kemalmahendraAvatar border
TS
kemalmahendra
Karakter Berpolitik yang Hitam
Pemilihan Umum 2014 tinggal dua pekan lagi tiba. Tidak salah apabila ketegangan semakin meningkat pada semua partai politik peserta pemilu. Mereka menunggu dengan berdebar-debar apakah rakyat akan memberikan kepercayaan atau tidak kepada partai mereka.

Waktu sepuluh hari kampanye yang tersisa merupakan kesempatan terakhir untuk meyakinkan para pemilih. Pada akhirnya rakyat akan menentukan sesuai hati nurani mana pemimpin dan partai politik yang bisa dipercaya untuk memperjuangkan kepentingan mereka.

Pada negara yang mapan demokrasinya, setiap calon pemimpin dan partai politik mencoba menjual kelebihan yang mereka miliki. Mereka mencoba memperkenal perbedaan dan kelebihan dari platform pembangunan yang bisa menyejahterakan rakyat.

Itulah yang tidak kita lihat pada diri para pemimpin dan partai politik kita. Kampanye yang dilakukan tidak dipakai untuk menjual ide-ide mereka. Padahal pada kolom ini sejak awal kita mengingatkan partai politik untuk mengadu pemikiran yang bernas.

Ketidakmampuan untuk menjual konsep pembangunan yang orisinal membuat semua partai politik hanya menebar janji kosong. Kampanye hanya dipakai untuk memobilisasi para pendukung bayaran dan kemudian sekadar hanya bernyanyi-nyanyi dan berjoget-joget.

Yang lebih mengkhawatirkan ketika mereka tidak mampu menyampaikan pemikiran yang bernas, maka yang dilakukan adalah mencari kelemahan lawan. Jadilah kampanye bukan dipakai untuk mengadu ide, tetapi menebarkan kampanye hitam tentang  kelemahan partai politik lawan.

Sudah banyak yang mengingatkan bahwa kultur yang kuat pada kita adalah kebiasaan mencari kambing hitam. Banyak pepatah di tengah masyarakat yang menggambarkan hal itu. Masyarakat Minang misalnya mengenal pepatah: "Tidak pandai menari dikatakan lantai berjungkit."

Itulah yang kita rasakan pada masa kampanye sekarang ini. Partai politik menyerang partai politik yang lain. Berbalas pantun itu dipermudahkan oleh teknologi informasi yang memungkinkan orang menggunakan media sosial dalam menyerang pihak lain.

Uniknya, serangan itu umumnya ditujukan kepada partai politik yang kemungkinan memenangi pemilu. Padahal di negara demokrasi yang sudah maju, kritikan dari partai politik yang ingin merebut kekuasaan, justru ditujukan kepada partai politik yang sedang berkuasa.

Itulah yang oleh para ahli politik dikatakan bahwa  kita cenderung menjalankan cara berpolitik "panjat pinang". Pada setiap perlombaan panjat pinang yang dilakukan setiap orang adalah bagaimana menarik orang lain yang hendak naik untuk turun. Akibatnya semua orang tidak pernah bisa mencapai tujuannya.

Sekarang ini hasil berbagai survei menunjukkan bahwa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan merupakan favorit kuat untuk memenangi Pemilu 2014. Oleh karena itu PDI Perjuangan tiba-tiba menjadi musuh partai politik yang lain. Padahal kalau ada yang harus dikritik dari kegagalan meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah Partai Demokrat, karena merekalah yang selama 10 tahun terakhir mengendalikan pemerintahan.

Serangan tidak hanya ditujukan kepada PDI Perjuangan sebagai partai politik, tetapi juga kepada Joko Widodo yang diusung PDI Perjuangan sebagai calon presiden. Kebetulan popularitas Jokowi jauh lebih tinggi dari calon-calon yang lain. Partai politik yang lain bukan mencari jalan untuk meningkatkan popularitas calon presidennya, tetapi malah sibuk mencari kelemahan Jokowi.

Sayangnya PDI Perjuangan ikut sibuk mengurusi serangan politik yang ditujukan kepada mereka, bukannya fokus untuk menjual konsep pembangunan yang berbeda dengan pemerintahan sekarang. Akibatnya kita hanya melihat keingar-bingaran kampanye tanpa ada ide-ide substansial yang kita bisa tangkap.

Padahal kita seharusnya menatap perjalanan bangsa lima tahun ke depan. Pembangunan yang harus kita lakukan bukan hanya sekadar pembangunan ekonomi semata, tetapi bagaimana menata kehidupan masyarakat yang nyaman, damai, dan sejahtera.

Kalau kita lihat pembangunan yang kita lakukan selama ini, fokus utamanya hanya sekadar mengejar pertumbuhan. Kita tidak pernah menghitung biaya lingkungan yang harus dibayar untuk kemajuan itu dan biaya sosial akibat semakin melebarnya kesenjangan di antara masyarakat.

Tanpa harus menyalahkan apa yang sudah kita lewati, harus ada perbaikan pembangunan yang kita lakukan ke depan. Kita tidak boleh hanya membangun ekonomi untuk kepentingan warga yang hidup sekarang, tetapi bagaimana juga untuk generasi yang akan datang.

Kehidupan masyarakat harus juga ditata agar kemajuan bisa dirasakan oleh seluruh warga bangsa. Negeri ini diproklamirkan bukan untuk kesejahteraan sekelompok orang saja, tetapi untuk seluruh warga bangsa.

Belum seluruh warga bangsa bisa mengecap pendidikan yang baik. Kesehatan mereka pun jauh dari memadai. Banyak warga yang harus mencari kerja di negeri orang, karena negara tidak mampu menjadikan mereka menjadi manusia sesungguhnya.

Kenyamanan hidup masyarakat sehari-hari masih jauh dari ideal. Transportasi massal masih membutuhkan waktu lama untuk dibenahi. Pembangunan kota bukan semakin tertata baik, tetapi justru semakin semrawut. Sampah-sampah tidak mampu dikelola secara baik, sehingga lebih sering menimbulkan penyakit.

Banyak hal yang harus kita benahi baik pada birokrasi di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Bagaimana kita mengajak seluruh warga memajukan negeri, bukan malah berlomba untuk korupsi.

Untuk itu kita harus berlomba-lomba di jalan kebaikan, bukan justru menebar keburukan. Untuk itu stop untuk melakukan kampanye hitam, saatnya untuk menunjukkan kehebatan agar rakyat tahu mana yang mampu membawa kemajuan bagi bangsa dan negara ini.


0
1.4K
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan