- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Pesawat-pesawat Canggih Pemburu MH370


TS
vioput
Pesawat-pesawat Canggih Pemburu MH370
Hilangnya MAS MH370 sejak 8 Maret 2014 sampai sekarang, secara nggak disadari malah jadi adu unjuk tekhnologi beberapa negara yang terlibat ataupun mengajukan dan menawarkan bantuan pada Malaysia.
Mereka mengerahkan teknologi-teknologi tercanggih yang dimiliki.
Ini dia gan, Pesawat-pesawat Canggih Pemburu MH370.
Quote:
P-3 Orion
Salah satu teknologi canggih yang patut disorot adalah pesawat AP-3C Orion milik Angkatan Udara Australia (RAAF).
AP-3C Orion dikerahkan untuk mengonfirmasi obyek diduga puing pesawat Malaysia Airlines MH370 dalam citra yang dirilis oleh Pemerintah Australia, Kamis (20/3/2014).
Seperti apa AP-3C Orion itu? Apa kecanggihan yang dimiliki sehingga diandalkan untuk menguak salah satu teka-teki pesawat hilang paling besar ini?
AP-3C Orion sebenarnya adalah keluarga pesawat P-3 Orion. Pesawat itu diproduksi oleh salah satu industri pesawat terkemuka, Lockeed-Martin.
Kini, ada 17 negara yang memiliki pesawat P-3 Orion. Selain Australia, negara lain yang memiliki pesawat tersebut antara lain Kanada, Jepang, Inggris, Pakistan, dan tentu saja Amerika Serikat.
P-3 Orion dikembangkan sejak tahun 1950-an. Pesawat ini adalah modifikasi dari pesawat penerbangan sipil yang diproduksi Lockeed Martin, Electra.
P-3 Orion awalnya dikembangkan untuk kepentingan Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy). Tujuan pengembangannya adalah untuk melakukan patroli laut dan memantau keberadaan kapal selam.
Prototipe dari pesawat P-3 Orion disebut YP3V-1 dengan nomor seri 148276. Pesawat itu terbang perdana pada 25 November 1959.
US Navy memesan 157 unit pesawat canggih ini. Generasi pertama dari P-3 Orion yang digunakan oleh US Navy disebut P-3A Orion.
Sebagai pesawat militer, P-3 Orion tentu berbeda dengan Electra. Perbedaan utamanya adalah adanya perangkat deteksi anomali magnetik (MAD) untuk mengetahui adanya kapal selam.
Keunggulan P-3 Orion adalah kemampuannya untuk terbang rendah serta dalam jangka waktu lama sehingga sangat bermanfaat bagi patroli maritim.
Seiring waktu, banyak negara kemudian meminati pesawat ini untuk kebutuhan militer maupun risetnya.
Pengembangan juga dilakukan seiring dengan kemajuan teknologi penerbangan. Kini, ada banyak jenis pesawat P-3 Orion.
Generasi P-3A mulai digunakan tahun 1962. P-3 Orion generasi ini telah dilengkapi dengan sensor elektronik, terpedo, dan sonobuoy. Operasi dengan P-3A berlangsung selama 8-10 jam.
P-3A Orion bisa memuat 11 kru. Ada 3 pilot, 2 insinyur penerbangan, operator radio, teknisi, empat operator sensor, koordinator taktis, dan navigator.
Pada tahun 1964, Lockeed-Martin kemudian mengembangkan P-3B yang digunakan pertama kali oleh Selandia Baru.
Beberapa pengembangannya antara lain tak adanya injeksi air dan kapasitas untuk menembakkan Bullpup. Pada tipe P-3B, jumlah kru dipangkas. Satu operator sendor dihilangkan.
Pada tahun 1968 kemudian muncul P-3C Orion. Generasi ini telah dilengkapi dengan radar terbaru, low light television (LLTV), dan sistem deteksi inframerah (IRDS).
Pengembangan paling canggih pada P-3C adalah sistem sensor dan taktis yang terintegrasi dengan Univac CP-901 Digital Computer.
Banyak jenis P-3 Orion kemudian muncul karena modifikasi untuk memenuhi kebutuhan masing-masing negara atau lembaga yang menggunakannya.
Contohnya, pesawat WP-3D yang dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan Badan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Amerika Serikat (NOAA) guna memantau cuaca dan badai.
Pesawat milik RAAF yang digunakan untuk melacak puing MH370 sendiri adalah AP-3C Orion, digunakan sejak tahun 2002.
AP-3C Orion melacak Malaysia Airlines MH370 dengan mengandalkan instrumen MAD-nya yang bisa mendeteksi adanya benda logam besar hingga kedalaman 150 meter.
Dengan kemampuan AP-3C Orion, jika memang MH370 mengapung di Samudera Hindia, menemukannya bukanlah hal yang sulit.
Sebagai pesawat yang telah puluhan tahun "mengabdi", P-3 Orion telah memenuhi kebutuhan banyak negara di banyak misi.
Tahun 1990 misalnya, saat perang Irak, Amerika Serikat menggunakan pesawat ini untuk melacak kapal Irak yang menyeberang dari Basra dan Umm Qasar.
P-3 Orion juga digunakan dalam pemantauan selama serangan Amerika Serikat ke Libya. Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) juga menggunakan pesawat ini untuk riset.
Pencarian MH370 dengan AP-3C Orion memakan biaya yang tak sedikit. Berdasarkan data pemerintah Selandia Baru yang dirilis tahun 2000, tahun 1990-an saja, biaya operasional P-3 Orion mencapai 8.000 dollar AS per jam.
Secanggih apa pun P-3 Orion, ada saatnya perannya bakal tergantikan. US Navy pada tahun 2019 akan mengganti P-3 Orion yang dimilikinya dengan Poseidon 8 produksi Boeing.
Sementara itu, di militer Amerika Serikat, perannya bakal tergeser, tak berarti harus mengucapkan selamat tinggal pada pesawat hebat ini. Banyak bangsa masih menggunakannya.
Spoiler for P-3 Orion:
Salah satu teknologi canggih yang patut disorot adalah pesawat AP-3C Orion milik Angkatan Udara Australia (RAAF).
AP-3C Orion dikerahkan untuk mengonfirmasi obyek diduga puing pesawat Malaysia Airlines MH370 dalam citra yang dirilis oleh Pemerintah Australia, Kamis (20/3/2014).
Seperti apa AP-3C Orion itu? Apa kecanggihan yang dimiliki sehingga diandalkan untuk menguak salah satu teka-teki pesawat hilang paling besar ini?
AP-3C Orion sebenarnya adalah keluarga pesawat P-3 Orion. Pesawat itu diproduksi oleh salah satu industri pesawat terkemuka, Lockeed-Martin.
Kini, ada 17 negara yang memiliki pesawat P-3 Orion. Selain Australia, negara lain yang memiliki pesawat tersebut antara lain Kanada, Jepang, Inggris, Pakistan, dan tentu saja Amerika Serikat.
P-3 Orion dikembangkan sejak tahun 1950-an. Pesawat ini adalah modifikasi dari pesawat penerbangan sipil yang diproduksi Lockeed Martin, Electra.
P-3 Orion awalnya dikembangkan untuk kepentingan Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy). Tujuan pengembangannya adalah untuk melakukan patroli laut dan memantau keberadaan kapal selam.
Prototipe dari pesawat P-3 Orion disebut YP3V-1 dengan nomor seri 148276. Pesawat itu terbang perdana pada 25 November 1959.
US Navy memesan 157 unit pesawat canggih ini. Generasi pertama dari P-3 Orion yang digunakan oleh US Navy disebut P-3A Orion.
Sebagai pesawat militer, P-3 Orion tentu berbeda dengan Electra. Perbedaan utamanya adalah adanya perangkat deteksi anomali magnetik (MAD) untuk mengetahui adanya kapal selam.
Keunggulan P-3 Orion adalah kemampuannya untuk terbang rendah serta dalam jangka waktu lama sehingga sangat bermanfaat bagi patroli maritim.
Seiring waktu, banyak negara kemudian meminati pesawat ini untuk kebutuhan militer maupun risetnya.
Pengembangan juga dilakukan seiring dengan kemajuan teknologi penerbangan. Kini, ada banyak jenis pesawat P-3 Orion.
Generasi P-3A mulai digunakan tahun 1962. P-3 Orion generasi ini telah dilengkapi dengan sensor elektronik, terpedo, dan sonobuoy. Operasi dengan P-3A berlangsung selama 8-10 jam.
P-3A Orion bisa memuat 11 kru. Ada 3 pilot, 2 insinyur penerbangan, operator radio, teknisi, empat operator sensor, koordinator taktis, dan navigator.
Pada tahun 1964, Lockeed-Martin kemudian mengembangkan P-3B yang digunakan pertama kali oleh Selandia Baru.
Beberapa pengembangannya antara lain tak adanya injeksi air dan kapasitas untuk menembakkan Bullpup. Pada tipe P-3B, jumlah kru dipangkas. Satu operator sendor dihilangkan.
Pada tahun 1968 kemudian muncul P-3C Orion. Generasi ini telah dilengkapi dengan radar terbaru, low light television (LLTV), dan sistem deteksi inframerah (IRDS).
Pengembangan paling canggih pada P-3C adalah sistem sensor dan taktis yang terintegrasi dengan Univac CP-901 Digital Computer.
Banyak jenis P-3 Orion kemudian muncul karena modifikasi untuk memenuhi kebutuhan masing-masing negara atau lembaga yang menggunakannya.
Contohnya, pesawat WP-3D yang dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan Badan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Amerika Serikat (NOAA) guna memantau cuaca dan badai.
Pesawat milik RAAF yang digunakan untuk melacak puing MH370 sendiri adalah AP-3C Orion, digunakan sejak tahun 2002.
AP-3C Orion melacak Malaysia Airlines MH370 dengan mengandalkan instrumen MAD-nya yang bisa mendeteksi adanya benda logam besar hingga kedalaman 150 meter.
Dengan kemampuan AP-3C Orion, jika memang MH370 mengapung di Samudera Hindia, menemukannya bukanlah hal yang sulit.
Sebagai pesawat yang telah puluhan tahun "mengabdi", P-3 Orion telah memenuhi kebutuhan banyak negara di banyak misi.
Tahun 1990 misalnya, saat perang Irak, Amerika Serikat menggunakan pesawat ini untuk melacak kapal Irak yang menyeberang dari Basra dan Umm Qasar.
P-3 Orion juga digunakan dalam pemantauan selama serangan Amerika Serikat ke Libya. Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) juga menggunakan pesawat ini untuk riset.
Pencarian MH370 dengan AP-3C Orion memakan biaya yang tak sedikit. Berdasarkan data pemerintah Selandia Baru yang dirilis tahun 2000, tahun 1990-an saja, biaya operasional P-3 Orion mencapai 8.000 dollar AS per jam.
Secanggih apa pun P-3 Orion, ada saatnya perannya bakal tergantikan. US Navy pada tahun 2019 akan mengganti P-3 Orion yang dimilikinya dengan Poseidon 8 produksi Boeing.
Sementara itu, di militer Amerika Serikat, perannya bakal tergeser, tak berarti harus mengucapkan selamat tinggal pada pesawat hebat ini. Banyak bangsa masih menggunakannya.
Quote:
P-8 Poseidon
Pesawat milik Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) P-8 Poseidon juga ikut serta dalam pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang.
P-8 Poseidon merupakan pesawat anti-kapal selam paling baru dan canggih saat ini. Di US Navy, pesawat ini menggantikan pesawat P-3 Orion yang sudah digunakan sejak 1950-an. Seperti apa profil dan kecanggihan pesawat ini?
Dikutip dari situs Boeing dan Flightglobal, P-8 Poseidon adalah pesawat yang awalnya diproduksi khusus untuk US Navy oleh Boeing Defense, Space, and Security. Pesawat ini merupakan modifikasi dari pesawat untuk penerbangan sipil, Boeing 737-800ER.
Pesawat militer itu dikembangkan untuk beberapa tujuan utama, melakukan pemantauan dan penyerangan kapal selam maupun armada laut asing di permukaan, serta melakukan pemantauan, pengawasan, dan pengintaian untuk beragam tujuan.
Salah satu tujuan penggantian P-3 Orion dengan Boeing P-8 Poseidon sendiri adalah untuk mengurangi biaya misi serta perawatan. P-8 Poseidon dikatakan mampu membawa muatan lebih banyak, terbang di ketinggian lebih tinggi, serta menjangkau area lebih luas.
Beberapa perangkat canggih yang dimiliki pesawat sepanjang 39,47 meter ini adalah High Altitude Anti-Submarine Warfare Weapon Capability (HAAWC) serta AGM-88 Harpoon Anti-Ship Missile.
P-8 Poseidon juga memiliki sensor hidrokarbon yang digunakan untuk mendeteksi uap bahan bakar kapal selam. Bisa membawa 9 awak di kabinnya, P-8 Poseidon mampu menjalankan misi selama 6 jam untuk rentang wilayah 1.100 km dan 4 jam untuk rentang wilayah 2.000 km.
Meski lebih maju, P-8 Poseidon tetap membawa perangkat mumpuni yang sudah dimiliki P-3 Orion yang diproduksi Lockheed Martin, yaitu Magnetic Anomali Radar (MAD), perangkat yang berfungsi mendeteksi benda logam besar di kedalaman lautan, misalnya kapal selam.
P-3 Poseidon terbang perdana dalam sebuah tes pada 25 April 2009. Penerbangan untuk tujuan tes kemampuan selanjutnya dilakukan pada Agustus 2010. Produksi massal dalam jumlah terbatas sendiri dimulai sejak 4 Maret 2012. Hingga Juli 2013, sudah ada 15 unit pesawat yang dibuat.
Sampai saat ini, sudah ada beberapa tipe pesawat. P-8 Poseidon yang dikembangkan untuk US Navy dinamai P-8A. Militer India memesan pesawat P-8I Neptune. RAAF juga memesan 8 pesawat tipe P-8A. Sementara Angkatan Udara AS memesan P-8 AGS untuk melakukan pemantauan daratan.
Perangkat yang sangat berguna adalah AN/APY-10 Radar yang dibuat Raytheon Co. Radar yang ada di hidung pesawat ini mampu mendeteksi debris logam bahkan di tengah gelombang tinggi.
Pada Januari 2014, laporan Bloomberg yang mengutip sumber di Pentagon, Michael Gilmore, menyatakan bahwa pesawat dengan harga per unit sekitar 201,4 juta dollar AS (menurut laporan US Government Accountability Office pada Maret 2013) ini kurang efektif dalam pengawasan dan pengintaian kapal selam dalam area yang luas.
Boeing menanggapi laporan itu dengan menyatakan bahwa pihaknya akan bekerja keras memenuhi permintaan militer. Namun, Boeing menyatakan bahwa pada dasarnya radar dan perangkat lain P-8 Poseidon sudah mumpuni, mengalahkan P-3 Orion.
Terkait laporan tersebut, US Navy sendiri belum mengubah rencananya untuk mengaplikasikan 117 P-8 Poseidon pada tahun 2019. Program mengganti P-3 Orion dengan P-8 Poseidon sendiri telah menelan dana lebih dari 30 miliar dollar AS.
Spoiler for P-8 Poseidon:
Pesawat milik Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) P-8 Poseidon juga ikut serta dalam pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang.
P-8 Poseidon merupakan pesawat anti-kapal selam paling baru dan canggih saat ini. Di US Navy, pesawat ini menggantikan pesawat P-3 Orion yang sudah digunakan sejak 1950-an. Seperti apa profil dan kecanggihan pesawat ini?
Dikutip dari situs Boeing dan Flightglobal, P-8 Poseidon adalah pesawat yang awalnya diproduksi khusus untuk US Navy oleh Boeing Defense, Space, and Security. Pesawat ini merupakan modifikasi dari pesawat untuk penerbangan sipil, Boeing 737-800ER.
Pesawat militer itu dikembangkan untuk beberapa tujuan utama, melakukan pemantauan dan penyerangan kapal selam maupun armada laut asing di permukaan, serta melakukan pemantauan, pengawasan, dan pengintaian untuk beragam tujuan.
Salah satu tujuan penggantian P-3 Orion dengan Boeing P-8 Poseidon sendiri adalah untuk mengurangi biaya misi serta perawatan. P-8 Poseidon dikatakan mampu membawa muatan lebih banyak, terbang di ketinggian lebih tinggi, serta menjangkau area lebih luas.
Beberapa perangkat canggih yang dimiliki pesawat sepanjang 39,47 meter ini adalah High Altitude Anti-Submarine Warfare Weapon Capability (HAAWC) serta AGM-88 Harpoon Anti-Ship Missile.
P-8 Poseidon juga memiliki sensor hidrokarbon yang digunakan untuk mendeteksi uap bahan bakar kapal selam. Bisa membawa 9 awak di kabinnya, P-8 Poseidon mampu menjalankan misi selama 6 jam untuk rentang wilayah 1.100 km dan 4 jam untuk rentang wilayah 2.000 km.
Meski lebih maju, P-8 Poseidon tetap membawa perangkat mumpuni yang sudah dimiliki P-3 Orion yang diproduksi Lockheed Martin, yaitu Magnetic Anomali Radar (MAD), perangkat yang berfungsi mendeteksi benda logam besar di kedalaman lautan, misalnya kapal selam.
P-3 Poseidon terbang perdana dalam sebuah tes pada 25 April 2009. Penerbangan untuk tujuan tes kemampuan selanjutnya dilakukan pada Agustus 2010. Produksi massal dalam jumlah terbatas sendiri dimulai sejak 4 Maret 2012. Hingga Juli 2013, sudah ada 15 unit pesawat yang dibuat.
Sampai saat ini, sudah ada beberapa tipe pesawat. P-8 Poseidon yang dikembangkan untuk US Navy dinamai P-8A. Militer India memesan pesawat P-8I Neptune. RAAF juga memesan 8 pesawat tipe P-8A. Sementara Angkatan Udara AS memesan P-8 AGS untuk melakukan pemantauan daratan.
Spoiler for instalasi radar AN/APY-10 produksi Raytheon Co pada hidung pesawat P-8 Poseidon:
Perangkat yang sangat berguna adalah AN/APY-10 Radar yang dibuat Raytheon Co. Radar yang ada di hidung pesawat ini mampu mendeteksi debris logam bahkan di tengah gelombang tinggi.
Pada Januari 2014, laporan Bloomberg yang mengutip sumber di Pentagon, Michael Gilmore, menyatakan bahwa pesawat dengan harga per unit sekitar 201,4 juta dollar AS (menurut laporan US Government Accountability Office pada Maret 2013) ini kurang efektif dalam pengawasan dan pengintaian kapal selam dalam area yang luas.
Boeing menanggapi laporan itu dengan menyatakan bahwa pihaknya akan bekerja keras memenuhi permintaan militer. Namun, Boeing menyatakan bahwa pada dasarnya radar dan perangkat lain P-8 Poseidon sudah mumpuni, mengalahkan P-3 Orion.
Terkait laporan tersebut, US Navy sendiri belum mengubah rencananya untuk mengaplikasikan 117 P-8 Poseidon pada tahun 2019. Program mengganti P-3 Orion dengan P-8 Poseidon sendiri telah menelan dana lebih dari 30 miliar dollar AS.
Quote:
Ilyushin IL-76
Dalam hari perdana menjalankan misi, IL-76 milik China berhasil mendeteksi obyek yang diduga merupakan puing MH370. Dua pesawat canggih P-3 Orion milik Australia dan P-8 Poseidon milik Amerika Serikat yang menjalankan misi sejak hari sebelumnya tak menemukan hasil.
Apa istimewanya pesawat IL-76 milik China itu? Situs Military Aircraft mengungkap bahwa pesawat China itu bisa beroperasi pada kondisi cuaca yang kurang baik, sebuah kondisi yang hari ini dialami tim pencari MH370.
IL-76 mulai dikembangkan pada tahun 1967. Tujuan pengembangan pesawat ini adalah menyediakan armada yang bisa mengangkut muatan sebanyak 40 ton hingga jarak 5.000 km dalam waktu kurang dari enam jam.
Pesawat ini pertama kali digunakan oleh Uni Soviet pada tahun 1974. Selang beberapa waktu, banyak negara Eropa, Asia, dan Afrika memesannya. Beragam macam tipe pesawat dikembangkan, mulai yang digunakan untuk kepentingan sipil hingga militer.
Salah satu peran pesawat ini adalah dalam misi Uni Soviet ke Afganistan antara tahun 1979 hingga 1991. IL-76 terbang 14.700 kali dalam kurun waktu itu, mengangkut tentara Soviet dan logistik.
Tipe IL-76 yang dikirimkan China untuk menemukan MH370 adalah IL-76MD. Pesawat ini merupakan salah satu pengembangan IL-76 untuk tujuan militer. Tipe ini lebih panjang dari IL-76M, tipe dasar pesawat IL-76 untuk militer.
Secara umum, pesawat itu memiliki panjang 46,6 meter serta memiliki 4 mesin jet. Hingga saat ini, pesawat ini terus dikembangkan. pengembangan terbaru IL-76 adalah IL76MD-90A yang punya mesin lebih kuat, sistem bahan bakar yang lebih baik serta "glass cockpit".
Sydney Morning Herald dalam laporannya hari ini menyatakan bahwa pencarian puing pesawat MH370 kini lebih difokuskan pada mengamati berdasarkan penglihatan, bukan berdasarkan data radar.
Terkait hal tersebut, IL-76 memiliki kelebihan dibanding P-8 Poseidon dan P-3 Orion. Karena memiliki banyak jendela, upaya pencarian MH370 dengan IL-76MD lewat pengamatan langsung akan lebih mudah.
Apakah nantinya obyek yang ditemukan IL-76 hari ini benar-benar merupakan puing MH370? Belum tahu. Namun setidaknya, IL-76MD sudah memberikan petunjuk. Selain IL-76MD, China juga mengerahkan pesawat produksi dalam negeri, Shaanxi Y-8.
Dalam hari perdana menjalankan misi, IL-76 milik China berhasil mendeteksi obyek yang diduga merupakan puing MH370. Dua pesawat canggih P-3 Orion milik Australia dan P-8 Poseidon milik Amerika Serikat yang menjalankan misi sejak hari sebelumnya tak menemukan hasil.
Apa istimewanya pesawat IL-76 milik China itu? Situs Military Aircraft mengungkap bahwa pesawat China itu bisa beroperasi pada kondisi cuaca yang kurang baik, sebuah kondisi yang hari ini dialami tim pencari MH370.
Spoiler for Ilyushin IL-76:
IL-76 mulai dikembangkan pada tahun 1967. Tujuan pengembangan pesawat ini adalah menyediakan armada yang bisa mengangkut muatan sebanyak 40 ton hingga jarak 5.000 km dalam waktu kurang dari enam jam.
Pesawat ini pertama kali digunakan oleh Uni Soviet pada tahun 1974. Selang beberapa waktu, banyak negara Eropa, Asia, dan Afrika memesannya. Beragam macam tipe pesawat dikembangkan, mulai yang digunakan untuk kepentingan sipil hingga militer.
Salah satu peran pesawat ini adalah dalam misi Uni Soviet ke Afganistan antara tahun 1979 hingga 1991. IL-76 terbang 14.700 kali dalam kurun waktu itu, mengangkut tentara Soviet dan logistik.
Tipe IL-76 yang dikirimkan China untuk menemukan MH370 adalah IL-76MD. Pesawat ini merupakan salah satu pengembangan IL-76 untuk tujuan militer. Tipe ini lebih panjang dari IL-76M, tipe dasar pesawat IL-76 untuk militer.
Secara umum, pesawat itu memiliki panjang 46,6 meter serta memiliki 4 mesin jet. Hingga saat ini, pesawat ini terus dikembangkan. pengembangan terbaru IL-76 adalah IL76MD-90A yang punya mesin lebih kuat, sistem bahan bakar yang lebih baik serta "glass cockpit".
Sydney Morning Herald dalam laporannya hari ini menyatakan bahwa pencarian puing pesawat MH370 kini lebih difokuskan pada mengamati berdasarkan penglihatan, bukan berdasarkan data radar.
Terkait hal tersebut, IL-76 memiliki kelebihan dibanding P-8 Poseidon dan P-3 Orion. Karena memiliki banyak jendela, upaya pencarian MH370 dengan IL-76MD lewat pengamatan langsung akan lebih mudah.
Apakah nantinya obyek yang ditemukan IL-76 hari ini benar-benar merupakan puing MH370? Belum tahu. Namun setidaknya, IL-76MD sudah memberikan petunjuk. Selain IL-76MD, China juga mengerahkan pesawat produksi dalam negeri, Shaanxi Y-8.
Spoiler for :
Quote:



Quote:
Kaskuser yang bæk meninggalkan jejak






Spoiler for :
- Daftar SPBU nakal di Jogja
- Mung Sakmene (Cuman segini doang?)
- Ini alasan penyadapan Australia atas Indonesia
- 5 Negara yang ditakuti Amerika, Indonesia salah satunya
- 5 Aksi TNI AU Mengusir Pesawat Asing
- Indonesia termasuk yg ditakuti Amerika!
- CIA Dibalik Gerakan 30 September!
- Jam-jam paling asik ngaskus
- Yang suka di oral atau suka ngoral, mangsub gan!
- 5 bahan berbahaya dalam makanan/minuman kemasan
- nih syuting film Transformer 4 atau Fast and Furious sih?!
- Siapa yang barusan bikin Kaskus kayak gini?!
- [pics] Penampakan Jeep Cherokee 2014
- Pembantu Siapa Nih Gan?



0
4.2K
Kutip
24
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan