London - Asosiasi Psikiatrik Amerika (APA) secara resmi menyebut selfie sebagai perilaku gangguan mental. Di Inggris, berkembang selfie pasca bercinta.

Kolumnis Radhika Sanghani, dalam tulisannya di The Telegraph, menyebut selfie yang satu ini sedang menjadi virus. Pasangan muda mengabadikan wajah post-coital tristesse mereka, dan menampilkannya di media sosial.

Post-coital tristesse adalah perasaan melankoli laki-laki dan perempuan, beberapa saat setelah keduanya melakukan hubungan seks.

Setiap hari ratusan, pria atau wanita, dengan sigap meraih smartphone, menghidupkan kamera, dan berfoto bersama pasangan yang masih berada di tempat tidur. Memang hanya foto wajah, bukan foto seronok atau saat keduanya belum kembali membungkus tubuh, tapi dianggap cukup menarik.

Wajah-wajah pasangan yang ber-selfie post-coital tersebar di media sosial. Namun, tidak satu pun dari mereka yang mampu memberikan alasan rasional mengapa mereka harus melakukan semua itu.

Sanghani mengatkan trend ini cukup mengerikan, karena semua dilakukan tidak untuk apa-apa kecuali memberi tahu follower di Instagram dan Twitter, bahwa mereka baru saja bercinta.

Fakta lainnya adalah pembuat selfie pasca coital bukan pasangan yang baik. Banyak dari mereka terlibat cinta satu malam, biasa tidur dengan siapa saja yang mereka temui di media sosial.

Namun mereka bukan pencipta virus selfie pasca coital. Mereka hanya pengekor, atau hanya meniru apa yang dilakukan para selebriti idola mereka; Miley Cyrus, Lady Gaga, dan Rihanna.