- Beranda
- Komunitas
- Kritik, Saran, Pertanyaan Seputar KASKUS
Solidaritas? Apalah arti solidaritas kalo lo pake tu alesan buat tawuran
TS
miusel
Solidaritas? Apalah arti solidaritas kalo lo pake tu alesan buat tawuran
Kasus bentrok antara siswa SMA dan wartawan yang menjadi salah satu topik di media beberapa hari terakhir ini cukup menarik perhatian saya. Untuk kejadian itu saya tidak berani komentar siapa yang salah dan siapa yang benar. Mungkin satu sama lain memiliki alasan sendiri-sendiri yang bertolak belakang sehingga terjadilah bentrok tersebut.
Media di televisi juga sempat memberitakan tentang cukup seringnya bentrokan (tawuran) terjadi di sekolah tersebut dengan sekolah-sekolah lainnya. Hal ini membuat saya berpikir, bagaimana tawuran bisa terjadi sesering itu. Saya mencoba mengingat-ingat kembali bagaimana saya menjalani masa SMA dulu. Saya sendiri sama sekali tidak pernah ikut tawuran, walaupun pernah sekali berada dalam suasana yang bisa dikatakan adalah tawuran.
Lalu apa sebenarnya yang menjadi penyebab adanya tawuran seperti itu? Khususnya yang melibatkan siswa ataupun mahasiswa. Karena dilihat dari segi apapun perkelahian massal atau tawuran jelas tidak baik dan melanggar hukum.
Siswa dan mahasiswa bisa dikatakan adalah mereka yang menginjak masa remaja atau peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Jika saya ingat-ingat kembali, bagaimana perasaan saya dulu ketika SMA dan kuliah. Saya bisa simpulkan bahwa ketika itu saya memiliki solidaritas yang cukup tinggi. Artinya ketika seorang teman sekolah apalagi teman sekelas atau satu geng mengalami masalah, muncul rasa “membela” yang cukup tinggi tanpa melihat bagaimana kejadian atau pun penyebabnya.
Entahlah bagaimana dengan orang lain, tapi menurut saya sifat seperti itu ikut andil dalam terjadinya tawuran-tawuran. Kita dengan mudah terbakar emosi dan akan ikut membela teman yang teraniaya, walaupun mungkin itu akibat keteledoran atau kesalahannya sendiri. Juga rasa takut dibilang pengecut kalau tidak ikut membela teman yang teraniaya.
Itu dulu, apakah sekarang saya tidak memiliki rasa solidaritas? Bukan seperti itu, tapi kalau sekarang saya akan mencoba memilih lebih bijaksana. Apalagi saat ini sudah berbeda dimana saya sudah memiliki istri dan anak yang tentu akan mengkhawatirkan keadaan saya jika terjadi sesuatu.
Saya mencoba untuk menjadi “dewasa”. Misalnya ketika melihat seorang teman saya katakan saya si A dipukul oleh orang lain, yang akan saya lakukan mungkin hanya melerai. Lalu mencoba melihat beberapa hal, misalnya apa permasalahannya, siapa si A dan lain-lain. Bahkan, kalau misalnya si A memang terkenal berandal dan suka membuat onar, ya tentu saja saya akan langsung berlalu.
Tapi umur tidak selalu dijadikan jaminan seseorang akan bisa dewasa. Begitu pula banyak faktor lain yang mungkin menjadi penyebab dan akar permasalahan tawuran-tawuran yang terjadi. Ini hanyalah opini saya pribadi yang mencoba melihat dari sudut pandang lain dan sekali lagi saya tidak bermaksud menyalahkan pihak manapun.
Media di televisi juga sempat memberitakan tentang cukup seringnya bentrokan (tawuran) terjadi di sekolah tersebut dengan sekolah-sekolah lainnya. Hal ini membuat saya berpikir, bagaimana tawuran bisa terjadi sesering itu. Saya mencoba mengingat-ingat kembali bagaimana saya menjalani masa SMA dulu. Saya sendiri sama sekali tidak pernah ikut tawuran, walaupun pernah sekali berada dalam suasana yang bisa dikatakan adalah tawuran.
Lalu apa sebenarnya yang menjadi penyebab adanya tawuran seperti itu? Khususnya yang melibatkan siswa ataupun mahasiswa. Karena dilihat dari segi apapun perkelahian massal atau tawuran jelas tidak baik dan melanggar hukum.
Siswa dan mahasiswa bisa dikatakan adalah mereka yang menginjak masa remaja atau peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Jika saya ingat-ingat kembali, bagaimana perasaan saya dulu ketika SMA dan kuliah. Saya bisa simpulkan bahwa ketika itu saya memiliki solidaritas yang cukup tinggi. Artinya ketika seorang teman sekolah apalagi teman sekelas atau satu geng mengalami masalah, muncul rasa “membela” yang cukup tinggi tanpa melihat bagaimana kejadian atau pun penyebabnya.
Entahlah bagaimana dengan orang lain, tapi menurut saya sifat seperti itu ikut andil dalam terjadinya tawuran-tawuran. Kita dengan mudah terbakar emosi dan akan ikut membela teman yang teraniaya, walaupun mungkin itu akibat keteledoran atau kesalahannya sendiri. Juga rasa takut dibilang pengecut kalau tidak ikut membela teman yang teraniaya.
Itu dulu, apakah sekarang saya tidak memiliki rasa solidaritas? Bukan seperti itu, tapi kalau sekarang saya akan mencoba memilih lebih bijaksana. Apalagi saat ini sudah berbeda dimana saya sudah memiliki istri dan anak yang tentu akan mengkhawatirkan keadaan saya jika terjadi sesuatu.
Saya mencoba untuk menjadi “dewasa”. Misalnya ketika melihat seorang teman saya katakan saya si A dipukul oleh orang lain, yang akan saya lakukan mungkin hanya melerai. Lalu mencoba melihat beberapa hal, misalnya apa permasalahannya, siapa si A dan lain-lain. Bahkan, kalau misalnya si A memang terkenal berandal dan suka membuat onar, ya tentu saja saya akan langsung berlalu.
Tapi umur tidak selalu dijadikan jaminan seseorang akan bisa dewasa. Begitu pula banyak faktor lain yang mungkin menjadi penyebab dan akar permasalahan tawuran-tawuran yang terjadi. Ini hanyalah opini saya pribadi yang mencoba melihat dari sudut pandang lain dan sekali lagi saya tidak bermaksud menyalahkan pihak manapun.
Quote:
0
1.7K
6
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan
