan, ayo jalan”
Spoiler for PART 2:
Kereta kembali berangkat hingga akhirnya tiba di surken. Masang tenda, nikmati bintang yang indah, lalu tidur. Malam itu sangat sangat dingin. Badan sulit digerakkan. Namun si Guide tidur di semak menggunakan sleeping bag dan 2 trashbag untuk menutupi kaki dan badannya. Setelah dipakai bentuknya persis tumpukan sampah.
Pagi pun tiba. Sarapan. Packing. Mengumpulkan sampah sampah lalu packing, dan berangkat. Sekitar 2 jam kami akhirnya tiba di puncak gede. Foto foto dan langsung pulang lewat jalur Cibodas. Pendakian berjalan alot. Terutama saat di tanjakan syaiton yang terkenal suram dan ingin berkata “setan ini tanjakan”. Walau lambat kami akhirnya selamat. Hari masih sore saat aku menapakkan kaki di Kandang Badak.
Saat itu kami istirahat dulu. Masak mi, makan, pipis dan e’e seadanya. Aku jadi leader. Dalam tim ada salah satu wanita yang memiliki penyakit unik sehingga badannya sudah sangat lemas, namun mentalnya sangat kuat. Beberapa pria kuanggap kalah darinya. Walau seperti zombie namun dia tetap berjalan tak berhenti dengan kerir di pundaknya.
Sumber air panas ada depan mata. Aku paling depan. Tidak ada kabut sama sekali. Pandangan jelas. Genderang perang mulai ditabuh saat aku menginjakan kaki di air. Mendadak kabut tebal naik. Dalam hitungan detik setelah kakiku menyentuh air panas, kabut extra tebal naik dengan cepat depan mataku. Pandangan seketika berubah drastis. Seingatku saat itu jarak pandang hanya 1 meter.
Untuk berjaga jaga aku diam di tengah jalur air panas ini. Kusebrangkan dan kuhitung total rombongan. Walau tidak mungkin, aku khawatir ada yang hilang ditelan kabut.
Saat asik main sebrang sebrangan tiba tiba
“kak. Mau dong kue jahenya!!”
“Kue apaan?”
“jangan boong kak, laper nih. Ini kan bau kue jahe. “
“suer gak ada”
Main sebrang sebrangan dilanjut, kang guide sudah menunggu dan berjaga di ujung jalur air panas. Setelah lengkap kereta berangkat.
Sejak sumber air panas tadi, aku jadi tersangka penyembunyi kue jahe. 1 rombongan mengaku mencium bau kue jahe. Hanya aku yang tidak mencium. Kami terus berjalan dan berjalan terus. 4 jam sudah berlalu.
Om Guide menghampiri dan berkata
“panyangcangan ilang nih, saya belum pernah lewat jalur kaya gini. Mau maju terus apa istirahat dulu”
“maju aja kang”
Itu bukan kali pertama aku ke gunung gede. Namun itu adalah kali pertama aku liat jalur mau ke panyangcangan yang bentuknya begitu. Rasanya aneh, kok jauh…
“harusnya kita udah sampe. Tapi kenapa belum ya?” guide itu kembali mengejak interaksi.
Skitar pukul 8 malam akhirnya kami tiba di panyangcangan. Perjalanan yang sangat melelahkan. Bau kue jahe menghilang. Istirahat lumayan lama di pos itu. Saat itu hanya ada tim kami disana. Pikiran ku melayang ke memori 1 tahun sebelum hari itu. Saat itu aku ditugasi mencek air terjun cibeurem seorang diri pada pukul 11 malam. Yap, di pos itu aku menerima instruksi. Aku jadi teringat bagaimana rasa ingin nangis saat jalan sendiri di tengah hutan jam 11 malam. Rasa ingin nangis timbul saat lewat di sisi sungai dan kulihat ada yang mandi mandi. Dan yang mandi g Cuma 1. Suaranya banyak.
Pagi pun tiba. Sarapan. Packing. Mengumpulkan sampah sampah lalu packing, dan berangkat. Sekitar 2 jam kami akhirnya tiba di puncak gede. Foto foto dan langsung pulang lewat jalur Cibodas. Pendakian berjalan alot. Terutama saat di tanjakan syaiton yang terkenal suram dan ingin berkata “setan ini tanjakan”. Walau lambat kami akhirnya selamat. Hari masih sore saat aku menapakkan kaki di Kandang Badak.
Saat itu kami istirahat dulu. Masak mi, makan, pipis dan e’e seadanya. Aku jadi leader. Dalam tim ada salah satu wanita yang memiliki penyakit unik sehingga badannya sudah sangat lemas, namun mentalnya sangat kuat. Beberapa pria kuanggap kalah darinya. Walau seperti zombie namun dia tetap berjalan tak berhenti dengan kerir di pundaknya.
Sumber air panas ada depan mata. Aku paling depan. Tidak ada kabut sama sekali. Pandangan jelas. Genderang perang mulai ditabuh saat aku menginjakan kaki di air. Mendadak kabut tebal naik. Dalam hitungan detik setelah kakiku menyentuh air panas, kabut extra tebal naik dengan cepat depan mataku. Pandangan seketika berubah drastis. Seingatku saat itu jarak pandang hanya 1 meter.
Untuk berjaga jaga aku diam di tengah jalur air panas ini. Kusebrangkan dan kuhitung total rombongan. Walau tidak mungkin, aku khawatir ada yang hilang ditelan kabut.
Saat asik main sebrang sebrangan tiba tiba
“kak. Mau dong kue jahenya!!”
“Kue apaan?”
“jangan boong kak, laper nih. Ini kan bau kue jahe. “
“suer gak ada”
Main sebrang sebrangan dilanjut, kang guide sudah menunggu dan berjaga di ujung jalur air panas. Setelah lengkap kereta berangkat.
Sejak sumber air panas tadi, aku jadi tersangka penyembunyi kue jahe. 1 rombongan mengaku mencium bau kue jahe. Hanya aku yang tidak mencium. Kami terus berjalan dan berjalan terus. 4 jam sudah berlalu.
Om Guide menghampiri dan berkata
“panyangcangan ilang nih, saya belum pernah lewat jalur kaya gini. Mau maju terus apa istirahat dulu”
“maju aja kang”
Itu bukan kali pertama aku ke gunung gede. Namun itu adalah kali pertama aku liat jalur mau ke panyangcangan yang bentuknya begitu. Rasanya aneh, kok jauh…
“harusnya kita udah sampe. Tapi kenapa belum ya?” guide itu kembali mengejak interaksi.
Skitar pukul 8 malam akhirnya kami tiba di panyangcangan. Perjalanan yang sangat melelahkan. Bau kue jahe menghilang. Istirahat lumayan lama di pos itu. Saat itu hanya ada tim kami disana. Pikiran ku melayang ke memori 1 tahun sebelum hari itu. Saat itu aku ditugasi mencek air terjun cibeurem seorang diri pada pukul 11 malam. Yap, di pos itu aku menerima instruksi. Aku jadi teringat bagaimana rasa ingin nangis saat jalan sendiri di tengah hutan jam 11 malam. Rasa ingin nangis timbul saat lewat di sisi sungai dan kulihat ada yang mandi mandi. Dan yang mandi g Cuma 1. Suaranya banyak.
Spoiler for PART 3:
Lamunanku pecah saat kulihat salah satu kawan yang memang sudah lemas namun masih kuat berdiri dan berjalan. Panyangcangan cibodas hanya berjarak skitar 3 KM. kalau berjalan hanya butuh setengah jam kurang sudah sampai parkiran cibodas.
Bayangan basecamp hangat, kamar mandi , dll membuat aku kembali bersemangat. Perjalanan pulang dari panyangcangan dimulai. Aku kembali jadi paling depan bersama om guide. Setelah melewati jembatan kayu akhirnya kami kembali melalui jalan setapak biasa.
Normlnya dari cibodas hingga panyangcangan hanya diperlukan waktu 5 menit jika naik unta dan 15 menit jika berjalan kaki. Namun ini sudah 30menit dan aku tidak melihat pos pendaftaran. Aku sempat melihat bayangan rumah dari kejauhan. “nah nyampe!” kataku. Segera kukejar bayangan rumah itu namun yang kudapati hanya pohon besar. Bayangan hilang. Sudah 1 jam kami berjalan. Kami lelah dan beristirahat.
Gadis yang sebelumnya kuceritakan memiliki penyakit aneh itu mulai kehilangan control atas tubuhnya. Ia makin mirip mayat hidup. Tinggal mentalnya saja yang menjaganya tetap berdiri. Saat itu kuputuskan membongkar kerirnya dan membagi bebannya ke kawan ku yang juga kawannya.
Cukup beristirahat kamipun berjalan lagi. lagi lagi aku melihat bayangan rumah, kukejar dan rumah itu hilang. 30 menit berjalan kami istirahat lagi. saat istirahat kami pun akhirnya sadar bahwa kami duduk dan istirahat di tempat yang sama dengan sebelumnya. Ada apa ini?
Aku mulai curiga kami dikerjai. Bau kue jahe sesekali masih tercium. Namun tak satu pun gadis malam yang menampakan batang hidungnya. Aku bersyukur atas itu. Kami berangkat lagi. saat itu aku berininsiatif menghitung patok jarak yang disediakan TNGP.
Aku mulai menghitung dari HM 18, 100 meter kemudian aku melihat HM 19, lalu 20, lalu ilang. Lama kami berjalan dan terus berjalan hingga lelah dan kami pun istirahat lagi. istirahatnya masih di tempat yang sama dengan sebelumnya.
Setelah istirahat sewajarnya kami berjalan lagi dan sebuah kejutan untukku ketika kulihat patok bertuliskan HM 18 di sisi kiri jalur. Berarti sugesti 3x istirahat di tempat sama itu bukan ilusi karena lelah semata. Tapi memang ada pihak lain yang menjaili kami. tapi ini bukan acara tipi dan kami harus xtra hati hati.
Kang guide hanya tertawa seadanya. “maju aja yu kang, jangan mau kalah ma setan!”, kataku padanya.
Terus berjalan dan si gadis kuat itu akhirnya tak sanggup lagi menahan. Ia pingsan. Rasa kelelahan membuat rombongan di belakang hanya diam. Aku dan kang guide menanganinya. Aku sudah tak kuat menahan. Segera kulepas kerirnya dan kuserahkan tubuhnya untuk digendong kang guide. Aku terus menjaganya. Aku segera berlari dan tak peduli lagi dengan yang dibelakang.
Aneh. Tiba tiba kami sudah berada di pos penjagaan yang saat itu kosong. Maka kami berdua diam sejenak. Namun tiba tiba dibelakang kami ada salah satu juniorku yang juga tiba. Ia terjatuh. Menurut info yang kudapat, sebelumnya ia ingin mengambil bunga edelweiss di surya kencana. Lalu rekan seangkatannya berkata “jangan, mitosnya ntar lu diikutin macan ampe ke rumah” dan jawabanya adalah “biarin aja, ntar macannya gua piara di rumah”. Niatnya diurungkan oleh seniornya yang kebetulan saat itu mendengar percakapannya. namun efek ucapan itu lah yang tampaknya menjadi alasan kejadian yang menimpa kami.
Sebagai hukuman, kuperintahkan dia untuk diam di pos pendaftaran sambil menyenteri jalur pendakian dan memberikan sinyal suara dengan memanggil. Hukuman pertanggung jawaban atas tingkahnya yang sudah membahayakan 1 tim. Aku dan kang guide segera memacu betis lagi ke basecamp mang idi.
Setibanya di mang idi segera kupesan teh hangat 3 gelas dan kubaringkan kawanku ini dan kuselimuti dia dengan sleeping bagku. Akhirnya ia sadar. Segera kuberikan teh hangat padanya. 1 jam telah berlalu sejak aku tiba si basecamp yang bentuknya warung. namun rombongan di belakang tak kunjung tiba. Aku memberikan batas waktu 10 menit lagi. jika mereka tak juga tiba maka aku dan si guide akan menyusul kembali keatas.
Namun sebelum 10 menit itu habis mereka sudah datang dengan wajah yang bahagia. Kami tertawa dan bersyukur.
“kak, tadi kemana sih? Tiba tiba ilang dalam sekejap” kata kawanku.
“gua lari bawa si H***” , balasku.
“tadi kita sampe teriak teriak manggil kakak. Soalnya bener tiba tiba ilang.” kata dia
“iya kak, pas gua nengok belakang bentar trus liat kedepan lagi lu udah gak ada, cahaya hedlem juga g keliatan sama sekali”, yang lain menambahkan.
Aku dan si guide tatap tatapan. “kami ga denger apa apa, udah lah kita tidur aja yuk, istirahat. Pada mandi sana!”, kataku.
Aku mengobrol dengan si guide, katanya bau jahe yang sedari tadi mengikuti adalah sundel bolong penghuni air panas. Aku pun mengubah arah pembicaraan menjadi topic lain yang lucu. Kami tertawa tawa saja.
Hari mulai dini hari dan aku pun ngantuk lalu tidur. Mimpiku saat itu adalah aku sedang berjalan di jalur telaga biru menuju pos pendaftaran namun saat itu aku melihat sundel bolong dengan sangat jelas. Saking jelasnya mimpiku itu masih dapat kuingat hingga sekarang. Wanita berambut panjang bergaun putih berwajah pucat pasi terbang melayang layang. Saat itu aku terbangun dan aku keringetan. Aku anggap itu bukan mimpi biasa, karena mimpi itu sangat nyata. Malam itu aku kembali tidur dan mendapatkan mimpi yang sama. Aku lupa hingga bebebrapa kali seperti itu dan akhirnya aku bisa tidur.
5 taun berlalu hingga saat ini dan aku masih mengingat mimpi itu. Makanya saat melihat kuntilanak depan pintu aku jadi teringat padanya. Kejadian itu aku anggap sebuah peringatan tentang kewajiban menghargai makhluk lain dan dunia lain, alam bebas adalah rumah bagi pada tumbuhan, hewan, dan makhluk astral. Kita hanyalah tamu di rumah mereka maka berlakulah sebagai tamu yang baik sebagaimana kita bertamu ke rumah manusia lain. Dan satu lagi, mulutmu harimaumu.
Bayangan basecamp hangat, kamar mandi , dll membuat aku kembali bersemangat. Perjalanan pulang dari panyangcangan dimulai. Aku kembali jadi paling depan bersama om guide. Setelah melewati jembatan kayu akhirnya kami kembali melalui jalan setapak biasa.
Normlnya dari cibodas hingga panyangcangan hanya diperlukan waktu 5 menit jika naik unta dan 15 menit jika berjalan kaki. Namun ini sudah 30menit dan aku tidak melihat pos pendaftaran. Aku sempat melihat bayangan rumah dari kejauhan. “nah nyampe!” kataku. Segera kukejar bayangan rumah itu namun yang kudapati hanya pohon besar. Bayangan hilang. Sudah 1 jam kami berjalan. Kami lelah dan beristirahat.
Gadis yang sebelumnya kuceritakan memiliki penyakit aneh itu mulai kehilangan control atas tubuhnya. Ia makin mirip mayat hidup. Tinggal mentalnya saja yang menjaganya tetap berdiri. Saat itu kuputuskan membongkar kerirnya dan membagi bebannya ke kawan ku yang juga kawannya.
Cukup beristirahat kamipun berjalan lagi. lagi lagi aku melihat bayangan rumah, kukejar dan rumah itu hilang. 30 menit berjalan kami istirahat lagi. saat istirahat kami pun akhirnya sadar bahwa kami duduk dan istirahat di tempat yang sama dengan sebelumnya. Ada apa ini?
Aku mulai curiga kami dikerjai. Bau kue jahe sesekali masih tercium. Namun tak satu pun gadis malam yang menampakan batang hidungnya. Aku bersyukur atas itu. Kami berangkat lagi. saat itu aku berininsiatif menghitung patok jarak yang disediakan TNGP.
Aku mulai menghitung dari HM 18, 100 meter kemudian aku melihat HM 19, lalu 20, lalu ilang. Lama kami berjalan dan terus berjalan hingga lelah dan kami pun istirahat lagi. istirahatnya masih di tempat yang sama dengan sebelumnya.
Setelah istirahat sewajarnya kami berjalan lagi dan sebuah kejutan untukku ketika kulihat patok bertuliskan HM 18 di sisi kiri jalur. Berarti sugesti 3x istirahat di tempat sama itu bukan ilusi karena lelah semata. Tapi memang ada pihak lain yang menjaili kami. tapi ini bukan acara tipi dan kami harus xtra hati hati.
Kang guide hanya tertawa seadanya. “maju aja yu kang, jangan mau kalah ma setan!”, kataku padanya.
Terus berjalan dan si gadis kuat itu akhirnya tak sanggup lagi menahan. Ia pingsan. Rasa kelelahan membuat rombongan di belakang hanya diam. Aku dan kang guide menanganinya. Aku sudah tak kuat menahan. Segera kulepas kerirnya dan kuserahkan tubuhnya untuk digendong kang guide. Aku terus menjaganya. Aku segera berlari dan tak peduli lagi dengan yang dibelakang.
Aneh. Tiba tiba kami sudah berada di pos penjagaan yang saat itu kosong. Maka kami berdua diam sejenak. Namun tiba tiba dibelakang kami ada salah satu juniorku yang juga tiba. Ia terjatuh. Menurut info yang kudapat, sebelumnya ia ingin mengambil bunga edelweiss di surya kencana. Lalu rekan seangkatannya berkata “jangan, mitosnya ntar lu diikutin macan ampe ke rumah” dan jawabanya adalah “biarin aja, ntar macannya gua piara di rumah”. Niatnya diurungkan oleh seniornya yang kebetulan saat itu mendengar percakapannya. namun efek ucapan itu lah yang tampaknya menjadi alasan kejadian yang menimpa kami.
Sebagai hukuman, kuperintahkan dia untuk diam di pos pendaftaran sambil menyenteri jalur pendakian dan memberikan sinyal suara dengan memanggil. Hukuman pertanggung jawaban atas tingkahnya yang sudah membahayakan 1 tim. Aku dan kang guide segera memacu betis lagi ke basecamp mang idi.
Setibanya di mang idi segera kupesan teh hangat 3 gelas dan kubaringkan kawanku ini dan kuselimuti dia dengan sleeping bagku. Akhirnya ia sadar. Segera kuberikan teh hangat padanya. 1 jam telah berlalu sejak aku tiba si basecamp yang bentuknya warung. namun rombongan di belakang tak kunjung tiba. Aku memberikan batas waktu 10 menit lagi. jika mereka tak juga tiba maka aku dan si guide akan menyusul kembali keatas.
Namun sebelum 10 menit itu habis mereka sudah datang dengan wajah yang bahagia. Kami tertawa dan bersyukur.
“kak, tadi kemana sih? Tiba tiba ilang dalam sekejap” kata kawanku.
“gua lari bawa si H***” , balasku.
“tadi kita sampe teriak teriak manggil kakak. Soalnya bener tiba tiba ilang.” kata dia
“iya kak, pas gua nengok belakang bentar trus liat kedepan lagi lu udah gak ada, cahaya hedlem juga g keliatan sama sekali”, yang lain menambahkan.
Aku dan si guide tatap tatapan. “kami ga denger apa apa, udah lah kita tidur aja yuk, istirahat. Pada mandi sana!”, kataku.
Aku mengobrol dengan si guide, katanya bau jahe yang sedari tadi mengikuti adalah sundel bolong penghuni air panas. Aku pun mengubah arah pembicaraan menjadi topic lain yang lucu. Kami tertawa tawa saja.
Hari mulai dini hari dan aku pun ngantuk lalu tidur. Mimpiku saat itu adalah aku sedang berjalan di jalur telaga biru menuju pos pendaftaran namun saat itu aku melihat sundel bolong dengan sangat jelas. Saking jelasnya mimpiku itu masih dapat kuingat hingga sekarang. Wanita berambut panjang bergaun putih berwajah pucat pasi terbang melayang layang. Saat itu aku terbangun dan aku keringetan. Aku anggap itu bukan mimpi biasa, karena mimpi itu sangat nyata. Malam itu aku kembali tidur dan mendapatkan mimpi yang sama. Aku lupa hingga bebebrapa kali seperti itu dan akhirnya aku bisa tidur.
5 taun berlalu hingga saat ini dan aku masih mengingat mimpi itu. Makanya saat melihat kuntilanak depan pintu aku jadi teringat padanya. Kejadian itu aku anggap sebuah peringatan tentang kewajiban menghargai makhluk lain dan dunia lain, alam bebas adalah rumah bagi pada tumbuhan, hewan, dan makhluk astral. Kita hanyalah tamu di rumah mereka maka berlakulah sebagai tamu yang baik sebagaimana kita bertamu ke rumah manusia lain. Dan satu lagi, mulutmu harimaumu.
semoga ada hikmah yang bisa diambil. semoga malam jumat agan menyenangkan... amin
no pic=gak seru
Spoiler for cerita pengantar tidur lain yang bergambar:
klik Dimari bukan bukan jebakan betmen
Spoiler for TAS OSPREY, JWS,TNF murah:
cek dimari gan facebook.com/gearoutdoor
Diubah oleh aimdrimer 10-04-2014 21:26
0
3.1K
Kutip
4
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan