- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[DUIT BANYAK BISA BIKIN HEPI ??] Inilah Kandidat Kota Paling Layak Huni di Indonesia


TS
Jatafest
[DUIT BANYAK BISA BIKIN HEPI ??] Inilah Kandidat Kota Paling Layak Huni di Indonesia
Quote:
![[DUIT BANYAK BISA BIKIN HEPI ??] Inilah Kandidat Kota Paling Layak Huni di Indonesia](https://dl.kaskus.id/assets.kompas.com/data/photo/2013/09/13/2236491MobilMurahMacet021379076262-preview780x390.jpg)
JAKARTA, KOMPAS.com — Surabaya, Solo, Pekalongan, dan Palembang merupakan kandidat kuat kota-kota paling nyaman dan layak huni di Indonesia. Sebelumnya, Solo dan Pekalongan bukanlah kota dengan tingkat persepsi kenyamanan tinggi dalam survei Most Livable City Index 2009 dan 2011.
Sementara itu, Surabaya dan Palembang merupakan kota yang dipersepsikan warganya dengan tingkat kenyamanan rata-rata.
Menurut Ketua Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) Bernardus Djonoputro, Solo dan Pekalongan pantas menjadi kandidat kota paling nyaman dan layak huni di Indonesia karena keduanya menunjukkan kemajuan dalam hal perbaikan infrastruktur, utilitas, ruang publik, aksesibilitas, transportasi, dan kriteria lainnya.
"Kriteria yang kami gunakan dalam penentuan daftar indeks kota ternyaman (Most Livable City Index) berdasarkan tujuh variabel utama, yakni fisik kota, kualitas lingkungan, transportasi, aksesibilitas, fasilitas, utilitas, ekonomi, dan sosial. Berpedoman pada tujuh variabel itulah, kami menetapkan 25 kriteria penentuan sebuah kota yang laik mendapat predikat livable city," papar Bernardus kepada Kompas.com, pekan lalu.
Menurut dia, ke-25 kriteria tersebut antara lain kualitas penataan kota, jumlah ruang terbuka, perlindungan bangunan bersejarah, kualitas kebersihan lingkungan, tingkat pencemaran lingkungan, ketersediaan angkutan umum, kualitas kondisi jalan, dan kualitas fasilitas pejalan kaki.
Kriteria lainnya adalah ketersediaan fasilitas kesehatan, kualitas fasilitas kesehatan, ketersediaan fasilitas pendidikan, kualitas fasilitas pendidikan, ketersediaan fasilitas rekreasi, kualitas fasilitas rekreasi, ketersediaan energi listrik, ketersediaan air bersih, dan kualitas air bersih.
Kriteria berikutnya adalah kualitas jaringan telekomunikasi, ketersediaan lapangan pekerjaan, tingkat aksesibilitas tempat kerja, tingkat kriminalitas, interaksi hubungan antarpenduduk, informasi pelayanan publik, dan ketersediaan fasilitas kaum difabel.
"Dari kondisi aktual, Surabaya, Solo, Pekalongan, dan Palembang pantas masuk dalam jajaran teratas kota ternyaman dan layak huni di Indonesia. Menyusul, Yogyakarta, Denpasar, Manado, dan Semarang," ujar Bernardus.
Survei Most Livable City Index terbaru, kata Bernardus, tengah disusun dan akan dipublikasikan setelah Pemilu Presiden 2014.
Dari hasil survei Most Livable City Index 2009 dan 2011, Yogyakarta tampil sebagai jawara kota ternyaman, disusul Denpasar, Makassar, Manado, dan Surabaya. Selama dua kali secara berurutan, indeks dengan persepsi tingkat kenyamanan untuk kota Yogyakarta mencapai 65,34 dan 66,52. Adapun tingkat persepsi kenyamanan warga paling rendah didapati untuk Medan dan Pontianak. Masing-masing 43,65 dan 52,28 pada 2009, serta 46,92 dan 46,67 pada 2011.
Sumber : http://properti.kompas.com/index.php...i.di.Indonesia
JAKARTA dengan APBN 72 TRILIUN apakabar ??
DISISI lain ada tulisan seperti ini
Quote:
DIY Termiskin se-Jawa
JOGJA—Tingkat kemiskinan di DIY pada 2012 ternyata tertinggi se-Jawa. Tingkat kemiskinan di Daerah Istimewa ini bahkan jauh lebih tinggi dari DKI Jakarta, Banten dan Jawa Tengah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jogja 2012, tingkat kemiskinan di DIY hingga akhir 2012 mencapai 15,88%. Meski turun dibandingkan pada Maret 2012 yang mencapai 16,05%, jumlah tersebut tetap tertinggi se-Jawa.
Kepala BPS DIY, Wien Kusdiatmono mengatakan, tingkat kemiskinan penduduk DIY memang menurun enam bulan terakhir. Namun, sambungnya, penurunan hanya 0,17% dan masih tertinggi se-Jawa.
Rinciannya, tingkat kemiskinan masyarakat Jawa Tengah hanya mencapai 14,98%, Jawa Timur 13,08%, Jawa Barat 9,89%, Banten 5,71% dan DKI jakarta hanya 3,7%.
Menurut dia, peningkatan tingkat kemiskinan di DIY seiring dengan inflasi yang terjadi selama periode Maret-September 2012.
“Garis kemiskinan di DIY dalam enam bulan terakhir naik 3,82% dari Rp260.173 per kapita perbulan pada Maret 2012 menjadi Rp270.110 per kapita perbulan pada September 2012,” ujarnya seusai paparan pers data BPS akhir 2012 di kantor BPS DIY, Rabu (2/1/2013).
BPS mencatat, jumlah penduduk miskin di DIY hingga September 2012 lalu mencapai 562.110 jiwa (15,88%) dari total jumlah penduduk DIY. Data tersebut turun 3.210 ribu jiwa dari jumlah penduduk miskin pada Maret 2012 yang mencapai 565.320 jiwa.
“Penurunan ini patut diapresiasi. Penurunan tingkat kemiskinan di DIY dipengaruhi berbagai faktor antara lain meningkatnya nilai tukar petani sehingga meningkatkan daya beli penduduk,” tukas dia.
Tingkat inflasi di DIY pada Maret hingga September 2012 tidak terlalu tinggi sehingga tingkat kemiskinan di DIY bisa menurun. Dia mensinyalir ada faktor budaya yang memengaruhi terhadap tingkat kemiskinan di DIY.
Misalnya, pola hidup masyarakat DIY yang sederhana berhemat konsumsi termasuk makan namun memiliki tabungan yang tinggi.
“Yang mengherankan, data dari 2009-2012 penurunan tingkat kemiskinan di DIY masih tergolong kecil.
Bahkan cenderung stabil. Tapi tingkat happiness masyarakatnya tertinggi di Indonesia,” tanya dia. Kabid Distribusi BPS DIY Suharyanta mengatakan, jumlah penduduk miskin di DIY tersebar di wilayah pedesaan dan perkotaan.
Berdasarkan data, sambungnya, jumlah penduduk miskin di perkotaan lebih besar dari wilayah pedesaan. Dari jumlah penduduk miskin 54,53% berada di perkotaan (306.510 jiwa) dan 45,47% di pedesaan (255.600 jiwa).
sumber : http://www.harianjogja.com/baca/2013...se-jawa-364007
JOGJA—Tingkat kemiskinan di DIY pada 2012 ternyata tertinggi se-Jawa. Tingkat kemiskinan di Daerah Istimewa ini bahkan jauh lebih tinggi dari DKI Jakarta, Banten dan Jawa Tengah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jogja 2012, tingkat kemiskinan di DIY hingga akhir 2012 mencapai 15,88%. Meski turun dibandingkan pada Maret 2012 yang mencapai 16,05%, jumlah tersebut tetap tertinggi se-Jawa.
Kepala BPS DIY, Wien Kusdiatmono mengatakan, tingkat kemiskinan penduduk DIY memang menurun enam bulan terakhir. Namun, sambungnya, penurunan hanya 0,17% dan masih tertinggi se-Jawa.
Rinciannya, tingkat kemiskinan masyarakat Jawa Tengah hanya mencapai 14,98%, Jawa Timur 13,08%, Jawa Barat 9,89%, Banten 5,71% dan DKI jakarta hanya 3,7%.
Menurut dia, peningkatan tingkat kemiskinan di DIY seiring dengan inflasi yang terjadi selama periode Maret-September 2012.
“Garis kemiskinan di DIY dalam enam bulan terakhir naik 3,82% dari Rp260.173 per kapita perbulan pada Maret 2012 menjadi Rp270.110 per kapita perbulan pada September 2012,” ujarnya seusai paparan pers data BPS akhir 2012 di kantor BPS DIY, Rabu (2/1/2013).
BPS mencatat, jumlah penduduk miskin di DIY hingga September 2012 lalu mencapai 562.110 jiwa (15,88%) dari total jumlah penduduk DIY. Data tersebut turun 3.210 ribu jiwa dari jumlah penduduk miskin pada Maret 2012 yang mencapai 565.320 jiwa.
“Penurunan ini patut diapresiasi. Penurunan tingkat kemiskinan di DIY dipengaruhi berbagai faktor antara lain meningkatnya nilai tukar petani sehingga meningkatkan daya beli penduduk,” tukas dia.
Tingkat inflasi di DIY pada Maret hingga September 2012 tidak terlalu tinggi sehingga tingkat kemiskinan di DIY bisa menurun. Dia mensinyalir ada faktor budaya yang memengaruhi terhadap tingkat kemiskinan di DIY.
Misalnya, pola hidup masyarakat DIY yang sederhana berhemat konsumsi termasuk makan namun memiliki tabungan yang tinggi.
“Yang mengherankan, data dari 2009-2012 penurunan tingkat kemiskinan di DIY masih tergolong kecil.
Bahkan cenderung stabil. Tapi tingkat happiness masyarakatnya tertinggi di Indonesia,” tanya dia. Kabid Distribusi BPS DIY Suharyanta mengatakan, jumlah penduduk miskin di DIY tersebar di wilayah pedesaan dan perkotaan.
Berdasarkan data, sambungnya, jumlah penduduk miskin di perkotaan lebih besar dari wilayah pedesaan. Dari jumlah penduduk miskin 54,53% berada di perkotaan (306.510 jiwa) dan 45,47% di pedesaan (255.600 jiwa).
sumber : http://www.harianjogja.com/baca/2013...se-jawa-364007
Terbukti bahwa :
KEKAYAAN TIDAK SELALU BERBANDING LURUS DENGAN KEBAHAGIAAN, JADILAH ORANG YANG MUDAH BERSYUKUR.
HIDUP RASANYA LEBIH RINGAN ^_^





tien212700 memberi reputasi
1
1.6K
Kutip
3
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan