Karena suatu urusan, saya harus mengirim uang ke kota lain di Jepang. Di situ tertera petunjuk, saya harus mengirim via pos. Ah semacam wesel pikirku. Kok masih ada wesel ya? Padahal di negeriku saja wesel sudah mulai punah. Diganti wesel elektronik, transfer, eBanking, atm banking, dan sejenisnya. Tapi peduli amat. Yang jelas saya kirim uang, apapun caranya.

Sesampai di kantor pos, saya tunjukkan petunjuk pengiriman dalam Bahasa Jepang, eh petugas langsung memberiku amplop. Berkas-berkas yang harus saya kirim, termasuk uang kertas dan uang receh, dimasukkan dalam amplop, dikasih lem, dan saya tanda tangan di tempat pengeleman tadi. Amplop tadi ditimbang, dan saya bayar sejumlah perangko yang diperlukan. Pengiriman selesai. Persis seperti mengirim surat biasa. Honto? Memasukkan uang ke dalam amplop? Wah ini lebih out of date lagi dibandingkan dengan wesel. Gimana kalau uangnya hilang? Gimana kalau dibuka orang? Dst, dst. Tapi begitulah memang, metode pengiriman seperti itu masih ada di Negara maju ini.

Seringkali orang takjub dengan teknologi. Seringkali orang terkesan dengan internet yang membuat segalanya menjadi cepat. Seringkali orang merasa keamanan diperoleh jika sudah memakai alat alat canggih. Namun secanggih apapun alat, jika mental dan hati rusak, maka di manapun berada harta atau uang akan dibobol juga. Internet banking dibobol. Kartu kredit dibobol. Barang di bagasi pesawat pun tak luput dari pembobolan. Bahkan tak segan segan menipu langsung, baik melalui telepon, sms, email maupun inbox.
Sebaliknya jika pikiran tidak kotor dan serakah, maka walaupun ada uang di depan mata, ada kesempatan, tidak akan diambilnya.
Maaf, kali ini saya tidak setuju dengan pesan bang NAPI.

Notes:
Saya tidak tahu apakah metode pengiriman uang dengan dimasukkan ke dalam amplop ini pernah dipakai di POS INDONESIA.