Mohon maaf jika memang tread saya tidak pada tempatnya...nanti silahkan admin bisa meng-closenya klo memang bgtu...

Tgl 05 April malam, kami berjalan sepanjang +/- 18 km dikarenakan macet yg sangat2 parah sepanjang jalur Jl. Raya Sukabumi yg menghubungkan rute Cicurug-Ciawi. Hal tersebut terjadi karena kerusakan Jembatan Caringin yg menjadi penghubung Cicurug-Ciawi yg belum kunjung diperbaiki.

Sudah 6 bulan lebih, terhitung dari bulan October Jembatan Caringin ini longsor. Lalu digantikan dengan jembatan sementara berupa jembatan kayu dan tiang2 baja sebagai penyanggahnya. Jembatan ini sangat vital sebagai penghubung arus lalulintas dari Cicurug menuju Ciawi dan sebaliknya, walaupun ada rute alternatif tetapi bisa dikatakan tidak bisa membantu. Karena rute alternatif tersebut lebah jalannya bisa dikatakan sempit, karena hanya cukup 2 kendaraan ukuran normal.

Saya tidak pernah habis pikir bagaimana cara kerja Pemprov atau Pemda disini. Sudah 6 bulan ini banyak pihak merasa terganggung dengan kemacetan yg hampir tiap hari dirasakan mereka. Khususnya mereka yg mencari uang menjadi supir angkot, L300 dan bis. Belum lagi mereka yg membawa hasil bumi dari para petani ke tempat2 distributor di daerah kota Bogor, Jakarta dan sekitarnya.

Saya bisa bicara karena tgl 05 April malam lalu, saya berjalan bersama dengan orang2 yg hendak pulg sejauh +/- 18 km karena kemacetan yg benar2 tidak dapat dielakan. Ratusan orang yg hendak pulg ke rumahnya masing2 terlantar di terminal Baranang siang dan di jalan2 samapai dengan perempatan Ciawi, puluhan kendaraan umum yg tidak bisa memperoleh penghasilan karena terjebak di kemacetan tersebut pada malam tsb. Arus lalulintas mati total tidak bergerak. Jembatan Caringin yg dioperasikan hanya sebelah saja yaitu dari arah Ciawi menuju Cicurug, sehingga kendaraan dua arah harus bergantian. Jarak tempuh yg seharusnya 4 jam menjadi 12 jam.

Salah siapakah ini? Kemana Pemprov ataupun Pemda yg bertugas memperbaiki jembatan longsor tsb? Sudah 6 bulan orang2 yg mencari makan dari rute ini menderita.