giriparestyoAvatar border
TS
giriparestyo
90 % acara tv skrg "sampah", setuju?...
Tingkat tayangan sampah atau tidak mendidik di televisi Tanah Air sedemikian menguatirkan. Roy Thaniago Direktur Remotivi lembaga pemantau acara televisi mengatakan 90% acara di televisi Tanah Air “sampah”.

“Kami bahkan kesusahan mencari tayangan yang layak dijadikan rekomendasi untuk ditonton,” ujar Roy saat dihubungi Bisnis.

Menurutnya, industri media televisi sekarang ini sedang melakukan penyangkalan peradaban. Banyak tayangan yang mereka tampilkan bukan bagian dari upaya pendidikan bagi masyarakat. Dia mencontohkan, dulu melalui tayangan televisi, sebuah kebudayaan seperti tarian bisa dibuat.

“Kalau di luar negeri mungkin televisi swasta ada ‘sampah’ tetapi televisi pemerintah memberikan pendidikan. Di sini tidak, lihat saja TVRI,” ungkap Roy.

Roy menegaskan, industri media televisi sudah tidak lagi melayani kepentingan publik, yang terjadi, mereka hanya melayani kepentingan golongan seperti partai politik serta bisnis. Televisi hanya menyembah fakta-fakta tanpa memperhatikan dampak informasi vulgar yang disajikan.

Roy mencontohkan, tayangan tentang hewan-hewan di alam liar. Acara itu tujuannya memberi pengetahuan, tetapi sering mempertontonkan penyiksaan.

Misalnya, tentang ular yang hidup di alam liar. Oleh pembawa acara, ular tersebut dibawa dari tempat lain, dan seringkali lokasi pengambilan gambar tidak sesuai habitat ular. Ada lagi tayangan misalnya mancing. Ditontonan itu, ikan hasil memancing ditombak sebelum diangkat ke permukaan.

Menurutnya, informasi seperti itu bentuk negatif. Jika terus menerus disajikan, dampaknya anak-anak menganggap hal tersebut merupakan hal biasa. “Ini bisa menyebabkan perilaku negatif bagi anak-anak jika menyiksa binatang adalah hal wajar,” jelasnya. Contoh lain adalah tayangan investigasi tentang modus penipuan saat mudik.

Tujuan penayangannya bagus, tetapi informasi yang disampaikan justru berlebihan. Misalnya, di dalam acara tersebut diperlihatkan bagaimana cara membuat obat bius hingga merek obat bius yang digunakan pelaku. Meski semua fakta, sebaiknya tidak perlu diperjelas semuanya. Hal itu justru kontraproduktif dan bisa mendorong penonton melakukan hal serupa.

PEMBERITAAN

Contoh tayangan ‘sampah’ adalah berita tentang konfl ik antar etnis yang terang-terangan menyebutkan identitas suku dan ras. Secara tidak langsung, media telah mengadu domba karena tidak semua orang dari ras tertentu terlibat.

“Industri media yang justru membuat konfl ik makin besar,” jelasnya. Masih banyak contoh lain seperti acara joget-joget tidak jelas, hingga kampanye politik partai pemilik televisi. Menurutnya, industri pertelevisian semakin tidak terkontrol dalam memberikan tontonan yang mendidik.

Padahal merujuk undang-undang, seharusnya ikut mendidik publik. “Kalau mereka , industri televisi akan baik,” jelasnya.

Sayangnya, harapan itu akan semakin berat karena Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) periode ini disebutnya pemalas. Mereka lebih melayani industri dibandingkan dengan pendidikan publik.

Roy menegaskan, peran KPI tumpul dalam mengawasi dan memberikan peringatan terhadap tayangan ‘sampah’.

Roy menyarankan, masyarakat semakin bijak memilih tayangan. Mengandalkan KPI sudah sangat susah. Kepada orang tua disarankan selalu mendampingi anak-anaknya ketika berada di depan televisi. “Saya berpikir remotivi tidak bisa menjadi solusi utama. Seharusnya peran negara disini ada,” kata Roy. 
0
2.3K
51
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan