- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Filipina Kejar Militan yang Lakukan Penculikan di Sabah


TS
hobi_linux
Filipina Kejar Militan yang Lakukan Penculikan di Sabah
MANILA, KOMPAS.COM — Tentara Filipina telah dikerahkan ke sebuah pulau terpencil di selatan negara itu di mana kelompok militan Islam diyakini telah membawa dua sandera perempuan yang diculik dari sebuah resor di Malaysia, kata pihak militer, Jumat (4/4/2014).
Kelompok Abu Sayyaf, yaitu sekelompok kecil militan yang terkenal karena melakukan penculikan demi uang tebusan, merupakan tersangka utama dalam penculikan pada Rabu lalu terhadap seorang turis Tiongkok dan seorang pekerja resor asal Filipina, kata Juru Bicara Angkatan Bersenjata Filipina Letnan Kolonel Ramon Zagala kepada kantor berita AFP.
Dia mengatakan, tujuh pria bersenjata di atas sebuah speedboat putih itu, diyakini telah membawa kedua perempuan itu dari sebuah resor di negara bagian Sabah, Malaysia, melintasi perbatasan laut menuju ke kepulauan terpencil Tawi-Tawis di Filipina selatan. "Yang penting adalah... memblokade mereka (dari melarikan diri) dan menemukan mereka," kata Zagala. Ia menambahkan, sejumlah personel angkatan laut, termasuk marinir, telah dikirim ke salah satu dari pulau itu.
Zagala mengatakan, kedua sandera diyakini telah dibawa ke Simunul, sebuah desa kecil dengan penduduk mayoritas Muslim. Ada sekitar 35.000 orang di desa itu yang tersebar di dua pulau kecil yang berjarak lebih dari 1.000 kilometer dari Manila. Simunul terletak sekitar 145 kilometer dari resor di mana kedua korban diculik, atau sekitar satu hari naik kapal.
Pihak berwenang Malaysia mengidentifikasi sandera itu sebagai Gao Huayuan (29 tahun) dari Shanghai, dan Marcy Dayawan (40 tahun) yang merupakan karyawan hotel asal Filipina.
Zagala mengatakan, para penculik diyakini berafiliasi dengan kelompok Abu Sayyaf. Mereka berada di bawah komando Murphy Ambang Ladjia, yang terlibat dalam penculikan spektakuler terhadap 21 orang dari resor di Sabah lainnya tahun 2000. Sebanyak 20 orang dari mereka yang disandera ketika itu, banyak di antaranya orang Eropa dan wisatawan asing lainnya, dibebaskan dalam waktu lima bulan, setelah uang tebusan dibayarkan. Sandera terakhir, seorang warga Filipina, ditahan hingga tahun 2003.
Kelompok Abu Sayyaf hanya memiliki beberapa ratus orang bersenjata, tetapi telah dituduh melakukan serangan teror terburuk dalam sejarah Filipina, termasuk pengeboman dan penculikan yang sering menyasar orang asing. Kelompok itu didirikan pada 1990-an. Sejumlah laporan menyebutkan, pendiriannya bermodalkan uang yang berasal dari pendiri Al Qaeda, Osama bin Laden.
Tahun lalu, orang-orang bersenjata yang diduga kelompok Abu Sayyaf menculik pasangan Taiwan yang sedang berlibur di resor di Sabah. Sang suami tewas dalam penculikan itu. Istrinya ditemukan sebulan kemudian dalam kondisi masih hidup di Pulau Jolo, pulau utama di Kepulauan Sulu.
Kelompok Abu Sayyaf diyakini masih menahan sandera asing lainnya, termasuk dua pengamat burung asal Eropa yang diculik di Tawi-Tawis pada Februari 2012.
-
sumber: http://internasional.kompas.com/read...likan.di.Sabah
-
semoga segera tertangkap dan sandera selamat tanpa kurang suatu apa pun . . .
-
berita terkait . . .
Penculikan Sabah, KTP diusulkan diterbitkan ulang
Seorang anggota parlemen Malaysia dari negara bagian Sabah meminta pemerintah menerbitkan ulang semua kartu tanda penduduk bagi warga Sabah menyusul penculikan terbaru.
Usulan tersebut disampaikan oleh anggota parlemen, Stephen Wong Tien Fatt, dari daerah pemilihan Sandakan, Sabah, ketika menyerahkan mosi darurat di parlemen Malaysia terkait Klik penculikan terbaru pada Kamis (03/04).
Seorang wisatawan berkewarganegaraan Cina dan seorang karyawan hotel berkewarganegaraan Filipina diculik dari sebuah resor di kawasan Semporna, Sabah, oleh sekelompok orang bersenjata. Laporan-laporan menyebutkan mereka diduga diculik oleh kelompok militan dari Filipina selatan.
"Kami merasa bahwa meskipun telah dibentuk ESCOM (Komando Keamanan Sabah Timur), penyusup seperti ini tidak bisa dilacak," kata Stephen Wong Tien Fatt melalui sambungan telepon, Kamis, 3 April.
Hal itu, lanjutnya, disebabkan oleh banyaknya pendatang khususnya dari Filipina.
"Kita harap seluruh kartu identitas bagi penduduk Sabah seluruhnya diterbitkan ulang. Di Sabah ini ada terlampau banyak pendatang tanpa izin yang mengakibatkan masalah yang kita hadapi. Pertamanya, keselamatan, masalah sosial dan banyak masalah lain," tambah Stephen Wong Tien Fatt dari partai DAP yang beroposisi itu.
Akibat tebusan
Kantor berita Bernama melaporkan Perdana Menteri Najib Razak mengatakan prioritas pemerintah adalah memastikan keselamatan para sandera.
Hingga kini pihak berwenang Malaysia masih melakukan pencarian terhadap orang-orang yang diduga menculik warga negara Cina dan Filipina itu.
November lalu, orang-orang bersenjata menculik seorang wisatawan perempuan Taiwan dari Pulau Pom-Pom di Sabah timur, dan membunuh suaminya. Perempuan tersebut akhirnya dibebaskan satu bulan kemudian di Filipina setelah uang tebusan dilaporkan dipenuhi.
Pembayaran uang tebusan seperti itu dinilai akan mengarah aksi-aksi serupa di masa mendatang.
"Seringkali mereka menculik untuk menuntut tebusan. Kami diberitahu setiap kali tebusan tinggi dan kami harus menyelesaikannya untuk membebaskan sandera," jelas Stephen Wong Tien Fatt kepada Rohmatin Bonasir.
Kepada pemerintah federal, ia menuntut agar segera menerbitkan laporan hasil penyelidikan RCI mengenai dugaan pemberian kewarganegaraan secara sistematis kepada pendatang asing di negara bagian Sabah pada tahun 1990-an.
Pemberian kewarganegaraan itu diduga ada kaitannya untuk menumbangkan Partai Bersatu Sabah yang berkuasa di negara bagian itu dan sebaliknya menguntungkan koalisi yang berkuasa di tingkat federal.
Tahun lalu pemerintah Malaysia menggelar razia besar-besaran untuk mengusir pendatang asing tanpa izin, antara lain untuk Klik alasan keamanan
-
sumber: http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia...ikan_ktp.shtml
-
Kelompok Abu Sayyaf, yaitu sekelompok kecil militan yang terkenal karena melakukan penculikan demi uang tebusan, merupakan tersangka utama dalam penculikan pada Rabu lalu terhadap seorang turis Tiongkok dan seorang pekerja resor asal Filipina, kata Juru Bicara Angkatan Bersenjata Filipina Letnan Kolonel Ramon Zagala kepada kantor berita AFP.
Dia mengatakan, tujuh pria bersenjata di atas sebuah speedboat putih itu, diyakini telah membawa kedua perempuan itu dari sebuah resor di negara bagian Sabah, Malaysia, melintasi perbatasan laut menuju ke kepulauan terpencil Tawi-Tawis di Filipina selatan. "Yang penting adalah... memblokade mereka (dari melarikan diri) dan menemukan mereka," kata Zagala. Ia menambahkan, sejumlah personel angkatan laut, termasuk marinir, telah dikirim ke salah satu dari pulau itu.
Zagala mengatakan, kedua sandera diyakini telah dibawa ke Simunul, sebuah desa kecil dengan penduduk mayoritas Muslim. Ada sekitar 35.000 orang di desa itu yang tersebar di dua pulau kecil yang berjarak lebih dari 1.000 kilometer dari Manila. Simunul terletak sekitar 145 kilometer dari resor di mana kedua korban diculik, atau sekitar satu hari naik kapal.
Pihak berwenang Malaysia mengidentifikasi sandera itu sebagai Gao Huayuan (29 tahun) dari Shanghai, dan Marcy Dayawan (40 tahun) yang merupakan karyawan hotel asal Filipina.
Zagala mengatakan, para penculik diyakini berafiliasi dengan kelompok Abu Sayyaf. Mereka berada di bawah komando Murphy Ambang Ladjia, yang terlibat dalam penculikan spektakuler terhadap 21 orang dari resor di Sabah lainnya tahun 2000. Sebanyak 20 orang dari mereka yang disandera ketika itu, banyak di antaranya orang Eropa dan wisatawan asing lainnya, dibebaskan dalam waktu lima bulan, setelah uang tebusan dibayarkan. Sandera terakhir, seorang warga Filipina, ditahan hingga tahun 2003.
Kelompok Abu Sayyaf hanya memiliki beberapa ratus orang bersenjata, tetapi telah dituduh melakukan serangan teror terburuk dalam sejarah Filipina, termasuk pengeboman dan penculikan yang sering menyasar orang asing. Kelompok itu didirikan pada 1990-an. Sejumlah laporan menyebutkan, pendiriannya bermodalkan uang yang berasal dari pendiri Al Qaeda, Osama bin Laden.
Tahun lalu, orang-orang bersenjata yang diduga kelompok Abu Sayyaf menculik pasangan Taiwan yang sedang berlibur di resor di Sabah. Sang suami tewas dalam penculikan itu. Istrinya ditemukan sebulan kemudian dalam kondisi masih hidup di Pulau Jolo, pulau utama di Kepulauan Sulu.
Kelompok Abu Sayyaf diyakini masih menahan sandera asing lainnya, termasuk dua pengamat burung asal Eropa yang diculik di Tawi-Tawis pada Februari 2012.
-
sumber: http://internasional.kompas.com/read...likan.di.Sabah
-
semoga segera tertangkap dan sandera selamat tanpa kurang suatu apa pun . . .
-
berita terkait . . .
Penculikan Sabah, KTP diusulkan diterbitkan ulang
Seorang anggota parlemen Malaysia dari negara bagian Sabah meminta pemerintah menerbitkan ulang semua kartu tanda penduduk bagi warga Sabah menyusul penculikan terbaru.
Usulan tersebut disampaikan oleh anggota parlemen, Stephen Wong Tien Fatt, dari daerah pemilihan Sandakan, Sabah, ketika menyerahkan mosi darurat di parlemen Malaysia terkait Klik penculikan terbaru pada Kamis (03/04).
Seorang wisatawan berkewarganegaraan Cina dan seorang karyawan hotel berkewarganegaraan Filipina diculik dari sebuah resor di kawasan Semporna, Sabah, oleh sekelompok orang bersenjata. Laporan-laporan menyebutkan mereka diduga diculik oleh kelompok militan dari Filipina selatan.
"Kami merasa bahwa meskipun telah dibentuk ESCOM (Komando Keamanan Sabah Timur), penyusup seperti ini tidak bisa dilacak," kata Stephen Wong Tien Fatt melalui sambungan telepon, Kamis, 3 April.
Hal itu, lanjutnya, disebabkan oleh banyaknya pendatang khususnya dari Filipina.
"Kita harap seluruh kartu identitas bagi penduduk Sabah seluruhnya diterbitkan ulang. Di Sabah ini ada terlampau banyak pendatang tanpa izin yang mengakibatkan masalah yang kita hadapi. Pertamanya, keselamatan, masalah sosial dan banyak masalah lain," tambah Stephen Wong Tien Fatt dari partai DAP yang beroposisi itu.
Akibat tebusan
Kantor berita Bernama melaporkan Perdana Menteri Najib Razak mengatakan prioritas pemerintah adalah memastikan keselamatan para sandera.
Hingga kini pihak berwenang Malaysia masih melakukan pencarian terhadap orang-orang yang diduga menculik warga negara Cina dan Filipina itu.
November lalu, orang-orang bersenjata menculik seorang wisatawan perempuan Taiwan dari Pulau Pom-Pom di Sabah timur, dan membunuh suaminya. Perempuan tersebut akhirnya dibebaskan satu bulan kemudian di Filipina setelah uang tebusan dilaporkan dipenuhi.
Pembayaran uang tebusan seperti itu dinilai akan mengarah aksi-aksi serupa di masa mendatang.
"Seringkali mereka menculik untuk menuntut tebusan. Kami diberitahu setiap kali tebusan tinggi dan kami harus menyelesaikannya untuk membebaskan sandera," jelas Stephen Wong Tien Fatt kepada Rohmatin Bonasir.
Kepada pemerintah federal, ia menuntut agar segera menerbitkan laporan hasil penyelidikan RCI mengenai dugaan pemberian kewarganegaraan secara sistematis kepada pendatang asing di negara bagian Sabah pada tahun 1990-an.
Pemberian kewarganegaraan itu diduga ada kaitannya untuk menumbangkan Partai Bersatu Sabah yang berkuasa di negara bagian itu dan sebaliknya menguntungkan koalisi yang berkuasa di tingkat federal.
Tahun lalu pemerintah Malaysia menggelar razia besar-besaran untuk mengusir pendatang asing tanpa izin, antara lain untuk Klik alasan keamanan
-
sumber: http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia...ikan_ktp.shtml
-
0
1K
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan