Sejumlah pelaku usaha rokok di Kudus yang tergolong kecil, mulai 'ketar-ketir' memikirkan lagkah selanjutnya sehubungan kenaikan tarif pita cukai rokok. Rasa was-was menyelimuti, karena maju maupun mundur 'akan hancur'. Sebaliknya, kenaikan pita cukai akan membuat peredaran rokok ilegal 'pasang kuda-kuda', siap menerjang pasaran.

Hal ini dibenarkan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Gabungan Perswerikatan Pabrik Rokok Indonesia, Hasan Aoni Aziz. "Pelaku usaha kecil yang juga bermodal terbatas, tentunya tidak mudah mengikuti ketentuan tarif pita cukai yang selalu mengalami kenaikan," ujar Aoni, Minggu (23/03/2014).

Dikatakan, sebagian pelaku usaha di bidang rokok yang sudah bertahun-tahun menggelutinya, kata dia, tidak mudah beralih ke usaha lain sehingga sebagian ada yang beralih memproduksi rokok polos atau tanpa pita cukai.Seharusnya,kebijakan cukai mendasarkan kondisi pelaku usaha yang sebagian besar pabrik rokok di Indonesia berbasis usaha rumahan. "Termasuk, kemampuan mereka dalam memberi pita cukai rokok," tegasnya.

Menurut Aoni, perlu ada kebijakan khusus terhadap perusahaan rokok golongan kecil, dibanding upaya pemberantasan rokok ilegal. "Kami lebih setuju, jika pelaku usaha rokok ilegal diupayakan agar berproduksi secara legal," katanya sambil menambahkan apabila kebijakan khusus yang diterapkan sebelumnya terhadap pabrik rokok golongan kecil belum maksimal, kata dia, bisa dilakukan proses evaluasi, bukannya dihilangkan."Usaha di bidang rokok merupakan warisan industri yang turun temurun dan perlu dilestarikan, bukan sebaliknya," tandasnya