- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[PROLOG] Ampir netesin air mata gan ane bacanya...


TS
duckzrangsackz
[PROLOG] Ampir netesin air mata gan ane bacanya...
Langsung aja gan , semoga bermanfaat 
Kita… yang sebenarnya berada dalam keberlimpahan, kemudian berteriak-teriak kekurangan. Sebenarnya, apa yang membuat kita merasa kurang, hai kawan?
Perasaan tak bernama, hadir memenuhi hati seorang ibu di sebuah rumah bersalin di suatu desa yang dalam sejarahnya pernah mencetak para jawara yang masih terdengar horor hingga kini. Jawara adalah lambang kekuatan yang menghadirkan ketakutan sekaligus. Kemudian salah satu dari jawara itu bercucu-cicit, cicitnya mendapatkan menantu, kemudian menantu itu memiliki anak, yang kemudian anaknya menikah dan mempunyai anak sembilan, salah satu anaknya yang kelima melahirkan seorang bayi mungil ke dunia. Tentunya dengan rasa syukur yang tak terhingga kepada Tuhan, meski anaknya terlahir dengan bobot yang terlalu ringan dari ukuran normal.
Jika kau letakkan sekepal tanganmu di atas timbangan, kemudian kau letakkan lagi dua ibu jari kakimu sebagai tambahan, maka itulah berat bayi nan mungil itu. Dan dokter berkata, “Anak ini tidak aman.” Intonasinya persis sama dengan presenter di acara pencarian bakat di televisi. Namun, ibu itu tak pernah mengeluhkan anaknya yang terlalu mungil. “Kita seperti membeli boneka barbie yang bernapas ya, Mas, imut-imut begini…” katanya kepada suaminya. Begitupun suaminya yang menyimpan setetes darah jawara dalam tubuhnya, ia mengangkat bayi yang masih merah itu dengan lembut sambil membisikkan lantunan indah yang biasa terdengar di setiap lima waktu.
Sekiranya dokter itu tahu bahwa lantunan si ayah telah mengantarkan si bayi mungil itu pada dunia yang menjadikannya tumbuh besar lewat iman, ia pasti menyesal karena telah mengumumkan nasib si bayi yang menurutnya tidak “aman”. Tentu saja bukan berkat dukungan dua ribu rupiah per-SMS, melainkan dari doa yang berangkat dari hati orang tua yang kuat dan tulus, yang menginginkan anaknya tetap hidup.
Dan kalian tahu? Anaknya yang sempat dinyatakan tidak aman dan harus meninggalkan panggung kehidupan itu ternyata memiliki nama yang unik, namanya adalah Aku. Aku ini nampaknya sedang belajar untuk selalu bersyukur seperti ayah-ibunya; untuk bertahan hidup seperti kakek buyutnya yang seorang jawara; untuk menjadi “teman hidup” yang baik bagi seseorang di kemudian hari.
Sebagai teman mainnya, aku hanya bisa berpesan kepada Aku. Tetaplah tegar ya Aku, karena hidupmu ternyata baru sampai pada sebait prolog, itu pun belum jadi. Masih banyak misteri.

Spoiler for Prolog:
Kita… yang sebenarnya berada dalam keberlimpahan, kemudian berteriak-teriak kekurangan. Sebenarnya, apa yang membuat kita merasa kurang, hai kawan?
Perasaan tak bernama, hadir memenuhi hati seorang ibu di sebuah rumah bersalin di suatu desa yang dalam sejarahnya pernah mencetak para jawara yang masih terdengar horor hingga kini. Jawara adalah lambang kekuatan yang menghadirkan ketakutan sekaligus. Kemudian salah satu dari jawara itu bercucu-cicit, cicitnya mendapatkan menantu, kemudian menantu itu memiliki anak, yang kemudian anaknya menikah dan mempunyai anak sembilan, salah satu anaknya yang kelima melahirkan seorang bayi mungil ke dunia. Tentunya dengan rasa syukur yang tak terhingga kepada Tuhan, meski anaknya terlahir dengan bobot yang terlalu ringan dari ukuran normal.
Jika kau letakkan sekepal tanganmu di atas timbangan, kemudian kau letakkan lagi dua ibu jari kakimu sebagai tambahan, maka itulah berat bayi nan mungil itu. Dan dokter berkata, “Anak ini tidak aman.” Intonasinya persis sama dengan presenter di acara pencarian bakat di televisi. Namun, ibu itu tak pernah mengeluhkan anaknya yang terlalu mungil. “Kita seperti membeli boneka barbie yang bernapas ya, Mas, imut-imut begini…” katanya kepada suaminya. Begitupun suaminya yang menyimpan setetes darah jawara dalam tubuhnya, ia mengangkat bayi yang masih merah itu dengan lembut sambil membisikkan lantunan indah yang biasa terdengar di setiap lima waktu.
Sekiranya dokter itu tahu bahwa lantunan si ayah telah mengantarkan si bayi mungil itu pada dunia yang menjadikannya tumbuh besar lewat iman, ia pasti menyesal karena telah mengumumkan nasib si bayi yang menurutnya tidak “aman”. Tentu saja bukan berkat dukungan dua ribu rupiah per-SMS, melainkan dari doa yang berangkat dari hati orang tua yang kuat dan tulus, yang menginginkan anaknya tetap hidup.
Dan kalian tahu? Anaknya yang sempat dinyatakan tidak aman dan harus meninggalkan panggung kehidupan itu ternyata memiliki nama yang unik, namanya adalah Aku. Aku ini nampaknya sedang belajar untuk selalu bersyukur seperti ayah-ibunya; untuk bertahan hidup seperti kakek buyutnya yang seorang jawara; untuk menjadi “teman hidup” yang baik bagi seseorang di kemudian hari.
Sebagai teman mainnya, aku hanya bisa berpesan kepada Aku. Tetaplah tegar ya Aku, karena hidupmu ternyata baru sampai pada sebait prolog, itu pun belum jadi. Masih banyak misteri.
0
1.4K
Kutip
7
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan