Pemilihan umum lokal Turki digelar Ahad kemarin merupakan pemungutan suara bagi rakyat menilai kinerja pemerintahan Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan. Pemilu ini dianggap sangat penting sebab nama Erdogan benar-benar dipertaruhkan setelah namanya tercoreng lantaran korupsi dan bocornya pembicaraan penggelapan uang di Internet diyakini suara sang perdana menteri.

Pemilu digelar di Ibu Kota Ankara itu berlangsung lancar meski sebelumnya unjuk rasa besar-besaran dari massa anti pemerintahan selalu tergelar sejak pertengahan tahun lalu. Tak hanya itu, Erdogan juga memerintahkan untuk menon-aktifkan raksasa Internet dunia seperti jejaring sosial Facebook dan Twitter, situs berbagi video Youtube, serta mesin pencari Google selama pra hingga pemilu selesai dilaksanakan. Belum diketahui apakah situs-situs ini bakal diperbolehkan kembali.

Meski diterjang pelbagai polemik menyebabkan kredibilitas Erdogan menurun namun fakta lapangan berbicara lain. Dilansir dari stasiun televisi Al Arabiya (2/4), Erdogan dan Partai Keadilan dan Persatuan (AKP) diusungnya memenangkan suara sekitar 46,5 persen. Hasil ini lebih fantastis ketimbang pemilu lima tahun lalu hanya meraup 39,1 persen.

Sementara oposisi utama Partai Rakyat Republik (CHP) memperoleh 28 persen suara, Partai Gerakan Nasional (MHP) mengumpulkan 14,7 persen suara, Partai Demokrasi dan Perdamaian (BDP), pro-Kurdi, mendapat 4,9 persen suara.

"AKP meraih keunggulan besar di Istanbul, kota terbesar di Turki, dan Ankara," kata Juru Bicara AKP Huseyn Celik pada jurnalis.

Sebelum perhitungan suara dimulai Erdogan telah meyakini AKP akan memenangkan kebenaran meski ini krisis politik terburuk sepanjang pemerintahannya telah memimpin lebih dari satu dekade. "Terlepas dari semua pernyataan tidak diinginkan (oposisi) dan pidato saat demonstrasi sampai sekarang, warga kita akan mengatakan kebenaran hari ini," ujar Erdogan, seperti dikutip kantor berita AFP.

Erdogan tak sembarangan bicara lantaran pemilu kali ini memang diawasi dengan sangat ketat oleh tim pengawas gabungan yang jumlahnya luar biasa banyak. Mereka terbentuk dari pelbagai partai politik dan kelompok tak berpihak secara cermat melihat proses perhitungan suara.

Namun lelaki 60 tahun itu menyelesaikan segalanya dengan manis dan meninggalkan duri tajam bagi oposisinya. Dia menang. Sekali lagi rakyat Turki berpihak pada Erdogan.




giliran Indonesia pemilu minggu depan
pemerintah mau diterjang demo seperti apapun. kalau rakyatnya merasa ekonominya relatif makmur, biasanya akan menang pemilu. bahkan perolehan suaranya naik