Jakarta - Masa Orde Baru Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto telah lama berlalu. Golkar mencoba membangkitkan kenangan akan masa itu melalui aksi-aksi kampanyenya.
Ya, Golkar seolah ingin membangkitkan hegemoni mereka di masa orde baru di era reformasi ini. Golkar inign mengingatkan rakyat betapa berkuasanya mereka saat itu.
Kenangan-kenangan soal Orde Baru yang diklaim para juru kampanye partai berlambang pohon beringin itu penuh dengan kemakmuran rakyat dikumandangkan di berbagai lokasi kampanye. Mulai dari Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie hingga caleg Golkar di Yogyakarta yang tak lain putri Soeharto, semuanya 'menjual' nama presiden kedua RI itu dalam kampanye.
Presiden Soeharto coba 'dihidupkan' dalam alat peraga kampanye dan kata-kata rayuan. Kalimat 'Piye Kabare, Enak Jamanku Toh?' banyak digunakan untuk membangkitkan semangat kader Golkar untuk membantu kemenangan partai.
Berikut aksi-aksi Golkar 'menjual' Soeharto dalam kampanyenya: 1. Ical 'Jual' Pak Harto di Lampung
Spoiler for Ical Jual Pak Harto Di Lampung:
Ketum Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) menjalani kampanye dengan bersemangat ketika berorasi di hadapan massa pendukungnya di Lampung. Di depan massa Golkar di Lampung, Ical mengingatkan kenangan di masa kepemimpinan Soeharto.
Ical menyapa sekitar 1.000 orang pendukung Partai Golkar di Lapangan Kuncup, Pringsewu, Lampung, Senin (17/3/2014). Pertama tama ia terlebih dahulu membanggakan jaman orde baru saat Golkar berkuasa bersama Presiden Soeharto.
"Golkar sudah memerintah selama 32 tahun. Ingat Pak Harto? Zaman mbiyen ingat? Enak zaman mbiyen?" tanya Ical ke massa berkaos kuning di hadapannya.
"Enak!" jawab para pendukungnya.
Ical lalu menjanjikan pendidikan gratis hingga kelas 3 SMA bila Golkar menang di Pileg 9 April 2014 mendatang. Masyarakat juga diiming-imingi pengobatan gratis bila partai berlambang pohon beringin itu dipilih menguasai parlemen.
Ical lalu membanggakan UU Desa yang telah disahkan oleh DPR pada Desember 2013 yang lalu. Orasi Ical sempat terhenti 3 kali karena ia tersedak dan terbatuk-batuk.
"Dengan disahkannya UU Desa, tiap desa mendapatkan Rp 1,2 miliar per tahun. Itu perjuangan Partai Golkar. Kita tahu masyarakat Indonesia banyak yang tinggal di desa. Jadi, pilih presiden yang punya pengalaman di pemerintahan. Tanpa pengalaman sulit...uhuk...uhuk...," Ical menghentikan orasinya karena terbatuk.
Seorang panitia lalu memberikan minum ke Ical. Agar tak ada jeda, Ketua DPD Golkar Lampung Alzier Dianis yang juga menjadi juru kampanye lalu meneriakkan yel yel. Usai minum, Ical melanjutkan orasinya namun ia tersedak lagi.
"Sulit untuk membangun Indonesia yang besar. Betul? Uhuk...uhuk... Jangan mau Indonesia kalah sama negara tetangga! Uhuk...uhuk..." begitu orasi Ical sambil diseling minum saat terbatuk.
Meski sempat tersendat, Ical menutup orasinya dengan lancar. Ia tak lupa meminta para pendukungnya untuk mencoblos nomor 5 yang merupakan nomor urut Golkar di Pileg.
2. Titik Soeharto: Pilihlah Keluarga Soeharto
Spoiler for Pilih Keluarga Soeharto:
Siti Hediati Soeharto atau Titik Soeharto maju dalam pemilihan calon anggota legislatif (caleg) DPR RI dari Dapil DIY. Dia maju dari Partai Golkar dengan nomor urut 1.
Saat kampanye putaran pertama yang digelar di Alun Alun Selatan Yogyakarta, Senin (17/3/2014), Titik Soeharto yang merupakan wakil dari keluarga Cendana itu maju menjadi juru kampanye nasional (jurkamnas) Golkar.
Arena kampanye Golkar di Alun Alun Selatan Yogyakarta 'dihiasi' baliho besar bergambar Titik. Arena itu disemuti massa berbaju kuning yang membawa poster serupa baliho besar itu. Bedanya, poster yang dibawa pendukungnya, selain gambar Titik juga ada gambar Pak Harto mengenakan jaket hitam sambil melambaikan tangan dan tersenyum.
Tulisan di poster itu, "Putri Ngayogyakarto, Putrine Pak Harto, JUJUR DAN DAPAT DIPERCAYA. Pak Harto Oke! Mbak Titik Yes!"
Titik Soeharto ikut berorasi di atas panggung, tapi tidak lebih dari 5 menit. Dia mengatakan, bila ingin kembali seperti zamannya Pak Harto, pilihlah dia dan Golkar. Sebab di zaman bapaknya dulu, masih kata Titiek, tidak ada bensin dengan harga mahal seperti sekarang ini.
Dia mencontohkan zaman Soeharto tidak ada bangunan sekolah yang ambruk serta Indonesia berhasil melakukan swasembada pangan dan harga kebutuhan pokok murah.
"Kalau ingin kembali seperti dulu, pilihlah keluarga Soeharto," kata Titik dalam orasinya.
3. Mbak Tutut: Golkar Itu Bapak yang Membuat
Spoiler for Golkar Soeharto Yang Buat:
Putri Presiden RI ke-2 Soeharto, Siti Herdianti Rukmana, menjadi salah satu jurkamnas Partai Golkar. Golkar memasang perempuan yang akrab disapa Mbak Tutut ini untuk membangkitkan kenangan terhadap ayahnya.
"Saya tidak terjun ke politik. Saya bantu adik saya itu di Golkar. Golkar juga bapak yang membuat. Tidak ada salahnya kalau saya perkuat lagi," kata Mbak Tutut di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (17/3/2014).
Sekjen Golkar Idrus Marham, yang saat itu menemani Mbak Tutut di Halim, mengungkapkan bahwa Mbak Tutut adalah salah satu tokoh Golkar yang konsisten berjuang.
"Mbak Tutut konsisten sebagai tokoh Golkar untuk berjuang, menjadikan gagasan program karya Golkar. Konsistensi Golkar ditunjukkan gagasan pembangunan, Golkar angkat apa yang dicanangkan Soeharto yaitu trilogi pembangunan: stabilitas nasional, pertumbuhan ekonomi tinggi, pemerataan pembangunan, diitambah nasionalisme baru. Apa yg diletakkan Pak Harto di orde baru, sekarang ini kehadirannya makin dirasakan oleh rakyat," jelasnya.
4. Kampanye di Jakarta, Ical Kembali Jual Soeharto
Spoiler for Jual Pak Harto Lagi:
Golkar menggelar kampanye terbuka di GOR Ciracas, Jakarta Timur. Di depan ribuan massa Golkar, Ical kembali 'menjual' nama Presiden Soeharto.
"Partai Golkar satu-satunya partai yang telah memimpin indonesia selama 32 tahun, tidak ada partai lain seperti Golkar memimpin Indonesia 32 tahun dengan pimpinan Presiden Soeharto yang mengatakan Indonesia harus sejahtera," kata Ical dalam orasinya di GOR Ciracas, Selasa (18/3/2014).
Selain 'menjual' Soeharto, Ical juga menyanjung Akbar Tandjung. Akbar disebut sebagai salah satu menteri yang sukses di era Soeharto.
"Saya katakan di sini, ada Akbar Tandjung pernah jadi menteri ketika Presiden Soeharto.
Kalau ingin Indonesia maju, pemuda sekarang harus pandai, harus dapat memahami persolan ekonomi dan persolan lain,"
Ical kembali menegaskan bahwa kemenangan yang diincar Golkar dalam pemilu tidak semata untuk kekuasaan. Kemenangan Golkar akan dimanfaatkan untuk menyejahterakan rakyat.
"Untuk menang harus punya keyakinan, kita mesti yakin untuk apa Partai Golkar menang," tandasnya.