- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Diinjak-injak, Staf Panwaslu Makassar Patah Tulang Belakang


TS
aceminus
Diinjak-injak, Staf Panwaslu Makassar Patah Tulang Belakang
Quote:
Diinjak-injak, Staf Panwaslu Makassar Patah Tulang Belakang
Penulis : Kontributor Makassar, Hendra Cipto , Editor : Caroline Damanik , Kamis, 10 April 2014 | 12:23 WIB

Kompas.com/ERICSSEN Ilustrasi penganiayaan
MAKASSAR, KOMPAS.com -- Sejumlah petugas Panwaslu juga terluka dalam insiden penganiayaan Ketua Panwaslu Makassar, Amir Ilyas, Rabu kemarin. Bahkan seorang staf Panwaslu, Wahyudi, mengalami patah tulang belakang karena dipukul dan diinjak-injak massa. Akibat luka parah yang diderita, Wahyudi dirujuk ke RSUD Wahidin Sudirohusodo.
Amir yang ditemui di ruang perawatan Tulip kamar 506, lantai 5 RS Grestelina, mengungkapkan, jumlah pelaku pengeroyokan berjumlah puluhan orang. Mereka memukul, menginjak-injak, serta menghantamkan kursi plastik kepada dirinya.
"Kejadiannya begitu sangat cepat dan saya tidak perhatikan lagi. Kami dari Panwaslu Makassar berjumlah delapan orang tiba-tiba diserang. Selain saya, seorang komisioner, Agus Salim, staf bernama Wahyudi, dan petugas lainnya dikeroyok. Tapi yang paling parah Wahyudi, karena patah tulang belakangnya," ungkapnya.
Amir menambahkan, dia datang bersama tujuh petugas ke TPS 5, Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, karena ada persoalan antara petugas Panwas Kecamatan dan petugas KPPS. Petugas KPPS tidak mau memberikan surat C1 sebagai alat kontrol di TPS tersebut.
"Awalnya saya dapat laporan dari Panwascam, Ibu Lina. Katanya, petugas KPPS tidak mau memberikan surat C1. Bahkan, Panwascam disuruh isi sendiri itu surat. Sedangkan yang mengisi surat C1 itu ada KPPS. Saya datang, eh langsung dipukul oleh petugas KPPS, Said, dan disusul puluhan orang. Jadi kami berhamburan karena dikeroyok," jelasnya.
Saat awal keributan, lanjut Amir, tidak ada aparat kepolisian yang berjaga. Setiap anggota kepolisian disiagakan menjaga lima sampai tujuh TPS di Kota Makassar.
"Sudah kejadian baru datang polisi," paparnya.
Koordinator PPL Kelurahan Bangkala, Nasir, menambahkan, sebelum kejadian pengeroyokan terhadap Ketua Panwaslu Makassar dan petugas lainnya, sempat terjadi keributan di TPS tersebut. Memang situasi di TPS 5 Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, memanas saat pemungutan suara siang hari hingga perhitungan suara malam hari.
"Sebelumnya, sempat terjadi keributan di TPS itu. Suasana memang memanas, tapi tidak ada polisi yang berjaga. Di mana sebelumnya, tokoh masyarakat setempat terjadi keributan dengan sekelompok pemuda. Jadi bukan hanya petugas KPPS saja yang melakukan pengeroyokan, tapi sekelompok pemuda juga ikut. Saya juga luka di tangan, dipukul pakai kursi," ungkapnya.
Penulis : Kontributor Makassar, Hendra Cipto , Editor : Caroline Damanik , Kamis, 10 April 2014 | 12:23 WIB

Kompas.com/ERICSSEN Ilustrasi penganiayaan
MAKASSAR, KOMPAS.com -- Sejumlah petugas Panwaslu juga terluka dalam insiden penganiayaan Ketua Panwaslu Makassar, Amir Ilyas, Rabu kemarin. Bahkan seorang staf Panwaslu, Wahyudi, mengalami patah tulang belakang karena dipukul dan diinjak-injak massa. Akibat luka parah yang diderita, Wahyudi dirujuk ke RSUD Wahidin Sudirohusodo.
Amir yang ditemui di ruang perawatan Tulip kamar 506, lantai 5 RS Grestelina, mengungkapkan, jumlah pelaku pengeroyokan berjumlah puluhan orang. Mereka memukul, menginjak-injak, serta menghantamkan kursi plastik kepada dirinya.
"Kejadiannya begitu sangat cepat dan saya tidak perhatikan lagi. Kami dari Panwaslu Makassar berjumlah delapan orang tiba-tiba diserang. Selain saya, seorang komisioner, Agus Salim, staf bernama Wahyudi, dan petugas lainnya dikeroyok. Tapi yang paling parah Wahyudi, karena patah tulang belakangnya," ungkapnya.
Amir menambahkan, dia datang bersama tujuh petugas ke TPS 5, Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, karena ada persoalan antara petugas Panwas Kecamatan dan petugas KPPS. Petugas KPPS tidak mau memberikan surat C1 sebagai alat kontrol di TPS tersebut.
"Awalnya saya dapat laporan dari Panwascam, Ibu Lina. Katanya, petugas KPPS tidak mau memberikan surat C1. Bahkan, Panwascam disuruh isi sendiri itu surat. Sedangkan yang mengisi surat C1 itu ada KPPS. Saya datang, eh langsung dipukul oleh petugas KPPS, Said, dan disusul puluhan orang. Jadi kami berhamburan karena dikeroyok," jelasnya.
Saat awal keributan, lanjut Amir, tidak ada aparat kepolisian yang berjaga. Setiap anggota kepolisian disiagakan menjaga lima sampai tujuh TPS di Kota Makassar.
"Sudah kejadian baru datang polisi," paparnya.
Koordinator PPL Kelurahan Bangkala, Nasir, menambahkan, sebelum kejadian pengeroyokan terhadap Ketua Panwaslu Makassar dan petugas lainnya, sempat terjadi keributan di TPS tersebut. Memang situasi di TPS 5 Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, memanas saat pemungutan suara siang hari hingga perhitungan suara malam hari.
"Sebelumnya, sempat terjadi keributan di TPS itu. Suasana memang memanas, tapi tidak ada polisi yang berjaga. Di mana sebelumnya, tokoh masyarakat setempat terjadi keributan dengan sekelompok pemuda. Jadi bukan hanya petugas KPPS saja yang melakukan pengeroyokan, tapi sekelompok pemuda juga ikut. Saya juga luka di tangan, dipukul pakai kursi," ungkapnya.
M A K A S S A R !
The City That Never Stop Fighting

0
1.8K
Kutip
3
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan