Quote:
JAKARTA, KOMPAS.com — Pakar komunikasi politik Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing, menilai Joko Widodo (Jokowi) adalah bakal calon presiden yang tidak sempurna. Pengalaman Jokowi baru sebatas memimpin daerah dan belum mencakup skala yang lebih besar.
Sebagai Gubernur DKI Jakarta, kata Emrus, prestasi Jokowi adalah mampu membenahi sejumlah pasar atau permukiman, serta melakukan beberapa terobosan di bidang birokrasi. Namun, ujar dia, ada tugas lebih berat yang menantinya dan harus disiapkan sedini mungkin bila menjadi presiden.
"Jokowi baru jagoan di daerah. Dibandingkan tugas presiden, itu tidak sulit karena hanya perlu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan melayani publik," kata Emrus, saat dihubungi, Senin (31/3/2014) malam. Adapun tugas presiden, ujar dia, lebih besar karena mencakup area yang lebih luas.
Selain harus meningkatkan kesejahteraan dan melayani masyarakat, papar Emrus, seorang presiden juga wajib memiliki kemampuan mengelola konflik politik nasional. "Di sini, dia (Jokowi) belum berpengalaman. Misalnya, bagaimana mengatasi separatis yang masih ada di Papua, atau mungkin Aceh," ujarnya.
Dengan begitu, kata Emrus, Jokowi harus berani mengakui kekurangannya dan berusaha melengkapinya dengan cara mencari sosok pendamping yang berpengalaman. Publik juga dimintanya untuk obyektif dan berani memberikan kritik yang membangun sebagai bahan evaluasi Jokowi.
"Ketidaksempurnaan Jokowi harus ditutup oleh cawapres yang kompeten. Jangan mendikotomikan militer atau sipil. Bisa dari mana saja, yang penting mampu menutup kekurangan Jokowi," tekan dia.
Seperti diketahui, setelah menerima mandat dari Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Jokowi langsung bergerak dan tampil sebagai bakal capres di sejumlah daerah. Mengenai calon pendamping Jokowi pada pemilu presiden nanti, PDI-P baru akan memutuskannya setelah hasil pileg diketahui, dan tak menutup kemungkinan untuk berkoalisi.
http://nasional.kompas.com/read/2014...ampaign=artbox
Gimana mau berdebat indikator2 makroekonomi, berpidato didepan G20, percepatan infrastruktur/logistik nasional, lobi/meredam separatis dll yg sekelas nasional.. wong yg sekelas kota yg jadi andalannya aja banyak kebobolan.. Triliunan pengadaan bis kebobolan, programnya KJS ratusan miliar gak tepat sasaran, dll.
Harusnya bisa happy ending dan bermartabat kayak Ali Sadikin, tapi kena jebakan betmen megatron dan org2 gelap di belakangnya, lewat manipulasi medianya, ampe Joko lupa diri dan gak sadar kemampuan..