- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Australia Gusar Banyak Warganya Perang di Suriah


TS
hobi_linux
Australia Gusar Banyak Warganya Perang di Suriah
Australia banyak mencabut paspor warganya yang berpotensi terlibat.
VIVAnews - Seorang pejabat tinggi di Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) mengungkap soal kekhawatiran Pemerintah Negeri Kanguru soal kian meningkatnya kaum muda mereka yang terlibat dalam peperangan di Suriah.
Menurut pejabat tadi, sebagian besar warga Australia yang berada di zona perang terlibat untuk melawan rezim Presiden Bashar Al Assad. Mereka berasal dari kelompok muslim Lebanon yang menetap di Australia.
Demikian ungkap pejabat tersebut saat menerima kunjungan jurnalis ASEAN, termasuk VIVAnews saat menyambangi kantor pusat DFAT di Canberra pekan ini. Pejabat itu menolak disebut identitasnya karena tidak berwenang untuk berbicara kepada media.
"Fenomena ini cukup mengkhawatirkan, karena kebanyakan kaum muda pria Australia datang ke Suriah dengan beragam alasan, salah satunya untuk mendistribusikan bantuan kemanusiaan," ungkapnya.
Dia menambahkan, apa yang terjadi di Suriah mirip seperti konflik di Afganistan ketika terjadi tahun 1980-an. Banyak kelompok ekstrimis ikut berperang di sana, lalu akhirnya ikut terlibat konflik terorisme.
"Untuk mengatasi hal tersebut Pemerintah Australia akhirnya bertindak tegas dengan mencabut paspor mereka yang dinilai berpotensi terlibat di dalam konflik itu," katanya.
Menurut laporan kantor berita ABC News pada Desember 2013, Polisi Federal Australia (AFP), mengaku telah menahan dua warga Sydney yang telah terlibat dalam proses rekrutmen orang untuk dibawa ke Suriah. Mereka diketahui bernama Hamid Al Qudsi dan Amin Mohammed.
Al Qudsi ditahan karena diduga memfasilitasi warga Australia untuk ikut berperang melawan pemerintahan sah Suriah. Sementara Mohammed ditahan saat dia tengah menuju ke pesawat dari Bandara Brisbane, menuju Suriah.
Menurut pejabat tadi, adalah sebuah kejahatan apabila terlibat dalam sebuah konflik di luar negeri, khususnya tindak terorisme.
"Hal itu termasuk merekrut anggota teroris. Beberapa warga Australia telah ditahan karena dituduh ikut merekrut orang lain untuk berpartisipasi dalam perang di sana," kata dia.
Melihat fenomena ini kian berkembang, maka salah satu koleganya mencoba mengatasi konflik tersebut dengan melakukan pendekatan ke komunitas Muslim.
"Kami menyampaikan untuk mendistribusikan bantuan, bisa melalui cara yang legal atau melalui badan seperti PBB, World Food Program, organisasi Save the Children atau Palang Merah, ketimbang mengantarkan sendiri," katanya.
Bahkan, Australia telah menyumbang bantuan senilai AUD50 miliar melalui badan PBB bagi warga Suriah.
"Badan semacam PBB telah teruji memiliki kapabilitas untuk mendistribusikan bantuan ke beberapa area yang tengah mengalami konflik seperti kamp pengungsian di Lebanon dan Yordania," ujar dia.
Selain warga Australia, warga Indonesia pun disinyalir juga masih banyak berada di Suriah. Menurut data yang pernah dipaprkan oleh Direktur Perlindungan WNI dan BHI, Tatang Budie Utama Razak, pada Januari 2014, pada tahun 2010 silam total terdapat sekitar 12.500 WNI yang bekerja di Suriah. Namun, jumlahnya kian menciut karena sebanyak 9.982 orang telah dipulangkan ke Indonesia, ketika Suriah mengalami konflik.
Sementara laporan yang pernah dipublikasikan oleh Institut Analisa Kebijakan Konflik (IPA) pimpinan Sydney Jones, menyebut justru banyak
WNI yang kini berada di Suriah. Mereka disebut IPA, berpotensi menghidupkan kembali kelompok militan untuk menebar teror di Indonesia. (sj)
-
sumberz: http://dunia.news.viva.co.id/news/re...rang-di-suriah
-
indo kapan gini, masak disuruh pulang ???
-
sementara itu, sodara/i kita terpaksa gk bisa berkarya lagi di Suriah
80 TKI Kembali dari Suriah, Trauma Perang Menghantui

Liputan6.com, Tangerang - Berbulan-bulan terjebak dalam gejolak perang Suriah, akhirnya 80 Tenaga Kerja Wanita (TKW) berhasil pulang ke Tanah Air, Rabu 5 Maret kemarin. Para TKW pun mengaku trauma dengan kejadian yang menimpa mereka disana.
TKW yang dipulangkan ke Indonesia berangkat dari Beirut via Abu Dhabi, tiba di Terminal II Bandara Soekarno Hatta sekitar pukul 14.00 WIB. Nukhria (41), tenaga kerja asal Jepara, Jawa Tengah, mengisahkan pelariannya dari situasi perang. Dia mengaku pergi menggunakan taksi dan mobil polisi untuk ke KBRI yang letaknya di Damaskus.
“Di sana hancur lebur, perang menyebar ke semua kota, termasuk tempat majikan saya. Untung majikan saya baik, dia membantu saya mencarikan mobil. Saat situasi aman, saya pergi dari sana,” kenang Nukhria.
Setelah di KBRI Damaskus, Nukhria harus menunggu lagi selama 2 bulan untuk menunggu proses pemulangan. Wanita yang sudah bekerja di Suriah selama 3 tahun ini, baru bisa pulang setelah gajinya dilunasi sang majikan.
“Memang prosesnya lama, tapi semua dijamin. Kita belum bisa pulang kalau gaji belum dibayar. Alhamdulillah prosesnya lancar,” ucapnya.
Tak hanya Nukhria, banyak TKI yang menjadi korban perang di Suriah. “Banyak yang meninggal karena tertembak. Saya bersyukur bisa pulang dengan selamat,” paparnya.
Nukhria pun enggan kembali ke Suriah. Ia memilih akan membuka usaha bersama keluarga di tempat tinggalnya. “Nggak mau balik, awalnya tenang, sekarang sudah kacau di sana. Mungkin nanti kerja lain atau buka usaha saja," ujarnya.
Lain halnya yang diceritakan Marini Aliman (32), yang juga pulang karena takut menjadi korban peperangan di Suriah. Karena situasi tersebut, pembayaran gajinya pun bermasalah.
“Sebenarnya kontrak kerja di sana 3 tahun, tapi karena ada gejolak dan gaji juga tidak lancar, cuma 2 tahun saya langsung pulang,” ujar TKI asal Cirebon ini.
Sama halnya Nukhria, Marini juga mengaku trauma. Terutama dengan suara-suara ledakan, tembakan, atau hantaman benda keras saat peperangan terjadi.
Sementara Direktur lembaga Pendamping dan Penerbangan Tenaga Kerja Indonesia (LPPTKI) Normawati mengatakan, LPPTKI turun langsung membantu pemulangan para TKI di Suriah. Ke-80 TKI ini pulang secara gratis, dengan biaya ditanggung pemerintah Indonesia.
“Mulai dari Suriah sampai ke tempat asal sudah ditanggung negara,” ucapnya.
Normawati menjelaskan, sejak 2013 sudah ada 5 ribu TKI yang dipulangkan dari Suriah. Namun, masih ada 3 ribu TKI yang belum dipulangkan. “Pemuluangan dilakukan bertahap, akan dilakukan terus sampai habis."
Sedangkan untuk keberangkatan TKI ke Suriah, lanjut Normawati, saat ini pengiriman sudah ditutup karena kondisi negara tak kondusif karena peperangan. "Sudah kami stop," tegas Normawati.
sumber: http://news.liputan6.com/read/201887...ang-menghantui
-
Makanya Peace > War . . . (Peace Fan)
tp gw lebih milih Assad n Tentaranya yg menang, lah dy udah lama n susah bangun Suriah.
yah, smoga cpt damai Suriah n skitarnya, biar bisa bangun2 lagi.
VIVAnews - Seorang pejabat tinggi di Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) mengungkap soal kekhawatiran Pemerintah Negeri Kanguru soal kian meningkatnya kaum muda mereka yang terlibat dalam peperangan di Suriah.
Menurut pejabat tadi, sebagian besar warga Australia yang berada di zona perang terlibat untuk melawan rezim Presiden Bashar Al Assad. Mereka berasal dari kelompok muslim Lebanon yang menetap di Australia.
Demikian ungkap pejabat tersebut saat menerima kunjungan jurnalis ASEAN, termasuk VIVAnews saat menyambangi kantor pusat DFAT di Canberra pekan ini. Pejabat itu menolak disebut identitasnya karena tidak berwenang untuk berbicara kepada media.
"Fenomena ini cukup mengkhawatirkan, karena kebanyakan kaum muda pria Australia datang ke Suriah dengan beragam alasan, salah satunya untuk mendistribusikan bantuan kemanusiaan," ungkapnya.
Dia menambahkan, apa yang terjadi di Suriah mirip seperti konflik di Afganistan ketika terjadi tahun 1980-an. Banyak kelompok ekstrimis ikut berperang di sana, lalu akhirnya ikut terlibat konflik terorisme.
"Untuk mengatasi hal tersebut Pemerintah Australia akhirnya bertindak tegas dengan mencabut paspor mereka yang dinilai berpotensi terlibat di dalam konflik itu," katanya.
Menurut laporan kantor berita ABC News pada Desember 2013, Polisi Federal Australia (AFP), mengaku telah menahan dua warga Sydney yang telah terlibat dalam proses rekrutmen orang untuk dibawa ke Suriah. Mereka diketahui bernama Hamid Al Qudsi dan Amin Mohammed.
Al Qudsi ditahan karena diduga memfasilitasi warga Australia untuk ikut berperang melawan pemerintahan sah Suriah. Sementara Mohammed ditahan saat dia tengah menuju ke pesawat dari Bandara Brisbane, menuju Suriah.
Menurut pejabat tadi, adalah sebuah kejahatan apabila terlibat dalam sebuah konflik di luar negeri, khususnya tindak terorisme.
"Hal itu termasuk merekrut anggota teroris. Beberapa warga Australia telah ditahan karena dituduh ikut merekrut orang lain untuk berpartisipasi dalam perang di sana," kata dia.
Melihat fenomena ini kian berkembang, maka salah satu koleganya mencoba mengatasi konflik tersebut dengan melakukan pendekatan ke komunitas Muslim.
"Kami menyampaikan untuk mendistribusikan bantuan, bisa melalui cara yang legal atau melalui badan seperti PBB, World Food Program, organisasi Save the Children atau Palang Merah, ketimbang mengantarkan sendiri," katanya.
Bahkan, Australia telah menyumbang bantuan senilai AUD50 miliar melalui badan PBB bagi warga Suriah.
"Badan semacam PBB telah teruji memiliki kapabilitas untuk mendistribusikan bantuan ke beberapa area yang tengah mengalami konflik seperti kamp pengungsian di Lebanon dan Yordania," ujar dia.
Selain warga Australia, warga Indonesia pun disinyalir juga masih banyak berada di Suriah. Menurut data yang pernah dipaprkan oleh Direktur Perlindungan WNI dan BHI, Tatang Budie Utama Razak, pada Januari 2014, pada tahun 2010 silam total terdapat sekitar 12.500 WNI yang bekerja di Suriah. Namun, jumlahnya kian menciut karena sebanyak 9.982 orang telah dipulangkan ke Indonesia, ketika Suriah mengalami konflik.
Sementara laporan yang pernah dipublikasikan oleh Institut Analisa Kebijakan Konflik (IPA) pimpinan Sydney Jones, menyebut justru banyak
WNI yang kini berada di Suriah. Mereka disebut IPA, berpotensi menghidupkan kembali kelompok militan untuk menebar teror di Indonesia. (sj)
-
sumberz: http://dunia.news.viva.co.id/news/re...rang-di-suriah
-
indo kapan gini, masak disuruh pulang ???
-
sementara itu, sodara/i kita terpaksa gk bisa berkarya lagi di Suriah
80 TKI Kembali dari Suriah, Trauma Perang Menghantui

Liputan6.com, Tangerang - Berbulan-bulan terjebak dalam gejolak perang Suriah, akhirnya 80 Tenaga Kerja Wanita (TKW) berhasil pulang ke Tanah Air, Rabu 5 Maret kemarin. Para TKW pun mengaku trauma dengan kejadian yang menimpa mereka disana.
TKW yang dipulangkan ke Indonesia berangkat dari Beirut via Abu Dhabi, tiba di Terminal II Bandara Soekarno Hatta sekitar pukul 14.00 WIB. Nukhria (41), tenaga kerja asal Jepara, Jawa Tengah, mengisahkan pelariannya dari situasi perang. Dia mengaku pergi menggunakan taksi dan mobil polisi untuk ke KBRI yang letaknya di Damaskus.
“Di sana hancur lebur, perang menyebar ke semua kota, termasuk tempat majikan saya. Untung majikan saya baik, dia membantu saya mencarikan mobil. Saat situasi aman, saya pergi dari sana,” kenang Nukhria.
Setelah di KBRI Damaskus, Nukhria harus menunggu lagi selama 2 bulan untuk menunggu proses pemulangan. Wanita yang sudah bekerja di Suriah selama 3 tahun ini, baru bisa pulang setelah gajinya dilunasi sang majikan.
“Memang prosesnya lama, tapi semua dijamin. Kita belum bisa pulang kalau gaji belum dibayar. Alhamdulillah prosesnya lancar,” ucapnya.
Tak hanya Nukhria, banyak TKI yang menjadi korban perang di Suriah. “Banyak yang meninggal karena tertembak. Saya bersyukur bisa pulang dengan selamat,” paparnya.
Nukhria pun enggan kembali ke Suriah. Ia memilih akan membuka usaha bersama keluarga di tempat tinggalnya. “Nggak mau balik, awalnya tenang, sekarang sudah kacau di sana. Mungkin nanti kerja lain atau buka usaha saja," ujarnya.
Lain halnya yang diceritakan Marini Aliman (32), yang juga pulang karena takut menjadi korban peperangan di Suriah. Karena situasi tersebut, pembayaran gajinya pun bermasalah.
“Sebenarnya kontrak kerja di sana 3 tahun, tapi karena ada gejolak dan gaji juga tidak lancar, cuma 2 tahun saya langsung pulang,” ujar TKI asal Cirebon ini.
Sama halnya Nukhria, Marini juga mengaku trauma. Terutama dengan suara-suara ledakan, tembakan, atau hantaman benda keras saat peperangan terjadi.
Sementara Direktur lembaga Pendamping dan Penerbangan Tenaga Kerja Indonesia (LPPTKI) Normawati mengatakan, LPPTKI turun langsung membantu pemulangan para TKI di Suriah. Ke-80 TKI ini pulang secara gratis, dengan biaya ditanggung pemerintah Indonesia.
“Mulai dari Suriah sampai ke tempat asal sudah ditanggung negara,” ucapnya.
Normawati menjelaskan, sejak 2013 sudah ada 5 ribu TKI yang dipulangkan dari Suriah. Namun, masih ada 3 ribu TKI yang belum dipulangkan. “Pemuluangan dilakukan bertahap, akan dilakukan terus sampai habis."
Sedangkan untuk keberangkatan TKI ke Suriah, lanjut Normawati, saat ini pengiriman sudah ditutup karena kondisi negara tak kondusif karena peperangan. "Sudah kami stop," tegas Normawati.
sumber: http://news.liputan6.com/read/201887...ang-menghantui
-
Makanya Peace > War . . . (Peace Fan)
tp gw lebih milih Assad n Tentaranya yg menang, lah dy udah lama n susah bangun Suriah.
yah, smoga cpt damai Suriah n skitarnya, biar bisa bangun2 lagi.
0
2.7K
21


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan