- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Pergi ke Timbuktu


TS
paman.goberrrrr
Pergi ke Timbuktu

Salam Wek Wek Wek!
Bertemu lagi dngn Paman Gober, bebek terkaya seantero Kota (Bebek).

Kali ini paman pngn cerita tentang kota misterius yang selalu disebutin dlm setiap komik ponakan paman, yaitu Donal Bebek. Kota itu bernama Timbuktu. Biasanya kota ini selalu nongol setiap Si DOnal yg sial itu ingin menghilang dari kota. Nah, apakah timbuktu itu kota fiktif di komik Donal? Atau benarkan itu memang ada? Check Duck's Out!!
Quote:
Buat pecinta komik Donald Duck alias Donal Bebek, pasti cukup familiar deh dengan kata-kata Timbuktu. Selain tokoh rekaan Walt Disney ini pernah memiliki sekuel cerita ‘Pergi ke Timbuktu’ (kalo nggak salah ya), sejumlah frase yang menggambarkan keinginan pergi jauh tanpa bisa dikejar kerap digantikan dengan kalimat ‘pergi ke Timbuktu’ oleh tokoh-tokoh di komik tersebut. Merepresentasikan pergi ke sebuah daerah yang tak akan bisa dicapai dan ditemukan, going to nowhere land.
Tapi tahu nggak sih, sebenarnya Timbuktu memang sebuah nama kota yang ‘pernah’ ada. Dan mungkin Walt Disney sedikit berjasa untuk mengingatkan orang bahwa memang ada sebuah kota bernama Timbuktu (Timbuctoodalam bahasa Inggris, Tombouctou dalam bahasa Perancis).
Ya, Timbuktu memang sebauh kota di kawasan Tomboctou di Afrika Barat, kini bernama Mali. Jika saat ini Timbuktu merupakan sebuah daerah gersang nan sepi, pada masanya kota ini merupakan kota pusat peradaban Islam di Afrika Barat.
Kendati bangunan-bangunan di kota ini didirikan dari tumpukan Lumpur, di sini pernah berdiri sebuah perguruan tinggi ternama Sankore, dan madrasah Sankore dan masjidnya yang megah, Masjid Djinguereber. Pada tahun 1200M, Timbuktu menjadi pusat budaya dan pendidikan di kawasan Afrika Barat. Dan berdasarkan kisah perjalanan yang dilakukan Leo Africanus (Leo The Africaan), kota ini juga pernah menjadi pusat transaksi bisnis yang besar, hingga sebuah kebakaran hebat memusnahkan seluruh sisa-sisa peradaban yang ada di kota tersebut. abad ke 15 dan ke 16 disebut-sebut sebagai masa keemasan Timbuktu. Musafir dari segala penjuru akan menyempatkan diri untuk singgah di kota ini, demi mendapatkan informasi-infiormasi dan pengetahuan baru dari kota tersebut.
Nama Timbuktu tersebar ke penjuru dunia selain lewat kisah perjalanan yang ditulis Hasan ibn Muhammed al-Wazzan al-Fasi alias Leo Africanus atau Joannes Leo Africanus, Ibnu Battuta juga sempat memasukkan nama kota tersebut dalam catatan perjalanannya. Shabeni (kalau di Betawi, nama Sabeni ngetop banget tuh, inget band Indie yang namanya Sabeni kan ) seorang pedagang dari Tettawan (Tetuan), Marokko, yang tertangkap dan akhirnya tinggal di Inggris juga sempat mengisahkan tentang legenda Timbuktu. Shabeni mengaku pernah ke Timbuktu pada usia 14 tahun, pada 1787 bersama ayahnya (James Grey Jackson, ‘An Account of Timbuctoo and Hausa, 1820).
Universitas Sankore yang saat ini masih berdiri di sana, dibangun pada tahun 1581 di atas kota kuno yang telah berdiri sejak abad 13-14. Perguruan tinggi ini menjadi pusat pendidikan Islam, dengan kajian utama Al Quran, astronomi, logika, serta sejarah. Di kota ini, pembuatan karya tulis merupaka syarat bagi kelulusan sekolah mereka, seperti halnya skripsi untuk para calon sarjana. Jadi, di kota ini jual beli karya tulis dalam arti sebagai bagian dari penyebaran pengetahuan, sudah menjadi salah satu aktivitas perdagangan kedua setelah perdagangan emas dan garam. Salah satu tokoh cendekia ternama yang hidup masa itu adalah Ahmad Baba.
Yang paling mengesankan nih, di Timbuktu terdapat sekitar 100 ribu naskah kuno yang disimpan oleh keluarga-keluarga di sana secara turun temurun, dan ia tersimpan dengan baik. Di antara naskah-naskah tersebut kabarnya berasal dari masa pra Islam dan abad 12, termasuk naskah musik, astronomi dan botani. Yang terkenal adalah naskah sejarah Tarikh Al-Fetash yang dibuat Mahmoud Kati dari abad 16, dan naskah sejarah Sudan, Tarikh As-Sudan yang ditulis oleh Abdurrahman As-Sadi pada abad 17.
Kota ini mulai mengalami dekadensi setelah para penjelajah dan pencari budak dari Portugis serta beberapa negara Eropa lainnya mendarat di Afrika Barat, menciptakan sebuah jalur alternatif melalui gurun pasir. Kemerosotan kota ini semakin cepat setelah diinvasi oleh tentara kaum Morisco, atau kaum Muslim Spanyol dan Portugis yang telah berpindah agama menjadi Katolik saat era penaklukan Spanyol. Mereka menginvasi Timbuktu untuk kepentingan kesultanan Marokko pada tahun 1591.
Sejak itu banyak orang-orang dan organisasi Eropa melakukan pencarian besar-besaran atas Timbuktu yang melegenda. Pada tahun 1788 sebuah grup yang terdiri atas orang-orang Inggris membentuk Asosiasi Afrika, bertujuan menemukan kota tersebut dan membuat peta Sungai Niger.
Pada tahun 1824, organisasi Société de Géographie yang berbasis di Paris menawarkan hadiah 10.000 franc bagi orang non muslim pertama bisa mencapai kota tersebut, dan kembali dengan stumpuk informasi tentang Timbuktu. Gordon Laing, seorang pria keturunan Skotlandia, tiba di Timbuktu pada September 1826, namun ia tewas terbunuh tak lama setelah itu. Ia dibunuh oleh masyarakat setempat yang takut Eropa bakal menemukan kota mereka dan mengintervensi. Berikutnya seorang warga Perancis bernama René Caillié tiba di tahun 1828. Ia menyamar sebagai seorang muslim, sehingga ia bisa kembali ke Paris dan memenangkan hadiah tersebut.
Ada lagi nama Robert Adams, seorang pelaut Afro Amerika, yang mengaku pernah mengunjungi kota tersebut pada tahun 1811 sebagai budak, setelah kapalnya karam di pantai Afrika. Berikutnya ia menyerahkan laporannya soal Timbuktu pada konsul Inggris di Tangier, Marokko pada tahun 1813. Ia menerbitkan laporannya pada tahun 1816 menjadi sebuah buku berjudul The Narrative of Robert Adams, a Barbary Captive, di tengah keraguan atas kejujuran ceritanya.
Menurut sejarah, hanya tiga orang Eropa yang berhasil mencapai kota tersebut sebelum tahun 1890, yakni Heinrich Barth pada tahun 1853, lalu warga Jerman bernama Oskar Lenz dan warga Spanyol Christobal Benitez pada tahun 1880.
Saat ini Timbuktu merupakan salah satu kota termiskin, kendati reputasinya menjadikan ia sebagai salah satu tujuan wisata, bahkan tersedia sebuah bandara internasional di sana. Timbuktu masuk dalam jajaran lokasi warisan dunia yang ditetapkan Unesco sejak tahun 1988. pada tahun 1990 kota ini masuk dalam daftar lokasi yang terancam kelestariannya akibat desertisasi, atau serangan badai pasir. Tahun 2005 dilakukan program preservasi, dan akhirnya kota ini dikeluarkan dari status terancam punah.
Tapi tahu nggak sih, sebenarnya Timbuktu memang sebuah nama kota yang ‘pernah’ ada. Dan mungkin Walt Disney sedikit berjasa untuk mengingatkan orang bahwa memang ada sebuah kota bernama Timbuktu (Timbuctoodalam bahasa Inggris, Tombouctou dalam bahasa Perancis).
Ya, Timbuktu memang sebauh kota di kawasan Tomboctou di Afrika Barat, kini bernama Mali. Jika saat ini Timbuktu merupakan sebuah daerah gersang nan sepi, pada masanya kota ini merupakan kota pusat peradaban Islam di Afrika Barat.
Kendati bangunan-bangunan di kota ini didirikan dari tumpukan Lumpur, di sini pernah berdiri sebuah perguruan tinggi ternama Sankore, dan madrasah Sankore dan masjidnya yang megah, Masjid Djinguereber. Pada tahun 1200M, Timbuktu menjadi pusat budaya dan pendidikan di kawasan Afrika Barat. Dan berdasarkan kisah perjalanan yang dilakukan Leo Africanus (Leo The Africaan), kota ini juga pernah menjadi pusat transaksi bisnis yang besar, hingga sebuah kebakaran hebat memusnahkan seluruh sisa-sisa peradaban yang ada di kota tersebut. abad ke 15 dan ke 16 disebut-sebut sebagai masa keemasan Timbuktu. Musafir dari segala penjuru akan menyempatkan diri untuk singgah di kota ini, demi mendapatkan informasi-infiormasi dan pengetahuan baru dari kota tersebut.
Nama Timbuktu tersebar ke penjuru dunia selain lewat kisah perjalanan yang ditulis Hasan ibn Muhammed al-Wazzan al-Fasi alias Leo Africanus atau Joannes Leo Africanus, Ibnu Battuta juga sempat memasukkan nama kota tersebut dalam catatan perjalanannya. Shabeni (kalau di Betawi, nama Sabeni ngetop banget tuh, inget band Indie yang namanya Sabeni kan ) seorang pedagang dari Tettawan (Tetuan), Marokko, yang tertangkap dan akhirnya tinggal di Inggris juga sempat mengisahkan tentang legenda Timbuktu. Shabeni mengaku pernah ke Timbuktu pada usia 14 tahun, pada 1787 bersama ayahnya (James Grey Jackson, ‘An Account of Timbuctoo and Hausa, 1820).
Universitas Sankore yang saat ini masih berdiri di sana, dibangun pada tahun 1581 di atas kota kuno yang telah berdiri sejak abad 13-14. Perguruan tinggi ini menjadi pusat pendidikan Islam, dengan kajian utama Al Quran, astronomi, logika, serta sejarah. Di kota ini, pembuatan karya tulis merupaka syarat bagi kelulusan sekolah mereka, seperti halnya skripsi untuk para calon sarjana. Jadi, di kota ini jual beli karya tulis dalam arti sebagai bagian dari penyebaran pengetahuan, sudah menjadi salah satu aktivitas perdagangan kedua setelah perdagangan emas dan garam. Salah satu tokoh cendekia ternama yang hidup masa itu adalah Ahmad Baba.
Yang paling mengesankan nih, di Timbuktu terdapat sekitar 100 ribu naskah kuno yang disimpan oleh keluarga-keluarga di sana secara turun temurun, dan ia tersimpan dengan baik. Di antara naskah-naskah tersebut kabarnya berasal dari masa pra Islam dan abad 12, termasuk naskah musik, astronomi dan botani. Yang terkenal adalah naskah sejarah Tarikh Al-Fetash yang dibuat Mahmoud Kati dari abad 16, dan naskah sejarah Sudan, Tarikh As-Sudan yang ditulis oleh Abdurrahman As-Sadi pada abad 17.
Kota ini mulai mengalami dekadensi setelah para penjelajah dan pencari budak dari Portugis serta beberapa negara Eropa lainnya mendarat di Afrika Barat, menciptakan sebuah jalur alternatif melalui gurun pasir. Kemerosotan kota ini semakin cepat setelah diinvasi oleh tentara kaum Morisco, atau kaum Muslim Spanyol dan Portugis yang telah berpindah agama menjadi Katolik saat era penaklukan Spanyol. Mereka menginvasi Timbuktu untuk kepentingan kesultanan Marokko pada tahun 1591.
Sejak itu banyak orang-orang dan organisasi Eropa melakukan pencarian besar-besaran atas Timbuktu yang melegenda. Pada tahun 1788 sebuah grup yang terdiri atas orang-orang Inggris membentuk Asosiasi Afrika, bertujuan menemukan kota tersebut dan membuat peta Sungai Niger.
Pada tahun 1824, organisasi Société de Géographie yang berbasis di Paris menawarkan hadiah 10.000 franc bagi orang non muslim pertama bisa mencapai kota tersebut, dan kembali dengan stumpuk informasi tentang Timbuktu. Gordon Laing, seorang pria keturunan Skotlandia, tiba di Timbuktu pada September 1826, namun ia tewas terbunuh tak lama setelah itu. Ia dibunuh oleh masyarakat setempat yang takut Eropa bakal menemukan kota mereka dan mengintervensi. Berikutnya seorang warga Perancis bernama René Caillié tiba di tahun 1828. Ia menyamar sebagai seorang muslim, sehingga ia bisa kembali ke Paris dan memenangkan hadiah tersebut.
Ada lagi nama Robert Adams, seorang pelaut Afro Amerika, yang mengaku pernah mengunjungi kota tersebut pada tahun 1811 sebagai budak, setelah kapalnya karam di pantai Afrika. Berikutnya ia menyerahkan laporannya soal Timbuktu pada konsul Inggris di Tangier, Marokko pada tahun 1813. Ia menerbitkan laporannya pada tahun 1816 menjadi sebuah buku berjudul The Narrative of Robert Adams, a Barbary Captive, di tengah keraguan atas kejujuran ceritanya.
Menurut sejarah, hanya tiga orang Eropa yang berhasil mencapai kota tersebut sebelum tahun 1890, yakni Heinrich Barth pada tahun 1853, lalu warga Jerman bernama Oskar Lenz dan warga Spanyol Christobal Benitez pada tahun 1880.
Saat ini Timbuktu merupakan salah satu kota termiskin, kendati reputasinya menjadikan ia sebagai salah satu tujuan wisata, bahkan tersedia sebuah bandara internasional di sana. Timbuktu masuk dalam jajaran lokasi warisan dunia yang ditetapkan Unesco sejak tahun 1988. pada tahun 1990 kota ini masuk dalam daftar lokasi yang terancam kelestariannya akibat desertisasi, atau serangan badai pasir. Tahun 2005 dilakukan program preservasi, dan akhirnya kota ini dikeluarkan dari status terancam punah.
Nah, pigimane thread nya paman? Bagus kagak? kalo bgus paman mnta

Sumber Bencono
Diubah oleh paman.goberrrrr 17-03-2014 11:50
0
3.5K
Kutip
3
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan