- Beranda
- Komunitas
- Buat Latihan Posting
asdfasdgfsd


TS
tuhan666
asdfasdgfsd

Quote:



Jika ada yang bertanya sila ke-enam dalam pancasila, mungkin saya akan menjawab, "minuman beralkohol". Seperti hari rabu kemarin, jarum jam menunjukkan pukul 2 pagi waktu saya dan kawan-kawan menyudahi acara "ritual nan sakral" ini, tiga botol vodka Iceland sukses "menewaskan" kami berenam. Tiga hari berturut-turut, karena sudah sejak senin si Ozi dengan segala ke-tumbenan-nya selalu membelikan saya dan kawan-kawan saya vodka merk ini. Usut punya usut, ternyata senin kemaren adalah beer-day nya si Ozi. Ada-ada saja, merayakan ulang tahun kok sampai tiga hari, begitu kata saya dalam hati. Saya jadi berpikir, mungkin proses kelahiran beliau dulu memakan waktu tiga hari. Lahirnya sedikit demi sedikit. Dan saya pun membayangkan ibu si Ozi, betapa tidak mengenakkannya kisah ibu ini melahirkan bayinya ke dunia. Tapi masa iya sih, dari tayangan Natgeo-Wild, seekor kuda nil atau jerapah pun setau saya tidak sampai berhari-hari begitu proses persalinanya. Ah, tapi sudahlah... biarlah rahasia berapa hari proses kelahiran si Ozi ini hanya tuhan dan emaknya yang tahu.
Masih di hari rabu itu, pukul 3 dinihari. Teman-teman saya sudah tidur dengan berbagai posisi. Ada yang tidur tengkurap, telentang, menyamping, salto, bahkan ada yang tidurnya berdiri dengan satu kaki seperti pendekar shaolin. (Yang terakhir saya sebutkan silahkan diabaikan, karena itu fiktif belaka) .Terdengar pintu beberapa kali diketuk, saya yang sudah tiduran dalam keadaan teler berat pun terpaksa bangkit dan sempoyongan membuka pintu. Namun teler saya tak bertahan lama. Setelah tahu siapa sosok tamu diundang tersebut, seolah kadar alkohol menghilang dari tubuh saya.
Dengan takjub dan penuh suka cita saya berseru makhluk berkepala botak ala Skinhead tersebut, "Long Life sang Bhagava....wahai Pangeran Siddhartha Budha Gautama, silakan masuk". Sang Siddhartha Budha Gautama hanya berdiri mematung, tanpa ekspresi, dengan mata yang tajam menatap saya. Tiba-tiba dibelakang sang Siddhartha Budha Gautama muncul sosok yang mengubah kegembiraan saya menjadi ketakutan yang teramat sangat. Saya langsung mengenalinya dari sabit besar yang digenggamnya. Ya, dialah Izrail, sang Malaikat Pencabut Nyawa. Keringat dingin segera menjalar di tubuh saya yang gemetar hebat. Sudah berakhirkah masa hidup saya di dunia? Betapa sialnya saya. Mengakhiri hidup dengan alkohol yang masih bercampur dalam darah. Ah, tapi sudahlah, jika memang hari kematian telah datang, siapa yang mampu menghindarinya?
Saya pun bagai kerbau dicocok hidungnya, menurut saja ketika digiring oleh sang Siddhartha Budha Gautama dan Malaikat Izrail memasuki alam akherat. Belakangan saya mengetahui, Siddhartha Budha Gautama ditugaskan untuk menjadi pengacara saya di pengadilan akherat nanti. (Untuk lebih gampangnya dan untuk lebih "menghidupkan aura pengacara", Siddhartha Budha Gautama kemudian saya singkat saja dengan sebutan Budha Siregar.)
Tiba di akherat, saya baru mengetahui bahwa ternyata kaum theist atau kaum agamawan-lah ternyata yang benar. Karena sosok Tuhan yang selama ini saya tidak percayai keberadaannya sampai akhirnya saya mati ternyata memang benar-benar ada. Tuhan yang sering saya jadikan bahan caci maki di Forum Debat ternyata benar-benar exist. Saya mencoba memohon ampunan dan berjanji untuk bertobat, tapi Tuhan tetep kekeuh menganggap saya sebagai agnostik yang hanya layak tinggal di dasar neraka. Sebagai masa orientasi pada azab kubur, Tuhan pun mengutus malaikat Munkar dan Nakir untuk menginterogasi dan menaboki badan saya selama satu abad dengan kecepatan 1000/BPS (Bogem per Second).
Setelah masa orientasi itu lewat, tiba tiba suasana menjadi hening mendadak. Tidak lama terdengar terompet Malaikat Israfil membahana tanda hari kiamat telah tiba. Nadanya begitu monoton serta sangat tidak musikal terdengar seperti klakson kereta api Commuter Line jurusan Jakarta-Bogor . Beberapa milyar arwah yang merasa terganggu berteriak "Shut the fuck up!". Terompet itu berhenti sebentar. Tapi tidak lama kemudian suara growl Dennis Schreurs dan gitaris Thijs Van Laarhoven dari band Severe Torture mengiringi Malaikat Israfil memainkan alat musiknya agar bisa kedengaran lebih bermartabat. Saya merasa agak lega tentu saja. Selama ada musik death metal, neraka pastilah tidak akan membosankan seperti surga yang saya yakin akan didominasi musik qasidahan dan rabana. Sayup sayup suara instrumen mereka memainkan lagu "Forever To Burn”.
Saya digiring memasuki ruangan pengadilan maha luas. Ruangan itu sanggup menampung sekitar 20 milyar manusia yang hidup sejak nabi Adam sampai kiamat di tahun 2115, tepat seratus tahun sejak saya kedatangan tamu bernama Budha Siregar. Mereka dan saya akan disidang oleh hakim maha agung bernama Tuhan, didampingi jaksa penuntut umum bernama malaikat Raqib dan Atid. Tidak perduli seberapa besar kebajikan atau kejahatan seseorang, semua orang mesti melewati proses ini sebelum mereka mendapatkan ganjaran surga atau neraka. Saya lemas menyaksikan antrian yang begitu panjang. Antrian 20 milyar manusia itu terlihat berawal di depan Kantor Camat Pasar Minggu mengarah ke Depok, memutar menuju Banten, menyelam dari pelabuhan Tanjung Priuk, timbul di Sumatera menyeberang ke arah Singapura, Malaysia, merembet tembok besar di Cina, mengarah ke Uzbekistan,masuk ke Eropa, mengarah ke Inggris, lalu menyeberang samudera Atlantik timbul di Hawaii, menuju Los Angeles,menyelam lagi di samudera Pasifik, timbul di Papua, berarakan ke arah Surabaya, Jogjakarta, Cilacap, Bogor, Margonda Raya, Lenteng Agung dan mengarah kembali ke Pasar Minggu. Dan nasib buruk kembali saya rasakan menyadari saya berada pada nomor urut 13.560.799.605. Posisi antri saya kira kira berada di sekitar kota New York.
Tidak disediakan kursi sehingga semua orang terpaksa berdiri. Untuk menyidangkan satu orang dibutuhkan waktu kira kira 30 menit. Itupun kalau sidang berlangsung cepat tanpa ada interupsi dari tim jaksa dan juga tanpa ada perdebatan sengit dengan pengacara batak yang bertele tele bernama Budha Siregar. Entah berapa ratus tahun saya harus menunggu sampai saya bisa berdiri di depan mimbar persidangan Tuhan.
Ratusan tahun saya mengantre pun terlewati, akhirnya sidang saya pun terlaksana. Tapi Tuhan sang Hakim Agung ternyata tidaklah sama dengan Tuhan yang sering saya baca di kitab suci atau yang sering ahli agama khotbahkan. Karena dia tidak maha pengampun dan maha pemaaf. Semua alibi dan permohonan ampunan saya ditolak. Pengacara bernama Budha Siregar bukannya membela saya malah seperti Al Pacino di film Dog Day Afternoon, dia justru memojokkan dan mengumbar aib saya di depan hakim agung Tuhan. Saya maklumi saja mungkin semua lantaran dendam pribadi, karena dahulu semasa saya masih hidup di dunia, saya pernah berpikir bahwa konsep pencerahan tertinggi dan konsep nibbana-inkarnasi karya sang Budha Gautama hanyalah omong kosong belaka. Saya pun tak berkutik di pengadilan tersebut. Akhirnya pasrah saja ketika digiring algojo menuju neraka.
Dari informasi yang saya dapatkan dari penjaga neraka bernama Malaikat Malik, hanya dua profesi yang terdapat di neraka ; penyiksa dan yang disiksa. Lama siksaan adalah sampai waktu yang tak terhingga. Setiap setahun sekali neraka merayakan Hell-Fest, konser musik akbar dari band-band beraliran metal. Saya merasa sedikit beruntung karena hari pertama saya menjejakkan kaki dineraka adalah hari yang sama dengan perayaan Hell-Fest, bahkan salah satu line-up di Hell-Fest kali ini adalah band death metal favorit saya, Severe Torture. Penghuni neraka, algojo, dan hingga malaikat pun langsung moshing berjamaah dan sing along dengan histeris saat band ini membawakan lagu "Forever To Burn ".
“Arrrrrggggghhhhhh....
Manipulating, controlling, vicious beast
Creating a false religion
Forever to live in pain
Forever to burn
Obeying swallowing slaves
Blinded by lies
The religion, so obscene
Ready for annihilation
Begging for mercy
Their god is deceased
Tortured in hell
For his hypocrisy
Forever to live in pain
Forever to burn
Arrrrrggggghhhhhh....”
Manipulating, controlling, vicious beast
Creating a false religion
Forever to live in pain
Forever to burn
Obeying swallowing slaves
Blinded by lies
The religion, so obscene
Ready for annihilation
Begging for mercy
Their god is deceased
Tortured in hell
For his hypocrisy
Forever to live in pain
Forever to burn
Arrrrrggggghhhhhh....”
Jika anda ingin tahu gambaran neraka itu seperti apa, maka saya akan sedikit menjabarkannya;
Jenis siksaan di neraka adalah phobia atau cerminan dosa yang telah anda lakukan di dunia waktu anda hidup dulu. Neraka khusus PNS Kelurahan misalnya, adalah harus mereka harus kerja 8 jam sehari dan tidak boleh bertele-tele atau berbelit-belit dalam melayani masyarakat. Neraka khusus GAY adalah dia harus hidup dikelilingi ratusan perempuan cantik. Neraka khusus pedophilia adalah keharusan menikahi dan meniduri nenek-nenek tua bangka berulang-ulang abadi. Neraka khusus sopir Kopaja dan Metromini adalah mereka harus rela didamprat habis-habisan oleh pengguna jalan lain karena ugal-ugalan.
Neraka terbagi dalam distrik sesuai etnis masing-masing. Di neraka distrik Arab, beberapa syeikh terlihat sedang disiksa oleh TKW asal
Indonesia. Di neraka distrik Cina, orang-orang bermata sipit terlihat sedang dimangsa hidup-hidup oleh ribuan ekor kucing lucu nan menggemaskan yang dulunya dijadikan bahan makanan oleh orang-orang sipit tersebut. Di neraka distrik India, Bang Punjabi, Bang Soraya dan kawan-kawan sesama produser disiksa sambil dipaksa menonton sinetron - sinetron buatannya yang tidak diketahui kapan tamatnya. Di neraka distrik Bali para Made, Ketut, Wayan dipaksa berhenti judi sambung ayam. Di neraka distrik Betawi, tidak pernah ada malam, akibatnya mereka tidak bisa begadang. Juga tidak ada siang akibatnya mereka tidak punya alasan untuk bangun siang. Di distrik Batak, mereka dipaksa untuk tidak teriak-teriak, ngotot, sok tau dan ngeyelan waktu adu argumen dan hanya boleh bisik-bisik saja. Di neraka distrik Sunda, para wanitanya dipaksa untuk tidak dandan dan awewenya dilarang mempunyai paras cantik serta tidak diperbolehkan memiliki kulit bening bin mulus, jadi semuanya dipaksa jadi jelek.(di distrik Sunda ini tiba-tiba saya teringat dengan **********************EDITED, saya jadi tidak tega membayangkan seandainya dia masuk neraka distrik Sunda ini, tentu kecantikan dan kulitnya yang bening pasti akan langsung lenyap, tapi langsung saya buang jauh-jauh pikiran tersebut, karena dengan tingkat ke-relijiusan-nya, mustahil dia sampai masuk ke neraka)
[img]htt*************EDITED]

Nah pertanyaanya sekarang ada di distrik mana saya berada? Saya senyum-senyum sendiri ketika Malaikat Malik dan Budha Siregar kebingungan mencari lokasi yang cocok atas dosa-dosa saya. Karena cerminan dosa atau phobia saya hampir tidak ada. Menipu, membunuh, phedopil, mencuri, merudapaksa, tidak ada di rapot saya. Malaikat Malik mulai kebingungan sampai akhirnya dia memasukan saya di neraka distrik "Unknown". Hukumannya adalah saya dipaksa menghabiskan beribu-ribu botol vodka bermerk Iceland, dan dipaksa untuk mendengarkan dan mempercayai celotehan sang Budha Siregar tentang konsep filsafat pencerahan sejati agar mencapai kebuddhaan.....
Amitabha... Santai... Santai...yok kita santai... Bllaaaarrgghhh...
Di lantai neraka, berbotol-botol Iceland itupun kembali "menewaskan" saya....
Blaaaarrgghhh...


Diubah oleh tuhan666 21-04-2017 13:58
0
1.3K
Kutip
5
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan